Satu minggu kemudian, ada korban yang mati mendadak di tempat tersebut. Tapi bukan persaing dari Herman dan bukan karyawan Herman. Sehingga rumor bakso mengunakan persugihan milik Herman terbantahkan.
Para netizen para menyarankan Herman untuk meminta dukun untuk membersihkan tempat tersebut dari jejak kematian yang meminta tumbal setiap seminggu sekali.
Awalnya Herman menolak, karena ia tidak tahu menahu soal begituan. Tapi desakkan para pegawai, akhirnya membuat Herman melakukannya. Walau aktingnya gagal barusan.
“Kalian yang urus saja, aku takut nih. Takut hal begituan,” alasan Herman yang berpura-pura sok polos yang berhasil menipu para pegawainya.
Para pegawai yang kasihan dengan Herman yang asli penakut itu, mereka memutuskan memanggil dukun untuk membersihkan ritual tempat yang makan korban dan Herman hanya mengamati dari luar jendela lantai dua bersama dengan pegawai lainnya. Untuk menyakinkan para pegawainya, bahwa ia adalah seorang p
Salah satu pesaing mulai bersuara.“Memang kelewatan deh sikap Andika, pantas saja kau pindah.”“Mau gimana lagi, anak dan istriku penting. Daripada mereka kenapa-napa,” lirih Herman dengan akting buayanya.Semua pesaing yang tersisa melihat satu sama lain, karena mereka hanya tahu selama ini dagangan Herman laku laris dan habis dalam waktu tiga jam. Kini buka hampir 12 jam saja tidak laku laris dan sekarang melihat jam discon besar-besaran.“Man kau tidak rugi y?” tanya salah satu pesaing bernama Harun.“Rugi sih rugi, tapi fokus bayar bank dulu. Daripada kena sita. Aku dagang di mana coba?” balas Herman dengan menghela nafas putus asanya.“Emang kau hutang berapa sih sampai stres sekali seperti itu?” tanya pesaing yang bernama Rudi.“Dua miliar, harga tempat ini kan 3 miliar lebih dan belum termasuk gaji para pekerja. Jadi percuma deh kalian curigai aku yang dis
Tia di dalam ruangan mulai linglung dengan tujuannya mengikuti klub misteri. Ia tidak ingat apa yang terjadi dan kenapa ia di sini. termasuk Narnia yang seperti mendapatkan berapa serpihan ingatan tentang orang tua kandungnya. Karena selama ini ia mengira Lala dan Herman adalah orang tua kandungnya dan Ardi adalah sepupu jauhnya.Ingatan tersebut masih samar-samar, membuat Narnia merasakan sakit pada kepalanya. Termasuk Tia juga mengeluh sakit kepala.“Cuaca hari ini sungguh panas,” ucap Darwin yang membuka jendela dan membiarkan angin sepoi-sepoi masuk ke dalam klub. Membuat kedua wanita itu tidak sakit kepala lagi. akibat mantra doa yang terus mengalun dalam nada kecil di salah satu sudut ruangan.Darwin memang tidak ingin langsung menghapus mantra pelet itu dalam waktu cepat, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh orang yang kena pelet dan syock berat hingga menjadi gila. Karena tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi pada tubuhnya selama ini
Akhirnya mereka sepakat, jika orang yang harus di curigai adalah Andika sat ini. Yang merupakan dalang segala bencana yang terjadi hingga kecelakaan yang tidak masuk akal sama sekali.Hari demi hari, kejayaan Andika semakin meningkat dratis bahkan mengalahkan pendapatan harian Herman.Herman merasa dirinya telalu bodoh menjual tempat dagangan lamanya kepada Andika. Hingga Andika semakin berjaya dari hari ke hari dan dirinya terancam akan bangkrut dengan tempat usaha barunya.“Apakah kekuatan dukun Joko menurun dratis?” gumam Lala yang curiga karena hampir tiga bulan penghasilannya pasang surut.Herman menghela nafas gusar, ia setuju dengan perkataan Lala mengenai kekuatan dukun Joko yang semakin menurun. Buktinya saja Andika bisa semakin berjaya sampai membeli barang mewah dan pamer ini itu setiap hari.“Aku rasa juga demikian,” balas Herman yang gusar.Lala tidak sabaran lagi, ia tidak ingin hidup melarat. Piki
Dukun Tri berpikir sejenak, apakah ia harus melakukan ritual untuk pemeriksaan atau tidak. Karena resikonya cukup besar dengan ilmu pas-pasanya yang bisa mengakibatkan kesurupan, sadangkan resiko terbesar adalah kematian akibat kecerobohan yang di sertai aksi nekatnya. Tapi mengingat putri Andika sudah menjadi jasad. Maka kesempatan tersebut juga tidak ada salahnya untuk menguji kekuatannya sampai mana.“Baiklah, aku ingin kau membawa putrimu ke sini. Kita akan melakukan ritual tengah malam, sebelum ia di kuburkan. Aku yakin kau tidak akan keberatan kan?” tanya dukun Tri dengan senyuman penuh maksudnya.“Tidak, lebih cepat maka lebih baik.”Andika segera pulang kerumah, ia diam-diam mengeluarkan jasad putri pertamanya dari dalam peti dan memasukkan ke dalam mobil avanza. ketika semua pelayat sudah pulang semua.Andika terus mengemudikan mobil putihnya selama satu jam lamanya menuju ke tempat dukun Tri. Ia sungguh marah, dendam dan
Seminggu berlalu, acara berduka selesai. Andika kembali membuka tokonya di salah satu mall dan di tatapi oleh para pesaingnya dengan tatapan sinis. Ada pesaing yang berbahagia, dengan musibah yang menimpah keluarga Andika dan mereka berharap musibah tersebut bisa berlangsung selamanya. Hingga membuat Andika langsung bangkrut dan enyah dari kawasan tempat perdangangan yang mereka tempati.Andika yang menyadari tatapan para pesaingnya, hanya bisa berdecak kesal dalam hati. Jika mengharapkan ia bangkrut, maka mereka salah besar semua. karena ia sudah menumbalkan para pesaingnya ke kepada dukun Tri yang memakai ilmu gunung gawi.“Wah, ini lah efeknya memakai persugihan dalam melariskan makanan. Maka anak sendiri jadi tumbal,” ucap Harun dengan wajah menyindirnya.Andika masih diam dengan banyaknya perkataan yang menyindir untuknya sekaligus mengolok-oloknya. Daripada membalas perkataan para pesaingnya, Andika juga memikirkan bagaimana cara mendekati Lala
Dengan perasaan kesal, Herman keluar dari dalam kamar Narnia melalui pintu depan dan ia mendapatin Narnia sudah pulang dari rumah.“Kebetulan sekali,” batin Herman yang mulai merencanakan ide jahatnya untuk menyetubuhi tubuh Narnia untuk mendapatkan lendir persugihan tersebut. sekaligus melepaskan kebutuhan biologisnya yang selama ini terpedam sekian lama.“Lo ayah, kok tak kerja?” ucap Narnia yang melihat Herman turun dari anak tangga.“Hari ini kan libur, masa kamu lupa?” balas Herman dengan senyuman jahatnya.“Oya, lupa he he he..” balas Narnia tersipu malu dan langsung menaiki anak tangga dengan tergesah-gesah.Herman menatapi Narnia yang menaiki anak tangga dengan menelan ludahnya.Saat ia ingin melancarkan aksinya, ponselnya tetiba berbunyi yang merupakan panggilan dari dukun Joko. Herman langsung meradang dan tidak ingin pergi sebelum menuntaskan biologisnya.Seakan tahu apa keing
Kepala Narnia mengeleng kekanan dan ke kiri, sambil menutup kedua kakinya yang di tahan oleh kedua tangan Herman.“Lendirmu sungguh manis,” puji Herman yang menjilati semua inti tubuh Narnia dengan lidahnya. Kemudian memasukkan lidahnya di dalam liang untuk memancing lendir selanjutnya keluar.“Ahhhh…” desah Narnia yang merasakan kenikmatan dengan mengoyangkan pinggulnya ke kanan dan kiri.Herman semakin senang melihat Narnia semakin binal, puas memanjakan inti Narnia. Herman kembali menarik pinggul Narnia untuk menyatuh dengan rudalnya yang masih tegang sempurna itu.“Ahhhh…” desah Narnia yang merasakan nikmat dengan benda tumpul yang bergerak di dalam liangnya tanpa kondom bergerigi.“Enak Sayang,” ucap Herman yang giat memaju dan memundurkan pinggangnya.“Ahhh… ahhhh… ah…” Narnia hanya bisa mendesah berulang-ulang tanpa bisa berkata-kata lagi. k
Herman memutar matanya, ia menatap Lala yang berdiri di depannya.“Tidak ada, aku hanya mengingatkan kau soal jam saja. Untuk menghindari gossip para tetangga,” ucap Herman yang berdiri dari tempat duduknya.“Astaga Man, aku kan jarang keluar rumah. Sebulan saja hanya dua kali, masa sudah di gossip sih? Kecuali tiap hari, maka akan beda dengan apa yang katakan oleh para tetangga.”Herman terdiam.“Ini baru jam 6 sore, kau tahu betapa lamanya aku kena macet di jalanan. Yang ada aku yang kena curigai oleh teman-temannku. Sebulan ketemu mereka dua kali dan pulang berburu- buru seperti orang kesetanan,” ceroscos Lala yang masih sebel dengan Herman yang memintanya pulang cepat. hingga ia tidak bisa bercinta dengan Andika.Herman masih terdiam dan berpikir apa yang di proteskan oleh Lala ada benarnya juga. yang ada kecurigaan teman-teman Lala yang bisa berakibat fatal padanya.“Hmmm, baiklah. Lain kali aku
Kedua pria masih saling tatapan penuh kebencian mau pun persaingan.Smith yang sejak tadi diam dengan rasa penasaran tinggi. Kini ia memilih bersuara untuk mendamaikan kedua pria tersebut sebelum terjadi tumpah darah.Bukannya damai, Ardi dan pria itu langsung menyerang secara dadakan.Smith yang terkejut berhasil menghindar dari keduanya. Sehingga ia selamat dari tendangan mau si pria berpakaian formal tersebut."Duhh... sial," umpat Smit yang hampir saja jadi Samsat tinju oleh kedua pria tersebut.Ardi berulang kali menghindari tendangan kaki pria tersebut yang mengarah ke arah kepala."Ternyata sekarang kau sudah bisa ilmu beladiri," Ardi yang masih menghindari tendangan dari pria itu mulai mencibir.Kesal dengan kemampuan Ardi yang meningkat tajam. Pria itu mengubah teknik berkelahi secara mendadak.Ardi yang sudah malas bermain-main. Ia segera mengayunkan salah satu kaki ke arah dada pria itu.Tubuh pria itu terpental mengenai Smith.Smith yang mencoba kabur berakhir na'as di tim
Bartender bar itu tidak bertanya lagi setelah pria itu memilih diam. Ardi yang tidak sabaran, ia berjalan ke arah pria itu dengan sikap percaya diri dan berwibawa. "Vodka satu gelas," ucap Ardi yang memesan minuman keras di saat suasana perutnya tidak baik. Pria itu menatapi Ardi sejenak di saat Ardi tidak sadar. "Anak sialan ini ternyata lebih tampan dari aku, termasuk tubuhnya juga kekar. Benar-benar tipe yang aku inginkan. Kapan aku bisa mendapatkan tubuh seperti itu," batin pria itu menatapi Ardi dari atas hingga bawah tanpa melewatkan sedikitpun. Pria itu menelan saliva dengan susah payah. Ia terobsesi untuk mendapatkan tubuh Ardi yang sempurna seperti yang di inginkan selama ini. Ardi menoleh ke arah pria itu dengan tatapan mencibir. "Ada yang salah dengan penampilan aku?" ucap Ardi dengan kata sinis. Pria itu menurunkan tatapan matanya, kemudian menghabiskan semua minuman di gelas dengan tergesa-gesa. Sejujurnya pria itu sangat takut dengan Ardi yang bisa membokar inden
"Dasar pria lemah," cibir Smith yang melihat ke arah Ardi yang muntah berulang kali. Daripada mendengar cibiran Smith yang seperti anak bebek yang berisik, Ardi memilih untuk mengeluarkan isi perut yang masih tersangkut. "Sudah aku nasehati untuk bawa kantong untuk berjaga-jaga, Kau ini kenapa bandel sih?" Smith masih tiada henti-hentinya mencibir Ardi. Kemudian bersedekap dada melihat Ardi yang mengalami penderitaan. Ardi ingin memaki-maki Smith dengan sumpah serapah, Tapi niat tersebut tidak bisa di lakukan sekarang. Melihat Ardi masih muntah, Smith berinsiatif membawa Ardi keluar dari dalam ruangan. Sedangkan para pekerja masih mengumpulkan bukti yang ada di TKP untuk menemukan siapa pelaku pembunuhan dan indentitas korban. Di dalam mobil, Smith menyerahkan satu tablet obat mual dan satu botol air mineral untuk Ardi. Ardi menatapi kebaikkan Smith dengan tatapan curiga. Tahu apa maksud tatapan Ardi yang menyebalkan itu. Smith menghela nafas panjang. Kemudian memperlihatkan w
Narnia yang sedang makan roti panggang, ia menaikkan sebelah alis dengan memperlihatkan wajah binggung atas perkataan Ardi barusan."Jangan sok polos, kita bukan anak kecil lagi. Apa kau lupa dengan apa yang kita lalui bersama," ucap Ardi yang berjalan mendekati Narnia. Kemudian menaikkan dagu Narnia dengan jemari.Narnia menatapi pria di depan dengan tatapan benci,marah, jijik dan sebagainya. "Bagaimana aku bisa lupa sikap bejadmu itu," batin Narnia yang asli marah kepada Ardi.Melihat Narnia yang hanya diam diri tanpa perlawanan, Ardi semakin semangat untuk bisa mencicipi tubuh Narnia di pagi hari."Bagaimana jika kita olahraga pagi sebentar," bisik Ardi secara sensual dengan jemari menjempol menyentuh bibir merah Narnia."Amit-amit deh," seru Narnia mengempis tangan Ardi secara kasar."Wah... kau masih seperti dulu," goda Ardi yang semakin bernafsu akan perlawanan Narnia."Jangan sentuh aku," pekik Narnia merontah-rontah ketika tubuh mungil di himpit oleh Ardi.Ardi memperlihatkan
Desa xxx. Seorang pria menatapi sosok tampan yang terpantul di air sungai yang mengalir. Pria itu tersenyum lebar. Apa yang di harapkan dan di korbankan di masa lalu, kini menjadi kenyataan. “Aku kembali untuk mendapatkan apa yang aku inginkan selama ini,” tawa pria itu terbahak-bahak di dalam hutan yang tidak berpenghuni. Berulang kali, pria itu masih menatapi sosok tampan yang masih terpantul di dalam air. Pria itu seakan terhipnotis akan sosok tampan yang kini menjadi wadah. “Inilah yang aku harapkan, wajah tampan, tubuh seperti atletik. Kedepan akan sangat menyenangkan,” seru pria itu yang sudah puas menatapi sosok yang kini di dapatkan. Pria itu berjalan santai tanpa busana menuju ke arah tempat dirinya pernah di korbankan 10 tahun lalu. Kedua mata pria itu melihat segala sisi tempat yang sudah di tutupi rumput tinggi. “Tidak terasa sudah 10 tahun berlalu sejak kejadian itu,” gumam pria itu menyentuh rahang yang di tumbuhi jambang tipis. Kedua mata pria itu menatapi bekas
Ardi kembali diam dan tidak tahu harus bagaimana, tetiba Ardi merasa tangisan Narnia menghilang dan tubuh Narnia lemas. "Nar, apa yang terjadi padamu?" seru Ardi yang cemas, ia berusaha mengendong Narnia ke arah ruang perawatan dan beruntungnya masih ada dokter di sana. Dokter yang kebetulan di ruangan adalah dokter spesialis tulang. "Aku tidak tahu pasien ini sakit apa, lebih baik di bawa ke rumah sakit untuk di periksa!" perintah dokter yang menyarankan Ardi membawa Narnia kerumah sakit. Ardi yang panik, segera menghubungi Andi. karena hanya Andi yang membawa mobil. Andi yang sedang makan di kagetkan oleh pangilan ponsel dari Ardi. "Iya... aku segera ke sana," ucap Andi yang meraih gelas berisi cocacola dan sempat meraih kentang goreng. Andi berjalan cepat ke arah pakiran dan ia melihat Ardi sudah mengumpat kepadanya. "Aduh.... apa yang kau lakukan padanya?" tanya Andi yang membuka pintu penumpang untuk Ardi.
Narnia yang kesal, langsung mendorong pria itu menjauh dari tubuhnya."Aku akan melaporin kamu atas pelecehan sexual, ini Amerika dan hukum adil di sini?" lanjut Narnia dengan ancamanya kepada pria yang masih duduk terdiam membisu.Andi yang sudah naik darah dan sebentar lagi akan darah tinggi. segera berjalan ke arah pria itu. lalu menarik helm pembalap dari belakang secara mendadak. hingga memperlihatkan wajah pria itu di depan Narnia.Kedua mata Narnia terbelalak besar. menatapi pria yang memiliki wajah seperti anaknya. sekaligus pria yang ia rindukan selama ini."Ardi?" ucap Narnia dengan suara bergetar."Maaf," gumam Ardi yang bergegas berdiri untuk mejauhi Narnia. ia tidak ingin ada maksud memperlihatkan diri kepada Narnia. karena kata terakhir Narnia masih tergiang-giang di telinganya.Andi menepuk dahinya dengan keras.Narnia yang sadar dari keterkejutannya, segera berlari mengejar Ardi yang berjalan menjauh dari hadapannya de
***Butuh waktu untuk Narnia menata perasaan dan segala apa yang ia lalui saat membesarkan Ardiansyah.Narnia kembali menghubungi Darwin, ia mengatakan kepada Darwin tidak bisa menerima perasaan Darwin. karena hatinya tidak ada rasa.Darwin tidak keberatan, ia menghargai keputusan Narnia yang menolaknya. karena ia sadar diri tidak akan bisa memaksa perasaan Narnia untuknya."Kapan-kapan pulang ke sini," ucap Darwin yang kini berpakaian formal yang mengajar di salah satu kampus ternama di indonesia."Iya, kapan-kapan aku akan kembali. sekarang sedang sibuk-sibuknya mendesain mobil pembalap dan bagaimana kabar yang lain?" tanya Narnia yang penasaran."Anton kini menjadi ustad dan sudah berkeluarga, Resti dan wina masih di rumah sakit jiwa. aku dan anton kadang-kadang menjenguk keduanya. tapi ya sepertinya tidak ada perkembangan sama sekali, hanya tahu dari desas desus yang beredar saja. keduanya mencuri sesuatu dari desa Lendir. hingga jadi se
***KKN desa Lendir akhirnya berakhir dengan tragedi menyedihkan dan juga membahagiakan karena banyak yang terselamatkan dan Wina terpaksa di kirim ke rumah sakit jiwa oleh kedua orang tuanya. hal ini tidak membuat Narnia bahagia. karena ia kehilangan Ardi untuk selamanya.Sedangkan Lesti merasakan ketakutan luar biasa, ia takut akan seperti Wina. sehingga selalu mengkonsumsi obat-obatan yang membuatnya mengalami depresi berat dan akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa menyusul Wina.Darwin selalu di sisi Narnia untuk mendapatkan jawaban Narnia yang tak kunjung di jawab oleh Narnia.Berapa bulan kemudian, Pihak kampus mengatakan kepada Narnia untuk melanjutkan kuliah di luar negeri sudah bisa di laksanakan. karena segala biaya sudah di bayar oleh seseorang hingga semester kuliah berakhir.Narnia tahu siapa yang melakukan semua itu, air matanya semakin deras. bersamaan dengan pihak asuransi mendatangi dirinya untuk tanda tangan surat wasiat dar