Share

PESONA DUDA RUPAWAN
PESONA DUDA RUPAWAN
Penulis: Hanin Humayro

MAU BAGAIMANA?

Penulis: Hanin Humayro
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-04 19:42:40

"Gak cocok lagi? Kapan mau nikahnya kalau nolak terus?”

Reynan memberi kesempatan pada paru-paru untuk terisi lebih banyak udara. Bukan sekali ini ucapan sejenis itu terlontar dari wanita yang terlihat menekuk wajahnya. Pria berkacamata itu mengambil cappucino yang asapnya masih mengepul. Disesap perlahan, kehangatan langsung saja memenuhi kerongkongan.

“Sudah lama Aslena kehilangan sosok ibu. Kasian anak sekecil itu harus hidup tanpa belaian mama. Pikirkan itu!”

Wanita berparas hampir sama dengan pria di depannya masih belum puas mencecar putranya. Bukan satu dua gadis yang disodorkan. Semua tak dilirik sama sekali.

Kenyang mendengar pembicaraan itu-itu saja, Pria jangkung itu bangkit. Kaki diayunkan menapaki satu per satu anak tangga, meninggalkan mama yang hatinya diliputi kejengkelan.

Reynan berdiri di balkon kamar. Menempelkan telapak tangan pada besi hitam yang memagari lantai dua ini. Tatapannya jatuh pada rinai bening yang masih setia memandikan bumi. Ingatannya melayang menuju masa lalu. Tiba-tiba rongga dada menyempit, napas tertahan di tenggorokan. Diremas besi pembatas yang tingginya dua pertiga orang dewasa.

Kepergian istri tercinta dua tahun silam telah menjungkirbalikan kebahagiaannya. Betapa langit seakan runtuh saat netra menyaksikan helaan terakhir dari bibir wanitanya.

Kala itu, sudah tak ada lagi airmata yang mampu dicucurkan di sisi pembaringan terakhir. Dengan mendekap putri kecilnya, Reynan mengiringi kepergian sang istri.

“Papa!”

Panggilan gadis kecil dari arah belakang membuyarkan lamunannya. Dibalikkan badan, direngkuh putri cantik pelipur lara. Tak bosan, Pemilik bulu halus disekitar dagu itu menciumi pipi juga kening Aslena.

“Sabtu depan dibagi rapot. Aku mau papa yang ambil,“ rajuk pemilik mata bulat itu.

“Oke, siap, Cantik!” Dikecup kembali pipi cubby kemerah-merahan tersebut.

“Janji?” Aslena mengacungkan satu jarinya.

“Janji.” Keduanya saling menautkan kelingking dan tertawa lepas.

Oma menatap nanar putra dan cucunya dari ambang pintu. Kadang meratapi nasib tragis yang menimpa dua belahan jiwanya. Kehilangan sosok istri juga ibu dalam waktu bersamaan.

Butuh waktu tak sedikit untuk memulihkan hati Reynan juga Aslena. Berbagai motivasi dan hiburan tak henti dilakukan.

Memberikan pendamping untuk putranya, juga mama untuk cucunya adalah target besarnya kini. Beberapa wanita yang dipastikan baik telah disodorkan. Namun, entah untk berapa kali harus kecewa sebab ditolak oleh lelaki muda itu.

Kadang ia tak mengerti. Mau yang bagaimana lagi?

*

“Pengen sama Papa ambil rapotnya!”

Aslena melempar tas sekolah ke atas lantai, lalu mengenyakkan tubuh di sofa coklat muda. Pria berkacamata minus itu jongkok di hadapan putri kecil yang sedang merajuk. Ditempelkan tangan pada kedua pundak putrinya.

“Papa ada meeting, Sayang. Maaf.”

Gadis kecil berkucir dua itu menepis tangan papanya, berlari menuju kamar, menutup pintu keras-keras. Dia mengempaskan tubuh di atas ranjang bersprei motif kartun Frozen. Satu menit kemudian tangisannya meledak.

Satu tangan kekar merengkuh tubuh mungil itu ke pangkuan. Dikecup kepala yang masih bergerak turun naik akibat kerasnya tangisan.

“Okey, papa yang ambil rapot, tapi Aslena harus janji.”

Mendengar ucapan pengabulan dilepas pelukan. Mata yang sudah basah itu mengerjap-ngerjap hingga tetesan bening dibulu lentiknya berjatuhan.

“Janji apa?” tanya Aslena sambil melingkarkan tangan mungil itu pada leher papanya. Binar wajahnya sudah kembali terpancar. Tak redup seperti sebelumnya.

“Minggu depan nginep di rumah Oma.” Telunjuk dan ibu jari besar itu mengusap jejak-jejak airmata di wajah oval milik putrinya. Amak rambut yang berantakkan diselipkan pada telinga berhiaskan anting karakter katun.

“Mmm!”

Demi tercapainya tujuan, Aslena menggerakkan kepala ke bawah dan ke atas berulang-ulang. Gemas, dicubit pipi berisi itu. Ayah dan anak itu menautkan jari kelingking.

“Sekarang, ganti pakaiannya, terus kita makan.”

“Iya, Papaku yang baek.”

*

Di hari pembagian rapot semester ganjil, Reynan datang bersama Aslena ke SD Insan Gemilang. Sekolah ini mayoritas diisi anak dari golongan berada.

Diparkirkan mobil sport merah di tempat yang luasnya bisa menampung dua puluh kendaraan roda empat. Aslena berjingkrak-berjingkrak kala menjejak lantai keramik putih tempat yang menghubungkan ruang-ruang belajar.

Gadis mungil berpita merah itu menautkan jari pada tangan pria berkemeja lengan panjang yang ditarik sesiku. Sepanjang jalan mata bulat itu bersinar sebab untuk pertama kali papa datang ke sekolah setelah sebelumnya diurus tante Ledia.

Suasana sekolah lebih ramai dari biasanya. Kelas-kelas sudah dihadiri orang tua murid yang hendak mengambil rapor putra-putri mereka. Sementara lapangan upacara dipenuhi anak-anak yang ikut serta orangtuanya.

Reynan menebarkan senyum dan menggangguk sopan pada siapa saja yang ditemui di sepanjang koridor menuju kelas Aslena. Ruangannya terdapat di seberang bangunan yang dikhususkan untuk kantor kepala sekolah, guru dan aula serbaguna.

“Assalamualaikum Aslena,” sapa guru wanita berkaca mata tebal yang berjalan berlawanan arah.

“Waalaikumsalam, Bu, Ini Papa aku!”

Aslena dengan bangga memperkenalkan Papanya ke setiap guru yang ditemui. Dia tak memahami bahwa ada beberapa guru wanita sempat terampas kesadarannya akibat bertemu pandang dengan sang duda. Tak mengerti juga setelah itu ada perbincangan hot terkait orang tua murid yang memiliki pesona tingkat dewa.

Bab terkait

  • PESONA DUDA RUPAWAN   PESONA

    Reynan masuk ke dalam ruangan bercat krem yang dominan dihadiri mama muda dengan dandanan tidak sederhana. Make up glowing dengan perhiasan berkilau di telinga, leher, tangan juga jari-jari hampir merata di tubuh mereka.Pria berbulu halus sekitar dagu dan pipi itu melemparkan senyuman pada segenap hadirin yang tengah menatapnya tanpa kedipan. Hampir-hampir saja mulut dan mata mereka lebih lebar terbuka demi melihat sosok jangkung berjalan menuju bangku barisan kedua dari belakang.Suara keras dering ponsel milik salah satu dari mereka mengembalikan keterpesonaan para mama muda dalam ruangan ini. Selanjutnya mereka pura-pura sibuk dengan dandanan. Sebagian mainkan ponsel atau sekedar basa basi dengan teman sebelahnya. *Ibu Fahira, wali kelas satu A berjalan ke depan kelas, menyapukan pandangan ke seluruh ruang. Segaris senyuman terlukis di bibirnya sebelum mulai bicara. Setelah pembukaan singkat, guru cantik itu kembali ke meja di pojok kanan ruangan untuk mengumumkan urutan nilai s

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   GETAR HATI

    Setelah guru muda itu hilang dari pandangan, keduanya kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Di mobil, Reynan mengajak putrinya ngobrol ke sana ke mari. Sampai pria itu menanyakan perihal wali kelas yang tadi ditemui. “Bu Fahira itu baek, ya?”Hati-hati Reynan menanyakan terkait guru cantik itu. Dia tak mau putrinya memahami sesuatu hal di luar nalar usianya. “Baek banget. Pah!”Sekilas dilirik gadis mungil di jok depan sisi kiri, dimonitor mimik wajah itu. Tampak nyata binar di raut Aslena saat ditanya perihal guru kesayangannya. “Kamu suka?” tanya pria berkulit putih itu kembali. “Suka banget. Boleh gak aku maen ke rumah Bu Fahira?” Lagi, pria kalem itu menoleh ke arah sang putri. Jeda lampu merah membuatnya bisa lebih lama menatap gadis kecil itu. Binar yang terpancar itu mungkin sama seperti apa yang terbit di hatinya kini. “Boleh, tapi dianterin Papa, ya.”“Horeey!”Setelah lampu kuning menyala, Reynan melajukan mobil dengan senyum yang terus menghiasi bibirny

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   BAYANGAN

    Fahira menghentikan aktifitas minum tehnya. Menoleh pada wanita yang tengah ingin diyakinkan lebih. “Malem ini, Ma.”Sebisa mungkin suaranya dibuat tenang. Minuman hangat itu diletakkan di atas nakas dekat ranjang. “Bener? Nanti gak jadi lagi.” Fahira tak merespon. Percuma menjelaskan pada mama bahwa Bayu itu super sibuk. Selain menjadi kepala sekolah, juga mengelola usaha bengkel mobil yang cukup besar. “Fa, bukan apa-apa. Diakan udah jadi tunangan kamu. Tiga bulan lagi kalian nikah. Harusnya lebih intens berkunjung agar lebih saling mengenal.” Mama mulai melontarkan argumennya. Diraih jari-jari lentik gadis berusia dua puluh tujuh tahun itu. “Di sekolah juga tiap hari ‘kan ketemu, Ma,” kilah Fa.“Apa di sana kalian bisa ngobrol lama? Pastinya enggaklah. Kamu sibuk, dia apalagi,” cecar Mama.Selanjutnya Fahira membiarkan mama bicara panjang lebar terkait banyak hal. Dia tahu kecerewetan wanita itu disebabkan kekhawatiran terulang kegagalan cintanya seperti di masa dulu.Dia pun

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   TAMU

    “Aku udah siap!”Gadis kecil berpita ungu di kanan-kiri rambutnya berlari ke arah papa yang sedang duduk membaca koran. Pria bermata sendu itu meletakkan lembar bacaan di atas pahanya, lalu bertanya, “Ada yang ketinggalan, gak?”Gelengan kepala yang menggemaskan dihadiah kecupan lembut di pipi kemerahan berisi itu. Reynan meletakkan koran di atas meja kaca sebelum berkata. “Kita beli dulu makanan buat Ibu Guru, ya.” Dijawil hidung bangir itu, lalu bangkit dari sofa keemasan yang atasnya berbingkai lengkungan ukiran kayu jati. “Siap, Papaku yang baek!”Keduanya tertawa, saling menggenggam menuju tempat yang sama-sama ingin segera di kunjungi. Putri kecil itu duduk manis di samping papanya. Setelah tetpasang selfbelt mobil pun melaju. Sepanjang jalan raut wajah Aslena berbinar-binar. Keinginan untuk main ke rumah guru kesayangan tercapai juga. Kehilangan sosok mama sejak usia lima tahun membuatnya haus kasih sayang seorang ibu. Kebahagiaan juga kentara di sisi Reynan. Meski baru per

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   RASA SAYANG

    “Makasih, Ibu. Aku seneng banget!” Fahira memeluk gadis kecil yang tengah menguarkan pendar bahagia. Di hatinya tumbuh sayang berlebih pada anak yang kehilangan seorang ibu cukup lama. Di sekolah pun Aslena sangat mencari perhatiannya. “Aduh, maaf, hanya bisa menjamu ala kadarnya. Ayo silakan di minum, Sayang.”Ibu Salma masuk kembali ke ruangan dengan nampan besar di tangannya. Duduk di samping Aslena, membelai lembut wajah dan rambut putri kecil itu. Selanjutnya mengecup kening yang tertutup anak rambutnya. “Terima kasih, Ibu. Maaf merepotkan. Ini ada sedikit oleh-oleh dari Aslena.”Reynan menyerahkan dua kantung belanjaan pada Bu Salma. Wanita bergamis dongker itu tak bisa menyembunyikan binar bahagia di matanya. “Aduh, apa ini? Banyak sekali, Makasih, ya, Sayang.”Wanita bertahi lalat di dagu itu kembali mencium Aslena yang tengah tersenyum senang. senangBu Salma segera masuk untuk menaruh buah tangan tersebut. Seandainya tak dikejar tugas kantor, ingin rasanya Reynan berlama

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   AYAM GORENG

    Tak terasa waktu menanjak menuju sore. Aslena mulai merajuk meminta sesuatu yang membuat Fariha kebingungan. “Harus izin Papa dulu kalau mau makan di luar. Kita pesen online aja pizzanya.” Fahira mencari kata agar Aslena menghentikan keinginannya jalan-jalan ke mall untuk makan pizza. Ditawarkan beberapa alternatif, tetapi putri kecil itu tetap kukuh dengan keinginannya. “Papa pasti ngizinin. Aku udah lama pengen makan pizza di luar, tapi Papa selalu gak bisa nemenin. Pulangnya malem aja.”Kembali, gadis kecil itu muram. Luluh juga hati Fahira melihat kemuraman di wajah putih itu.“Yaudah kita telpon Papa dulu, ya?” bujuk Fahira. “Iya, kah? Asiiik!” seru Aslena. Refleks Aslena merangkul Fahira, menciumi kedua pipinya. Gadis itu tersenyum, dibalas ciuman itu dengan gemas. Hari ini dia serasa menjadi seorang ibu sesungguhnya.Fahira menghirup udara dalam-dalam sebelum menelpon papa Aslena. Satu tangan mengelus dada untuk menghilangkan detak-detak yang entah apa namanya. Setelah pan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   LEBIH CEPAT

    Reynan memanfaatkan momen ini untuk berlama-lama bersama nona cantik. Meski risih, Fahira tak bisa juga mengusir pria itu dari sisinya. Bahkan sampai ke market pun terus diikuti. Gadis itu makin tak enak ketika seluruh belanjaannya dibayarkan dengan alasan sebagai tanda terima kasih.Lepas belanja, sebelum Fahira mengucapkan kata pamit, Aslena mendahului bicara.“Pah, aku mau maen itu!”Aslena menarik tangan Reynan ke tempat permainan anak. Mau tidak mau Fahira mengikutinya.“Sejak tantenya menikah, Aslena sering kesepian. Saya terlalu sibuk di kantor, “ ucap Reynan memecahkan kebisuan. Fahira menoleh pada pria yang sedang menatap lurus ke depan. Kali ini, binar itu meredup.Selama menunggu Aslena bermain, Reynan dan Fahira duduk di tempat yang disediakan untuk pengunjung. Mereka berbagi bangku panjang yang teebuat dari besi. Sesekali melambaikan tangan pada putri kecil itu.“Dulu Aslena sering bertanya kapan mama pulang? Pertanyaan itu lebih menyakitkan dari apapun karena saya tak pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   JANGAN TERGODA

    “Fa, berjanjilah, apapun yang terjadi kau akan tetap di sisiku. Aku gak bisa bayangin hidup tanpa kamu.”Bayu kembali masuk ke lorong bening manik hitam itu, menyelam hingga ke dasarnya. Mencoba menanamkan ulang keyakinan pada gadis yang entah mengapa seakan gamang.“Apa Mas ragu padaku?”Pertanyaan itu meluncur sebagai pembelaan diri atas tuduhan yang tepat menghantam ke ulu hatinya. Ia pun langsung meradang.“Maksudku bukan begitu. Maaf kalau membuatmu tersinggung.”Bayu tergagap di hadapan pertanyaan gadis pujaannya. Tak menyangka Fahira jadi sensitif begini. Ia tak mengerti di mana letak kesalahan pernyataan tersebut.“Kalau Mas meragukan aku, baiknya tak usah diteruskan.”Suara Fa naik satu level dari biasa. Kelelahan raga juga rasa didakwa mencuatkan sisi emosi jiwa.“Fa, jangan bicara begitu. Aku benar-benar minta maaf. I love you soul and body.”Fahira menundukkan kepala, jari meremas kuat gamis biru dongkernya. Perkataan bayu telak menikam hati yang memang sedang dilanda kege

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04

Bab terbaru

  • PESONA DUDA RUPAWAN   END

    "Aku sudah siap!”Aslena memeluk Fahira dari arah belakang. Seperti biasa ia akan menggoyang-goyangkan badannya hingga ikut bergerak tubuh orang yang dipeluknya.“Putri Mama cantik banget ini!" puji Fahira Wanita yang sudah sembuh total itu melepas pelukan Aslena, lalu membalikkan badan hingga mereka berhadapan. Dijawil hidung bangir itu perlahan. Detik berikutnya kening sang putri sudah disentuhnya. “Mamaku juga cantik kayak ratu!" balas Aslena. Bola mata mungil itu bergerak-gerak hingga kilauannya tampak begitu indah ia mengerjakan dua kelopak mata hingga gemas yang melihatnya “Ratunya papa, ya? Nah, ini tuan putrinya!” sela Reynan. Lelaki yang melihat aksi itu tak bisa tinggal diam. Ia ikut larut dalam keceriaan dengan memeluk keduanya. Lalu, dicium kening kedua belahan jiwanya. “Ayo. Sebentar lagi akad nikah Bapak Bayu dimulai. Nanti kita ketinggalan!" ajak Reynan pada keduanya. Reynan menuntun ratu dan putri kerajaan hatinya menuju mobil. Pagi ini, mereka akan menghadiri ak

  • PESONA DUDA RUPAWAN   JODOH

    Melinda memberanikan diri menantang sorot lembut di depannya. Namun, bertahan sekian detik saja, ia menunduk dengan rona merah menyemburat di pipinya.Wanita itu seperti kehilangan kemampuan bicara. Satu kata pun tak mampu lolos dari lidahnya. Saat ini seperti ada tali yang mengikat lisannya. Beberapa menit, Bayu harus menahan rasa yang tak nyaman sebab Melinda tak kunjung bicara. Dadanya mulai berdebar-debar sebab muncul ketakutan akan terempas kembali sebuah harapan. Pikirannya mulai dicengkram bayangan masa lalu, tentang Fahira, perjuangan cinta, kedatangan Reynan da akhir kisah menyakitkan. Apa cinta ini akan kembali pupus di tengah jalan?“Jika Mas Bayu serius, Insya Allah saya juga serius," jawab gadis itu sambil menahan rasa malu yang mendera. Setelah berhasil meredakan gemuruh di dada, Melinda dengan mantap menjawab lamaran Bayu. Tak ada keraguan pada hati gadis itu. Perkenalan satu bulan baginya cukup untuk memahami bahwa pria ini luar biasa.Tak ada alasan menolaknya dari

  • PESONA DUDA RUPAWAN   MOVE ON

    “Nakal, ya. Tak ingat sama Mama!" rajuk mama Bayu. Wanita awet muda itu memeluk putra yang baru saja pulang dari Malaysia. Bahagia campur haru menghiasi hatinya kini. Kesepian yang menggerogoti hari-hari akan sirna pasti.Bayu berjanji, selama libur kuliah akan tinggal di sini. Rencananya pun setelah tuntas akan kembali ke Indonesia. Ia sadar orang tuanya sangatlah kesepian. Muncul sesal karena selam ini hanya mementingkan kesedihan hatinya sendiri. Keduanya bicara banyak hal tanpa menyinggung soal wanita. Mama tak ingin momen bahagia ini rusak gara-gara obrolan yang Bayu enggan membahasnya.Di satu sudut hatinya masih sedih hingga kini menyaksikan putra kesayangan terpuruk karena cinta. Sebagai ibu ia tahu Bayu begitu dalam terluka.Bukan sesaat cinta yang Bayu perjuangkan. Tidak sedikit pengorbanan yang dicurahkan putranya. Oleh karena itu hatinya tetap dendam pada Fahira. Namun, ia menahan diri dari perkara buruk demi menjaga perasaan sang pemuda.“Mah, doakan ya. Semoga gadis ya

  • PESONA DUDA RUPAWAN   BAYU KINI

    “Satu-satunya cara move on dari seorang wanita adalah mencari penggantinya. Ayolah kawan, dunia itu luas. Bunga tak hanya setaman!” ucap seseorang yang berada di samping Bayu. Lelaki bergaya rambut ala oppa korea itu mengacungkan dua tangannya ke atas. Detik kemudiam diturunkan, lalu menepuk pundak temannya.Bayu menepis tangan itu, beranjak dari sofa apartemennya. Ia melangkah menuju jendela, menyibak tirainya. Pandangan diarahkan keluar sana hingga ia menyaksikan kepadatan arus kendaraan. Barisan mobil harus rela berbaris karena kemacetanbelum terurai. Bukan pemandangan itu kemudian yang menjerat pikirannya. Namun kilasan masa lalulah yang membuat tatapannya kosong.Kembali, wajah itu berkelebat dalam benak, lalu segala tentangnya hingga sesak itu kembali menerpa.Sedalam itukah perasaannya? Hingga setahun bergulir pun tetap tak pernah Fahira pergi dari jiwa.Dihela udara Jakarta yang baru saja disinggahinya kembali. Setahun sudah meninggalkan kenangan manis sekaligus menyakitkan.

  • PESONA DUDA RUPAWAN   PERKEMBANGAN

    “Fa, kasih aku ponakan kembar. Biar ada penerus berantem!” canda Farhan sebelum menutup ruangan. Tawa keras Farhan membuat Fahira mengerucutkan bibir. Ingin rasanya mengejar kembarannya itu untuk mendaratkan dua jari di pinggangnya.“Sepertinya semua orang memberi kesempatan pada kita," ucap Reynan setelah hanya mereka berdua yang ada di ruangan. “Kesempatan apa?” tanya Fahira keheranan.Reynan membisikkan sesuatu ke telinga Fahira. Kontan saja wanita berpipi putih itu menepuk lengan lelakinya.“Mas, apa sih?”Reynan tak dapat menahan tawa kali ini. Segera saja ia mendorong kursi roda untuk pergi ke ruang sebelah.Saat masuk, aroma masakan sudah tercium di seantero ruangan. Sepertinya kedua ibu mereka sedang kolaborasi di dapur.Ayah memyambut Reynan dan Fahira, sedangkan Farhan dan Aslena tak tampak di sini. Mereka sedang jalan-jalan mungkin.Fahira tak betah jika tak ikut membantu di dapur. Karena itu ia memaksa pada suaminya untuk diizinkan bergabung dengan dua ibu di sana.“Eh,

  • PESONA DUDA RUPAWAN   ADA ADIK?

    Reynan mendudukkan Fahira di kursi roda. Lantas menghadapkannya pada cermin. Disisir rambut yang masih basah itu. Sesekali dihidu wanginya.Fahira memakai cream wajah, compact powder serta lip gloss merah muda. Merias diri untuk menyenangkan suami akan mengundang pahala besar pikirnya.Kini fisiknya sudah dimiliki seorang pria. Tak bisa lagi seenaknya sendiri. Apakah mau kusam atau cerah.Dipandangani dari belakang cermin membuatnya grogi. Hampir-hampir bedaknya jatuh.“Cantik,” rayu Reynan pada wanita yang kini wajahnya merona. Rayuan itu sukses menjadikannya merinding. Ah, lelaki ini benar-benar mengancam kestabilan detakan jantung.Setelah Fahira selesai berdandan, Reynan memutarkan kursi roda hingga wajah mereka berhadapan. Lelaki itu berjongkok, disentuh pipi halus itu, lalu jarak pun terhapus.Sekian detik dinikmati kembali sentuhan bibir yang kerap diulang. Sepertinya Fahira mulai terbiasa dengan aktivitas yang membawanya terbang menembus awan.“Aslena pasti sudah merindukan m

  • PESONA DUDA RUPAWAN   MELEPAS RINDU

    “Terima kasih untuk semuanya. Maaf kalau selama ini aku kurang baik pada kalian!”Ayah menghampiri Reynan, memeluk dan menepuk-nepuk punggung.. Baginya nyata sudah ketulusan menantu yang tak dirindukan ini. Hancur seluruh ego yang membentengi dirinya dan pria muda ini.Kini, pandangannya beralih pada gadis mungil yang tengah di peluk omanya. Aslena menggigit jari telunjuk, mata polos itu mengerjap saat menangkap sorot redup kakek tirinya.Ruang hati kakek tiba-tiba dipenuhi rasa bersalah seluruhnya. Ia merutuki kerasnya ego yang menampik keberadaan malaikat kecil yang begitu tulus mencintai putrinya. Bahkan mamapu membawa Fahira pada derajat kesembuhan luar biasa. Tentu saja, Aslena sangat berjasa dalam hal ini.Didekati bocah mungil itu, berjongkok di depannya, mengulurkan tangan untuk meraih. Aslena mundur satu langkah. Ia pikir kakek akan berbuat kasar karena ia telah membuat Mama Fahira tak bisa berjalan.Aslena takut sekali, bahkan ia berniat lari, lalu bersembunyi sampai kakek p

  • PESONA DUDA RUPAWAN   SEMAKIN SAYANG

    Ketiganya masuk ke kamar utama. Di tempat ini kelak pengantin itu melepas asmara yang menggila. Sementara Aslena akan tidur di kamar sebelahnya. Ia sudah dipahamkan bahwa anak berusia tujuh tahun tak boleh satu kamar dengan orang tua.Gadis kecil itu tergolong mandiri. Baginya tak masalah tidur sendiri. Meski tak paham sempurna mengapa tak boleh bersama mama dan papa tidurnya, ia menurut saja.“Ini kamar Mama dan Papa. Aku tidur di sebelah, Ma!” celoteh Aslena. Sebenarnya Fahira gugup sekarang. Apalagi saat pandangan bertemu dengan tatapan mesra suaminya. Ada hasrat luar biasa di sana. Ia sadar yang lumpuh hanya kaki bagian bawah, selebihnya normal, tentu masih bisa melaksanakan aktivitas ‘ibadah’ suami istri.“Aslena nanti tidurnya setelah solat Isya. Besok’kan harus fit. Mama juga butuh istirahat yang banyak supaya cepat sembuh!” titah Reynan pada putrinya yang manggut-manggut. “Iya, aku mengerti, Pah!” sahut Aslena. Fahira dapat menangkap maksud tersirat ucapan tersebut. Ah, ia

  • PESONA DUDA RUPAWAN   BERSAMA KALIAN

    “Aku lumpuh, aku gak berguna, Mas. Kamu pasti nyesel udah nikah sama aku’kan?“ rajuk Fahira untuk kesekian kalinya “Ssst!”Reynan menyimpan telunjuknya di bibir merah itu, lalu mengusap pipi yang terus dibanjiri airmata. Ia tahu, istrinya sangat terpukul atas kelumpuhan ini.“Aku takkan pernah menyesal menikahimu. Apakah kau sehat, ataupun sakit. Aku mencintaimu selamanya,“ terang Reynan tanpa keraguan. Direngkuh tubuh yang jiwanya sedang rapuh. Dibisikkan kata-kata cinta sebagai penguat kesungguhannya akan membersamai Fahira.Beberapa menit kemudian, dilepas pelukan sebab ada yang masuk ke ruangan. Aslena datang beserta oma untuk menjemput kepulangan Fahira.Hari ini dokter mengizinkan Fahira keluar dari rumah sakit. Hanya saja, Pengobatan tetap berjalan. Cek up dilakukan jika obat-obatan sudah habis, sementara terapi dilakukan tiap hari.Untunglah perusahaan penerbangan tempat pesawat kecelakaan bernaung membiayai pengobatan pasien sampai tuntas. Tak terbayang biaya yang harus Rey

DMCA.com Protection Status