Share

TAMU

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-09-04 19:45:07

“Aku udah siap!”

Gadis kecil berpita ungu di kanan-kiri rambutnya berlari ke arah papa yang sedang duduk membaca koran. Pria bermata sendu itu meletakkan lembar bacaan di atas pahanya, lalu bertanya, “Ada yang ketinggalan, gak?”

Gelengan kepala yang menggemaskan dihadiah kecupan lembut di pipi kemerahan berisi itu. Reynan meletakkan koran di atas meja kaca sebelum berkata.

“Kita beli dulu makanan buat Ibu Guru, ya.” Dijawil hidung bangir itu, lalu bangkit dari sofa keemasan yang atasnya berbingkai lengkungan ukiran kayu jati.

“Siap, Papaku yang baek!”

Keduanya tertawa, saling menggenggam menuju tempat yang sama-sama ingin segera di kunjungi. Putri kecil itu duduk manis di samping papanya. Setelah tetpasang selfbelt mobil pun melaju.

Sepanjang jalan raut wajah Aslena berbinar-binar. Keinginan untuk main ke rumah guru kesayangan tercapai juga. Kehilangan sosok mama sejak usia lima tahun membuatnya haus kasih sayang seorang ibu.

Kebahagiaan juga kentara di sisi Reynan. Meski baru pertama bertemu, hatinya tertuntun untuk mengenal lebih jauh gadis cantik itu. Apalagi Aslena terlihat sangat menyukai Fahira, makin kuat saja dorongannya.

Selama ini, bukan dia menutup diri untuk menyanding wanita lain di sisinya. Melainkan belum ada yang cocok di hatinya dan Aslena. Beberapa wanita yang disodorkan mama tak satu pun masuk kriteria.

Sesuai kesepakatan mereka akan membeli oleh-oleh untuk bu Fahira. Reynan mengajak putrinya belanja di mini market yang berada di kilometer tiga dari rumah mereka.

“Ini, ini, ini!”

Di mini market, Aslena semangat memasukkan aneka makanan ke dalam troli belanja. Reynan tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat tingkah putri tercinta. Sesekali dia membantu mengambilkan benda yang tak terjangkau tangan mungil itu.

“Udah?”

“Mmm!”

Gadis kecil itu mengangguk-anggukkan kepala. Reynan mencubit gemas pipi cubbynya sebelum melakukan transaksi di meja kasir.

“Siap, Nona?”

“Yes, Dad!”

Keduanya kembali tertawa sebelum mobil membawanya ke tempat tujuan.

Selang tiga puluh menit kendaraan yang ditumpangi memasuki halaman rumah sederhana nan asri. Di samping kanan berderet rapi aneka bunga warna-warni. Di sisi kiri ada kolam kecil dengan pancuran mini di pinggirnya.

Tak sabar, Aslena buru-buru keluar dari mobil. Ia berlari menuju pintu berwarna coklat tua yang masih mengkilap catnya.

“Assalamualaikuuuum!”

Setelah dua kali salam, pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya berdiri di sana.

“Ibu guru Fa-nya ada, Bu?”

Ibu Salma, mama Fahira mengerutkan dahi melihat seorang anak kecil menanyakan putrinya. Ia mencoba mengingat siapa gadis mungil ini.

“Assalamualaikum, Ibu. Saya Reynan dan ini putri saya Aslena, siswi Ibu Fahira. Apakah Ibu Fa ada?”

Sesaat, wanita paruh baya itu terkesima mendapati pria yang mirip pemain drama korea favoritnya. Cepat-cepat dikuasai keterkejutan di wajah itu. Wanita berhijab hitam itu tersenyum dan mengarahkan tangan ke dalam.

“Oh, iya, ada. Mari masuk.”

Aslena menarik tangan papa. Keduanya duduk di sofa hijau yang agak pudar warnanya. Gadis mungil itu mengarahkan pandangan pada kaligrafi besar di dinding ruangan, lalu berseru, “Wah, bagusnya!”

Ibu Salma bergegas menginformasikan kedatangan tamu kepada putrinya. Setelah itu masuk dapur untuk menyiapkan jamuan.

Reynan menyapukan pandangan pada sekeliling ruangan. Meski sederhana, tempat yang dindingnya berwarna hijau muda ini terlihat bersih dan rapi. Tidak banyak barang di sini, hanya sofa, hiasan kaligrafi, lemari kaca pajangan dan jam dinding saja.

Lima menit kemudian seseorang berhijab merah muda masuk ruang tamu. Reynan terpana dengan wanita yang mengukir senyum di bibirnya. Desiran halus mulai memanjakan kitaran dada.

“Maaf, Ibu. Kami jadi mengganggu liburannya.”

Lembut, Reynan memulai pembicaraan. Fahira mencoba memandang pria yang sedang tersenyum di depannya. Lima detik kemudian dia memalingkan pandangan. Entah mengapa ada hawa aneh di rongga dada.

“Gakpapa, Pak. Saya malah senang ada yang mau menemani di rumah. Iya, kan, Sayang.”

Mencoba menutupi grogi, Fahira membelai lembut rambut siswi yang kini duduk mepet di sampingnya. Reynan makin tersihir oleh aura keibuan yang terpancar tanpa rekayasa.

Related chapters

  • PESONA DUDA RUPAWAN   RASA SAYANG

    “Makasih, Ibu. Aku seneng banget!” Fahira memeluk gadis kecil yang tengah menguarkan pendar bahagia. Di hatinya tumbuh sayang berlebih pada anak yang kehilangan seorang ibu cukup lama. Di sekolah pun Aslena sangat mencari perhatiannya. “Aduh, maaf, hanya bisa menjamu ala kadarnya. Ayo silakan di minum, Sayang.”Ibu Salma masuk kembali ke ruangan dengan nampan besar di tangannya. Duduk di samping Aslena, membelai lembut wajah dan rambut putri kecil itu. Selanjutnya mengecup kening yang tertutup anak rambutnya. “Terima kasih, Ibu. Maaf merepotkan. Ini ada sedikit oleh-oleh dari Aslena.”Reynan menyerahkan dua kantung belanjaan pada Bu Salma. Wanita bergamis dongker itu tak bisa menyembunyikan binar bahagia di matanya. “Aduh, apa ini? Banyak sekali, Makasih, ya, Sayang.”Wanita bertahi lalat di dagu itu kembali mencium Aslena yang tengah tersenyum senang. senangBu Salma segera masuk untuk menaruh buah tangan tersebut. Seandainya tak dikejar tugas kantor, ingin rasanya Reynan berlama

    Last Updated : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   AYAM GORENG

    Tak terasa waktu menanjak menuju sore. Aslena mulai merajuk meminta sesuatu yang membuat Fariha kebingungan. “Harus izin Papa dulu kalau mau makan di luar. Kita pesen online aja pizzanya.” Fahira mencari kata agar Aslena menghentikan keinginannya jalan-jalan ke mall untuk makan pizza. Ditawarkan beberapa alternatif, tetapi putri kecil itu tetap kukuh dengan keinginannya. “Papa pasti ngizinin. Aku udah lama pengen makan pizza di luar, tapi Papa selalu gak bisa nemenin. Pulangnya malem aja.”Kembali, gadis kecil itu muram. Luluh juga hati Fahira melihat kemuraman di wajah putih itu.“Yaudah kita telpon Papa dulu, ya?” bujuk Fahira. “Iya, kah? Asiiik!” seru Aslena. Refleks Aslena merangkul Fahira, menciumi kedua pipinya. Gadis itu tersenyum, dibalas ciuman itu dengan gemas. Hari ini dia serasa menjadi seorang ibu sesungguhnya.Fahira menghirup udara dalam-dalam sebelum menelpon papa Aslena. Satu tangan mengelus dada untuk menghilangkan detak-detak yang entah apa namanya. Setelah pan

    Last Updated : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   LEBIH CEPAT

    Reynan memanfaatkan momen ini untuk berlama-lama bersama nona cantik. Meski risih, Fahira tak bisa juga mengusir pria itu dari sisinya. Bahkan sampai ke market pun terus diikuti. Gadis itu makin tak enak ketika seluruh belanjaannya dibayarkan dengan alasan sebagai tanda terima kasih.Lepas belanja, sebelum Fahira mengucapkan kata pamit, Aslena mendahului bicara.“Pah, aku mau maen itu!”Aslena menarik tangan Reynan ke tempat permainan anak. Mau tidak mau Fahira mengikutinya.“Sejak tantenya menikah, Aslena sering kesepian. Saya terlalu sibuk di kantor, “ ucap Reynan memecahkan kebisuan. Fahira menoleh pada pria yang sedang menatap lurus ke depan. Kali ini, binar itu meredup.Selama menunggu Aslena bermain, Reynan dan Fahira duduk di tempat yang disediakan untuk pengunjung. Mereka berbagi bangku panjang yang teebuat dari besi. Sesekali melambaikan tangan pada putri kecil itu.“Dulu Aslena sering bertanya kapan mama pulang? Pertanyaan itu lebih menyakitkan dari apapun karena saya tak pe

    Last Updated : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   JANGAN TERGODA

    “Fa, berjanjilah, apapun yang terjadi kau akan tetap di sisiku. Aku gak bisa bayangin hidup tanpa kamu.”Bayu kembali masuk ke lorong bening manik hitam itu, menyelam hingga ke dasarnya. Mencoba menanamkan ulang keyakinan pada gadis yang entah mengapa seakan gamang.“Apa Mas ragu padaku?”Pertanyaan itu meluncur sebagai pembelaan diri atas tuduhan yang tepat menghantam ke ulu hatinya. Ia pun langsung meradang.“Maksudku bukan begitu. Maaf kalau membuatmu tersinggung.”Bayu tergagap di hadapan pertanyaan gadis pujaannya. Tak menyangka Fahira jadi sensitif begini. Ia tak mengerti di mana letak kesalahan pernyataan tersebut.“Kalau Mas meragukan aku, baiknya tak usah diteruskan.”Suara Fa naik satu level dari biasa. Kelelahan raga juga rasa didakwa mencuatkan sisi emosi jiwa.“Fa, jangan bicara begitu. Aku benar-benar minta maaf. I love you soul and body.”Fahira menundukkan kepala, jari meremas kuat gamis biru dongkernya. Perkataan bayu telak menikam hati yang memang sedang dilanda kege

    Last Updated : 2022-09-04
  • PESONA DUDA RUPAWAN   SIAPA, TUH?

    Aslena menghadapkan badan pada Papa, mengerjapkan mata yang membuat Reynan makin gemas saja. "Hahaha! Bintangnya lucu, kayak-"Pria itu menahan bibir agar tak menyebut nama seseorang yang dilamunkan sedari tadi. Ia tak ingin putrinya bingung akan perasaan orang dewasa. "Lucu kayak putri Papa, muach!"Pipi putih itu sekali lagi mendapat kecupan. Mata Aslena tiba-tiba membesar, ia teringat sesuatu tentang ibu gurunya. "Bu Guru Fa juga lucu. Rambutnya dikucir ke atas, hihihi!"Jantung itu tiba-tiba menghentak, lalu darah ikut berdesir. Sekilas ditepis bayangan liar yang lancang bertandang. "Sssst! Jangan kasih tahu rambut dan badan Bu Guru ke Papa. Itu aurat."Reynan menyimpan telunjuk ke bibir gadis mungil itu. Aslena memiringkan wajah, menggoyangkannya sebagai tanda tak mengerti."Bu Guru bukan mahrom. Jadi Papa gak boleh lihat, gak boleh tahu rambut dan badannya."Meski tak paham, gadis cilik itu manggut-manggut. Hanya saja ia belum puas, lalu bertanya lagi. "Kok, Papa boleh liat

    Last Updated : 2022-09-09
  • PESONA DUDA RUPAWAN   SALAH TINGKAH

    Oma menghentikan aktivitas mengaduk teh manis yang tersaji di atas meja kayu di depannya. Wanita berambut ikal itu memang sangat menginginkan putra sulungnya menikah. "Ibu Fahira, guru aku," tambahnya dengan mata berbinar. Oma yang duduk di bangku kayu jati ukir mendekatkan wajah ke kepala cucunya. Ditopangkan tangan pada dagu, bola mata digerak-gerakan bersiap mendengar penjelasan jujur dari bibir mungil itu. Selanjutnya Aslena menceritakan semua hal yang dia ketahui tentang gurunya. Sesekali oma melirik putranya yang belum juga menimpali."Ibu Fa pintar masak. Ayam gorengnya enak. Nanti Papa mau dibuatkan ayam goreng sama Bu Fa!" seru Aslena dengan kepala ditolehkan pada pria yang sedang berpura-pura melihat ke arah lain. "Wah, Oma mau juga, dong!" timpal wanita yang tubuhnya lebih berisi dari dua orang di sampingnya. Saking penasaran, wanita itu menginterogasi Reynan saat Aslena asyik bermain ayunan di samping kanan gajebo. "Belum fix, Mah. Insya Allah lagi usaha."Reynan men

    Last Updated : 2022-09-10
  • PESONA DUDA RUPAWAN   HARAPAN HATI

    Pria beralis tebal itu mencoba mencairkan suasana dengan mengajak Fahira berbincang seputar dunia anak dan pendidikan. Cara itu dalam waktu singkat mampu membuat sang guru menyambut antusias tiap pertanyaan. Aktivitas belanja menjadi ringan di sisi Fahira sebab diiringi obrolan ringan bersama pria yang tak seharusnya membersamai. Satu jam sudah keduanya melewati rak demi rak berbagai jenis barang. Kadang Reynan membantu mengambil barang yang tak terjangkau tangan Fahira. Sesekali bercanda dengan menarik benda yang sudah disodorkan, lalu keduanya tertawa. “Haus, ya. Minum dulu di sana, ayo!”“Ehmm!” Fahira melirik benda melingkar di pergelangan tangannya. “Hanya sebentar, ayo!”Mau tak mau Fahira mengikuti langkah pria tegap itu. Tak sampai lima menit keduanya sudah duduk di salah satu foodcourt di mall tersebut. Duduk berhadapan di depan meja kotak coklat. Di tengahnya terdapat tissu dan tusuk gigi. Perbincangan kembali mengalir setelah sama-sama nyaman. “Saya bahagia sekali hari

    Last Updated : 2022-09-10
  • PESONA DUDA RUPAWAN   MULAI MENGANGGU

    Untaian itu bagai simfoni mendayu-dayu, meliuk-liukan hati yang mencoba bertahan pada kesetiaan. Entah mengapa Fahira tak ingin itu berakhir cepat. Ada yang meronta, mencoba meruntuhkan logika. “Saya lancang, ya? Maaf ... Rasa rindu saya pada Ibu ternyata sangat menyiksa.”Fahira merasakan getaran di ujung telpon makin terasa. Sesekali ada helaan berat mengiringinya. Dia pun mengalami hal yang tak jauh beda. Raga dan jiwanya bergetar, menahan sesuatu yang makin lancang menerjang. “Pak, saya ....”Ucapan itu menggantung di udara. Mengatakan yang sebenarnya berarti mengakhiri sesuatu yang baru saja memercikan bahagia di lorong jiwa.“Maaf sekali lagi jika saya lancang menyampaikan apa yang hadir di hati saat ini. Entah mengapa rasa saya pada Ibu begitu luar biasa.”Irama jantung Fahira menghentak-hentak, mengguncangkan rongga dada. Posisinya kini berganti, terduduk di tengah ranjang. “Saya berharap setelah ini kita bisa lebih dekat lagi.”Lama keduanya terjeda dalam diam. Semilir ang

    Last Updated : 2022-09-12

Latest chapter

  • PESONA DUDA RUPAWAN   END

    "Aku sudah siap!”Aslena memeluk Fahira dari arah belakang. Seperti biasa ia akan menggoyang-goyangkan badannya hingga ikut bergerak tubuh orang yang dipeluknya.“Putri Mama cantik banget ini!" puji Fahira Wanita yang sudah sembuh total itu melepas pelukan Aslena, lalu membalikkan badan hingga mereka berhadapan. Dijawil hidung bangir itu perlahan. Detik berikutnya kening sang putri sudah disentuhnya. “Mamaku juga cantik kayak ratu!" balas Aslena. Bola mata mungil itu bergerak-gerak hingga kilauannya tampak begitu indah ia mengerjakan dua kelopak mata hingga gemas yang melihatnya “Ratunya papa, ya? Nah, ini tuan putrinya!” sela Reynan. Lelaki yang melihat aksi itu tak bisa tinggal diam. Ia ikut larut dalam keceriaan dengan memeluk keduanya. Lalu, dicium kening kedua belahan jiwanya. “Ayo. Sebentar lagi akad nikah Bapak Bayu dimulai. Nanti kita ketinggalan!" ajak Reynan pada keduanya. Reynan menuntun ratu dan putri kerajaan hatinya menuju mobil. Pagi ini, mereka akan menghadiri ak

  • PESONA DUDA RUPAWAN   JODOH

    Melinda memberanikan diri menantang sorot lembut di depannya. Namun, bertahan sekian detik saja, ia menunduk dengan rona merah menyemburat di pipinya.Wanita itu seperti kehilangan kemampuan bicara. Satu kata pun tak mampu lolos dari lidahnya. Saat ini seperti ada tali yang mengikat lisannya. Beberapa menit, Bayu harus menahan rasa yang tak nyaman sebab Melinda tak kunjung bicara. Dadanya mulai berdebar-debar sebab muncul ketakutan akan terempas kembali sebuah harapan. Pikirannya mulai dicengkram bayangan masa lalu, tentang Fahira, perjuangan cinta, kedatangan Reynan da akhir kisah menyakitkan. Apa cinta ini akan kembali pupus di tengah jalan?“Jika Mas Bayu serius, Insya Allah saya juga serius," jawab gadis itu sambil menahan rasa malu yang mendera. Setelah berhasil meredakan gemuruh di dada, Melinda dengan mantap menjawab lamaran Bayu. Tak ada keraguan pada hati gadis itu. Perkenalan satu bulan baginya cukup untuk memahami bahwa pria ini luar biasa.Tak ada alasan menolaknya dari

  • PESONA DUDA RUPAWAN   MOVE ON

    “Nakal, ya. Tak ingat sama Mama!" rajuk mama Bayu. Wanita awet muda itu memeluk putra yang baru saja pulang dari Malaysia. Bahagia campur haru menghiasi hatinya kini. Kesepian yang menggerogoti hari-hari akan sirna pasti.Bayu berjanji, selama libur kuliah akan tinggal di sini. Rencananya pun setelah tuntas akan kembali ke Indonesia. Ia sadar orang tuanya sangatlah kesepian. Muncul sesal karena selam ini hanya mementingkan kesedihan hatinya sendiri. Keduanya bicara banyak hal tanpa menyinggung soal wanita. Mama tak ingin momen bahagia ini rusak gara-gara obrolan yang Bayu enggan membahasnya.Di satu sudut hatinya masih sedih hingga kini menyaksikan putra kesayangan terpuruk karena cinta. Sebagai ibu ia tahu Bayu begitu dalam terluka.Bukan sesaat cinta yang Bayu perjuangkan. Tidak sedikit pengorbanan yang dicurahkan putranya. Oleh karena itu hatinya tetap dendam pada Fahira. Namun, ia menahan diri dari perkara buruk demi menjaga perasaan sang pemuda.“Mah, doakan ya. Semoga gadis ya

  • PESONA DUDA RUPAWAN   BAYU KINI

    “Satu-satunya cara move on dari seorang wanita adalah mencari penggantinya. Ayolah kawan, dunia itu luas. Bunga tak hanya setaman!” ucap seseorang yang berada di samping Bayu. Lelaki bergaya rambut ala oppa korea itu mengacungkan dua tangannya ke atas. Detik kemudiam diturunkan, lalu menepuk pundak temannya.Bayu menepis tangan itu, beranjak dari sofa apartemennya. Ia melangkah menuju jendela, menyibak tirainya. Pandangan diarahkan keluar sana hingga ia menyaksikan kepadatan arus kendaraan. Barisan mobil harus rela berbaris karena kemacetanbelum terurai. Bukan pemandangan itu kemudian yang menjerat pikirannya. Namun kilasan masa lalulah yang membuat tatapannya kosong.Kembali, wajah itu berkelebat dalam benak, lalu segala tentangnya hingga sesak itu kembali menerpa.Sedalam itukah perasaannya? Hingga setahun bergulir pun tetap tak pernah Fahira pergi dari jiwa.Dihela udara Jakarta yang baru saja disinggahinya kembali. Setahun sudah meninggalkan kenangan manis sekaligus menyakitkan.

  • PESONA DUDA RUPAWAN   PERKEMBANGAN

    “Fa, kasih aku ponakan kembar. Biar ada penerus berantem!” canda Farhan sebelum menutup ruangan. Tawa keras Farhan membuat Fahira mengerucutkan bibir. Ingin rasanya mengejar kembarannya itu untuk mendaratkan dua jari di pinggangnya.“Sepertinya semua orang memberi kesempatan pada kita," ucap Reynan setelah hanya mereka berdua yang ada di ruangan. “Kesempatan apa?” tanya Fahira keheranan.Reynan membisikkan sesuatu ke telinga Fahira. Kontan saja wanita berpipi putih itu menepuk lengan lelakinya.“Mas, apa sih?”Reynan tak dapat menahan tawa kali ini. Segera saja ia mendorong kursi roda untuk pergi ke ruang sebelah.Saat masuk, aroma masakan sudah tercium di seantero ruangan. Sepertinya kedua ibu mereka sedang kolaborasi di dapur.Ayah memyambut Reynan dan Fahira, sedangkan Farhan dan Aslena tak tampak di sini. Mereka sedang jalan-jalan mungkin.Fahira tak betah jika tak ikut membantu di dapur. Karena itu ia memaksa pada suaminya untuk diizinkan bergabung dengan dua ibu di sana.“Eh,

  • PESONA DUDA RUPAWAN   ADA ADIK?

    Reynan mendudukkan Fahira di kursi roda. Lantas menghadapkannya pada cermin. Disisir rambut yang masih basah itu. Sesekali dihidu wanginya.Fahira memakai cream wajah, compact powder serta lip gloss merah muda. Merias diri untuk menyenangkan suami akan mengundang pahala besar pikirnya.Kini fisiknya sudah dimiliki seorang pria. Tak bisa lagi seenaknya sendiri. Apakah mau kusam atau cerah.Dipandangani dari belakang cermin membuatnya grogi. Hampir-hampir bedaknya jatuh.“Cantik,” rayu Reynan pada wanita yang kini wajahnya merona. Rayuan itu sukses menjadikannya merinding. Ah, lelaki ini benar-benar mengancam kestabilan detakan jantung.Setelah Fahira selesai berdandan, Reynan memutarkan kursi roda hingga wajah mereka berhadapan. Lelaki itu berjongkok, disentuh pipi halus itu, lalu jarak pun terhapus.Sekian detik dinikmati kembali sentuhan bibir yang kerap diulang. Sepertinya Fahira mulai terbiasa dengan aktivitas yang membawanya terbang menembus awan.“Aslena pasti sudah merindukan m

  • PESONA DUDA RUPAWAN   MELEPAS RINDU

    “Terima kasih untuk semuanya. Maaf kalau selama ini aku kurang baik pada kalian!”Ayah menghampiri Reynan, memeluk dan menepuk-nepuk punggung.. Baginya nyata sudah ketulusan menantu yang tak dirindukan ini. Hancur seluruh ego yang membentengi dirinya dan pria muda ini.Kini, pandangannya beralih pada gadis mungil yang tengah di peluk omanya. Aslena menggigit jari telunjuk, mata polos itu mengerjap saat menangkap sorot redup kakek tirinya.Ruang hati kakek tiba-tiba dipenuhi rasa bersalah seluruhnya. Ia merutuki kerasnya ego yang menampik keberadaan malaikat kecil yang begitu tulus mencintai putrinya. Bahkan mamapu membawa Fahira pada derajat kesembuhan luar biasa. Tentu saja, Aslena sangat berjasa dalam hal ini.Didekati bocah mungil itu, berjongkok di depannya, mengulurkan tangan untuk meraih. Aslena mundur satu langkah. Ia pikir kakek akan berbuat kasar karena ia telah membuat Mama Fahira tak bisa berjalan.Aslena takut sekali, bahkan ia berniat lari, lalu bersembunyi sampai kakek p

  • PESONA DUDA RUPAWAN   SEMAKIN SAYANG

    Ketiganya masuk ke kamar utama. Di tempat ini kelak pengantin itu melepas asmara yang menggila. Sementara Aslena akan tidur di kamar sebelahnya. Ia sudah dipahamkan bahwa anak berusia tujuh tahun tak boleh satu kamar dengan orang tua.Gadis kecil itu tergolong mandiri. Baginya tak masalah tidur sendiri. Meski tak paham sempurna mengapa tak boleh bersama mama dan papa tidurnya, ia menurut saja.“Ini kamar Mama dan Papa. Aku tidur di sebelah, Ma!” celoteh Aslena. Sebenarnya Fahira gugup sekarang. Apalagi saat pandangan bertemu dengan tatapan mesra suaminya. Ada hasrat luar biasa di sana. Ia sadar yang lumpuh hanya kaki bagian bawah, selebihnya normal, tentu masih bisa melaksanakan aktivitas ‘ibadah’ suami istri.“Aslena nanti tidurnya setelah solat Isya. Besok’kan harus fit. Mama juga butuh istirahat yang banyak supaya cepat sembuh!” titah Reynan pada putrinya yang manggut-manggut. “Iya, aku mengerti, Pah!” sahut Aslena. Fahira dapat menangkap maksud tersirat ucapan tersebut. Ah, ia

  • PESONA DUDA RUPAWAN   BERSAMA KALIAN

    “Aku lumpuh, aku gak berguna, Mas. Kamu pasti nyesel udah nikah sama aku’kan?“ rajuk Fahira untuk kesekian kalinya “Ssst!”Reynan menyimpan telunjuknya di bibir merah itu, lalu mengusap pipi yang terus dibanjiri airmata. Ia tahu, istrinya sangat terpukul atas kelumpuhan ini.“Aku takkan pernah menyesal menikahimu. Apakah kau sehat, ataupun sakit. Aku mencintaimu selamanya,“ terang Reynan tanpa keraguan. Direngkuh tubuh yang jiwanya sedang rapuh. Dibisikkan kata-kata cinta sebagai penguat kesungguhannya akan membersamai Fahira.Beberapa menit kemudian, dilepas pelukan sebab ada yang masuk ke ruangan. Aslena datang beserta oma untuk menjemput kepulangan Fahira.Hari ini dokter mengizinkan Fahira keluar dari rumah sakit. Hanya saja, Pengobatan tetap berjalan. Cek up dilakukan jika obat-obatan sudah habis, sementara terapi dilakukan tiap hari.Untunglah perusahaan penerbangan tempat pesawat kecelakaan bernaung membiayai pengobatan pasien sampai tuntas. Tak terbayang biaya yang harus Rey

DMCA.com Protection Status