“Jangan salahkan aku, tapi salah kan saja dirimu yang merupakan wanita jalang kali ini. biar kita sama-sama jalang,” ucap Resti yang langsung pergi dari lorong lantai empat. Karena kegiatan sesudah ujian sangat sepi, ada yang datang ke sekolah untuk mengikuti ujian susulan dan ada yang tidak. Maka hal ini di manfaatkan oleh guru dan Resti untuk berkerjasama untuk menjebak Narnia.Narnia yang sudah selesai pipis hendak keluar dari dalam toilet dan tetiba ada yang menarik tangannya ke dalam toilet lagi.Narnia yang terkejut melihat siapa orang yang kurang ajar padanya.“Kau?” ucap Narnia yang tidak suka dengan guru pembimbing bernama Agus. Karena kesan pertama Narnia terhadap guru ini sungguh cabul.“Kita akan bersenang-senang manis,” ucap Agus yang menurunkan pandangannya ke arah dada Narnia yang berisi.Narnia berusaha menghindar, tapi langsung di tarik kuat oleh Agus dengan menekan Narnia ke pintu toilet. Kemudian mencium lehernya dan meremas kedua dada Narnia dengan remasan kuat yang
"Lebih baik kamu segera pulang dan jangan telalu lama di sekolah," ucap siswa itu yang di turuti oleh Narnia. Siswa itu membetulkan kacamatanya dan ia melihat kanan kiri yang di tempati oleh berapa makhluk halus yang sempat akan menyerangnya. Saat ia menyentuh dahi Narnia dan membacakan sebuah mantra."Jadi kau juga jadi korban persugihan," gumam siswa berkacamata yang bernama Darwin.Darwin berjalan ke arah pintu keluar dari lorong dan ia menatapi berapa kuntilanak yang berbisik-bisik. "Huh, jangan mendekati aku. Jika kalian tidak ingin jadi abu,'' ancam Darwin yang tidak main-main dengan perkataannya.Kuntilanak itu langsung kabur koncar kancir dan Darwin menelan saliva dengan gugup. Ia berusaha mengontrol amarahnya yang hampir keluar.***Di kediaman dukun Joko. sebuah mangkok untuk menaruh lendir persugihan selama bertahun-tahun. terdapat sebuah garis retakkan dan yang membuat dukun Joko merandang. ia tahu siapa pelakunya, jika bukan Darwin yang merupakan adik dari sang korban ya
Pagi hari, para pegawai memagari tempat kecelakaan tersebut dengan papan peringatan dan sebagainya. Agar berhati-hati melintas daerah yang rawan kecelakaan.Tindakan para pegawai Herman, membuat Andika terkekeh garing. Andika menatapi tempat usaha Herman dengan tatapan sinis."Percuma kau memagarnya," batin Andika yang semakin menjahat. Karena minggu depan ia akan menumbalkan para mantan pesaing Herman yang di depannya. Setelah yang kanan dan kiri sudah ia tumbalkan berapa minggu lalu di depan restoran Herman."Lebih baik pulang untuk menikmati pundi-pundi kekayaan yang mengalir masuk," batin Andika yang tertawa bahagia. Ia yakin efek kecelakaan yang bertubi-tubi akan berdampak kepada usaha Herman.Para pembeli di tempat Andika meningkat dratis, sejak kedua pesaing kanan kiri meninggal dunia akibat kecelakaan maut di depan restoran milik Herman.***Satu minggu kemudian, ada korban yang mati mendadak di tempat tersebut. Tapi bukan persaing dari Herman dan bukan karyawan Herman. Sehingg
"Ha? masa?” ucap pesaing Herman yang tidak percaya.“Iya, si bos bersumbunyi di lantai dua sambil melihat saja dan bekas tempat kecelakaan kami yang pagar agar tidak terjadi korban selanjutnya. Minta bos yang lakukan, amit-amit deh, udah kabur duluan.”Para pesaing langsung melihat ke arah wajah Herman yang membiru ketakutan.“Hmmm, sial banget kau Man. Baru dapat tempat bagus dan luas udah dapat cobaab ginian,” cibir mantan pesaing di depan toko Herman.“Mau gimana lagi, nama juga musibah. Aku awalnya tidak mau pindah. Tapi teror Andika sungguh menakutkan. Mau tidak mau aku habiskan semua uang tabungan berpuluh-puluh tahun buat beli tempat ini sampai utang ke bank segala,” alasan Herman agar terlihat menyakinkan.Mendengar ucapan Herman, para mantan pesaing saling melihat sama lain.“Utang ke bank, gila kau Man.”“Mau gimana lagi, coba kau di posisiku. Mau tidak di teror tiap hari dan di bentak-bentak seperti itu di hadapan pembeli,” lirih Herman dengan wajah memelasnya.Para pesaing
..”“Mau gimana lagi, coba kau di posisiku. Mau tidak di teror tiap hari dan di bentak-bentak seperti itu di hadapan pembeli,” lirih Herman dengan wajah memelasnya.Para pesaing berpikir ke masalalu, apa yang di katakan oleh Herman ada benarnya. Bertahun-tahun Herman di tindas oleh Andika sampai di permalukan di di depan pembeli yang lagi ramai. jika mereka di posisi Herman. mereka juga akan pindah atau akan meninju Andika yang beresiko besar akan kena pidana penganiaan.Salah satu pesaing mulai bersuara. “Memang kelewatan deh sikap Andika, pantas saja kau pindah.”“Mau gimana lagi, anak dan istriku penting. Daripada mereka kenapa-napa,” lirih Herman dengan akting buayanya.Semua pesaing yang tersisa melihat satu sama lain, karena mereka hanya tahu selama ini dagangan Herman laku laris dan habis dalam waktu tiga jam. Kini buka hampir 12 jam saja tidak laku laris dan sekarang melihat jam discon besar-besaran.“Man kau tidak rugi y?” tanya salah satu pesaing bernama Harun.“Rugi sih rug
klekk.Pintu klub terbuka, Darwin yang membawa barang hingga meninggi melewati kepalanya. Tidak menyadari Narnia sedang berbaring sehingga ia berjalan masuk.Bruukkkk.Darwin terjatuh dengan barang yang berhamburan ke segera arah, saat ia tersandung oleh tubuh Narnia yang berbaring di lantai.PlakSebuah tamparan melayang di wajah Darwin hingga kacamatanya lepas setengah.“Lo…”Darwin membetulkan posisi kacamatanya lagi.“Eh Narnia, maaf… aku tidak tahu kamu di sini?” ucap Darwin sembari mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia benaran tidak tahu ada orang di dalam klub misteri, karena hati ini dan sampai seminggu kedepan. Tempat kuliah sedang libur panjang.“Kenapa kamu di sini?” tanya Narnia sinis, karena Darwin mengangu waktu tidurnya.“Hmmm, menata barang klub dan beres-beres. Lalu membersihkan halaman yang sudah berumput tinggi,” jawab Darwin
“Aku.. hiks..” lirih Narnia yang menaggis dengan mencengkeram baju di dada Darwin dengan erat.“Tidak apa menaggis lah dan keluarkan semua kesedihanmu,” balas Darwin yang mengusap punggung Narnia yang bergetar hebat dan di saat itu pula mantra pelet ke tiga lepas dengan sendirinya tanpa bantuan Darwin.Darwin sempat kaget. Tapi ia tahu, semuai ini atas bantuan Tuhan.Kruyukkk krukkk kryukkkPerut Narnia berbunyi keras, karena sejak tadi pagi ia tidak makan sama sekali. Selain di lecehkan oleh Ardi yang mengaduk-aduk liangnya yang di duga Narnia untuk mendapatkan lendirnya untuk persugihan makanan.“Aku buatkan mie ya,” ucap Darwin yang berusaha melepaskan diri dari Narnia. Ia segera membuka lemari penyimpanan makanan dan mengambil dua gelas mie untuk di seduh. Kemudian menambahkan berapa sayuran hijau kedalamnya.“Nih, makan mie dulu! Nanti kita makan yang lain, tunggu hujan panas redah. Baru kita ke
“Demi balas dendam, aku ikhlas menumbalkan kalian semua. karena kalian merupakan sampah tidak berguna dan seharusnya kalian berterima kasih padaku. Yang memberikan kalian kehidupan mewah sesat,” batin Andika mencibir para korban yang di tumbalkan untuk misi dan dendamnya.Duduk sekian lama, Andika melirik hasil jualannya yang sepi dan ia meminta para pekerja untuk mendiscon bakso tersebut.Tindakan Andika membuat para pekerja kaget dan sekaligus menjadi bahan tertawaan para saingannya.“Jika jualan masih tidak habis, silahkan di discon 50% kepada pembeli. Daripada di buang,” perintah Andika kepada para pekerja yang masih kaget dan ia pergi begitu saja.Para pekerja menatapi kepergian Andika yang sangat santai tersebut.“Bos kenapa? Kok jadi mirip Herman?” ucap salah satu pekerja.“Mirip di mananya, bos masih sedih dengan kepergian putri pertamanya. Kalian sih tak tahu, betapa susahnya bos dulu menemb
Kedua pria masih saling tatapan penuh kebencian mau pun persaingan.Smith yang sejak tadi diam dengan rasa penasaran tinggi. Kini ia memilih bersuara untuk mendamaikan kedua pria tersebut sebelum terjadi tumpah darah.Bukannya damai, Ardi dan pria itu langsung menyerang secara dadakan.Smith yang terkejut berhasil menghindar dari keduanya. Sehingga ia selamat dari tendangan mau si pria berpakaian formal tersebut."Duhh... sial," umpat Smit yang hampir saja jadi Samsat tinju oleh kedua pria tersebut.Ardi berulang kali menghindari tendangan kaki pria tersebut yang mengarah ke arah kepala."Ternyata sekarang kau sudah bisa ilmu beladiri," Ardi yang masih menghindari tendangan dari pria itu mulai mencibir.Kesal dengan kemampuan Ardi yang meningkat tajam. Pria itu mengubah teknik berkelahi secara mendadak.Ardi yang sudah malas bermain-main. Ia segera mengayunkan salah satu kaki ke arah dada pria itu.Tubuh pria itu terpental mengenai Smith.Smith yang mencoba kabur berakhir na'as di tim
Bartender bar itu tidak bertanya lagi setelah pria itu memilih diam. Ardi yang tidak sabaran, ia berjalan ke arah pria itu dengan sikap percaya diri dan berwibawa. "Vodka satu gelas," ucap Ardi yang memesan minuman keras di saat suasana perutnya tidak baik. Pria itu menatapi Ardi sejenak di saat Ardi tidak sadar. "Anak sialan ini ternyata lebih tampan dari aku, termasuk tubuhnya juga kekar. Benar-benar tipe yang aku inginkan. Kapan aku bisa mendapatkan tubuh seperti itu," batin pria itu menatapi Ardi dari atas hingga bawah tanpa melewatkan sedikitpun. Pria itu menelan saliva dengan susah payah. Ia terobsesi untuk mendapatkan tubuh Ardi yang sempurna seperti yang di inginkan selama ini. Ardi menoleh ke arah pria itu dengan tatapan mencibir. "Ada yang salah dengan penampilan aku?" ucap Ardi dengan kata sinis. Pria itu menurunkan tatapan matanya, kemudian menghabiskan semua minuman di gelas dengan tergesa-gesa. Sejujurnya pria itu sangat takut dengan Ardi yang bisa membokar inden
"Dasar pria lemah," cibir Smith yang melihat ke arah Ardi yang muntah berulang kali. Daripada mendengar cibiran Smith yang seperti anak bebek yang berisik, Ardi memilih untuk mengeluarkan isi perut yang masih tersangkut. "Sudah aku nasehati untuk bawa kantong untuk berjaga-jaga, Kau ini kenapa bandel sih?" Smith masih tiada henti-hentinya mencibir Ardi. Kemudian bersedekap dada melihat Ardi yang mengalami penderitaan. Ardi ingin memaki-maki Smith dengan sumpah serapah, Tapi niat tersebut tidak bisa di lakukan sekarang. Melihat Ardi masih muntah, Smith berinsiatif membawa Ardi keluar dari dalam ruangan. Sedangkan para pekerja masih mengumpulkan bukti yang ada di TKP untuk menemukan siapa pelaku pembunuhan dan indentitas korban. Di dalam mobil, Smith menyerahkan satu tablet obat mual dan satu botol air mineral untuk Ardi. Ardi menatapi kebaikkan Smith dengan tatapan curiga. Tahu apa maksud tatapan Ardi yang menyebalkan itu. Smith menghela nafas panjang. Kemudian memperlihatkan w
Narnia yang sedang makan roti panggang, ia menaikkan sebelah alis dengan memperlihatkan wajah binggung atas perkataan Ardi barusan."Jangan sok polos, kita bukan anak kecil lagi. Apa kau lupa dengan apa yang kita lalui bersama," ucap Ardi yang berjalan mendekati Narnia. Kemudian menaikkan dagu Narnia dengan jemari.Narnia menatapi pria di depan dengan tatapan benci,marah, jijik dan sebagainya. "Bagaimana aku bisa lupa sikap bejadmu itu," batin Narnia yang asli marah kepada Ardi.Melihat Narnia yang hanya diam diri tanpa perlawanan, Ardi semakin semangat untuk bisa mencicipi tubuh Narnia di pagi hari."Bagaimana jika kita olahraga pagi sebentar," bisik Ardi secara sensual dengan jemari menjempol menyentuh bibir merah Narnia."Amit-amit deh," seru Narnia mengempis tangan Ardi secara kasar."Wah... kau masih seperti dulu," goda Ardi yang semakin bernafsu akan perlawanan Narnia."Jangan sentuh aku," pekik Narnia merontah-rontah ketika tubuh mungil di himpit oleh Ardi.Ardi memperlihatkan
Desa xxx. Seorang pria menatapi sosok tampan yang terpantul di air sungai yang mengalir. Pria itu tersenyum lebar. Apa yang di harapkan dan di korbankan di masa lalu, kini menjadi kenyataan. “Aku kembali untuk mendapatkan apa yang aku inginkan selama ini,” tawa pria itu terbahak-bahak di dalam hutan yang tidak berpenghuni. Berulang kali, pria itu masih menatapi sosok tampan yang masih terpantul di dalam air. Pria itu seakan terhipnotis akan sosok tampan yang kini menjadi wadah. “Inilah yang aku harapkan, wajah tampan, tubuh seperti atletik. Kedepan akan sangat menyenangkan,” seru pria itu yang sudah puas menatapi sosok yang kini di dapatkan. Pria itu berjalan santai tanpa busana menuju ke arah tempat dirinya pernah di korbankan 10 tahun lalu. Kedua mata pria itu melihat segala sisi tempat yang sudah di tutupi rumput tinggi. “Tidak terasa sudah 10 tahun berlalu sejak kejadian itu,” gumam pria itu menyentuh rahang yang di tumbuhi jambang tipis. Kedua mata pria itu menatapi bekas
Ardi kembali diam dan tidak tahu harus bagaimana, tetiba Ardi merasa tangisan Narnia menghilang dan tubuh Narnia lemas. "Nar, apa yang terjadi padamu?" seru Ardi yang cemas, ia berusaha mengendong Narnia ke arah ruang perawatan dan beruntungnya masih ada dokter di sana. Dokter yang kebetulan di ruangan adalah dokter spesialis tulang. "Aku tidak tahu pasien ini sakit apa, lebih baik di bawa ke rumah sakit untuk di periksa!" perintah dokter yang menyarankan Ardi membawa Narnia kerumah sakit. Ardi yang panik, segera menghubungi Andi. karena hanya Andi yang membawa mobil. Andi yang sedang makan di kagetkan oleh pangilan ponsel dari Ardi. "Iya... aku segera ke sana," ucap Andi yang meraih gelas berisi cocacola dan sempat meraih kentang goreng. Andi berjalan cepat ke arah pakiran dan ia melihat Ardi sudah mengumpat kepadanya. "Aduh.... apa yang kau lakukan padanya?" tanya Andi yang membuka pintu penumpang untuk Ardi.
Narnia yang kesal, langsung mendorong pria itu menjauh dari tubuhnya."Aku akan melaporin kamu atas pelecehan sexual, ini Amerika dan hukum adil di sini?" lanjut Narnia dengan ancamanya kepada pria yang masih duduk terdiam membisu.Andi yang sudah naik darah dan sebentar lagi akan darah tinggi. segera berjalan ke arah pria itu. lalu menarik helm pembalap dari belakang secara mendadak. hingga memperlihatkan wajah pria itu di depan Narnia.Kedua mata Narnia terbelalak besar. menatapi pria yang memiliki wajah seperti anaknya. sekaligus pria yang ia rindukan selama ini."Ardi?" ucap Narnia dengan suara bergetar."Maaf," gumam Ardi yang bergegas berdiri untuk mejauhi Narnia. ia tidak ingin ada maksud memperlihatkan diri kepada Narnia. karena kata terakhir Narnia masih tergiang-giang di telinganya.Andi menepuk dahinya dengan keras.Narnia yang sadar dari keterkejutannya, segera berlari mengejar Ardi yang berjalan menjauh dari hadapannya de
***Butuh waktu untuk Narnia menata perasaan dan segala apa yang ia lalui saat membesarkan Ardiansyah.Narnia kembali menghubungi Darwin, ia mengatakan kepada Darwin tidak bisa menerima perasaan Darwin. karena hatinya tidak ada rasa.Darwin tidak keberatan, ia menghargai keputusan Narnia yang menolaknya. karena ia sadar diri tidak akan bisa memaksa perasaan Narnia untuknya."Kapan-kapan pulang ke sini," ucap Darwin yang kini berpakaian formal yang mengajar di salah satu kampus ternama di indonesia."Iya, kapan-kapan aku akan kembali. sekarang sedang sibuk-sibuknya mendesain mobil pembalap dan bagaimana kabar yang lain?" tanya Narnia yang penasaran."Anton kini menjadi ustad dan sudah berkeluarga, Resti dan wina masih di rumah sakit jiwa. aku dan anton kadang-kadang menjenguk keduanya. tapi ya sepertinya tidak ada perkembangan sama sekali, hanya tahu dari desas desus yang beredar saja. keduanya mencuri sesuatu dari desa Lendir. hingga jadi se
***KKN desa Lendir akhirnya berakhir dengan tragedi menyedihkan dan juga membahagiakan karena banyak yang terselamatkan dan Wina terpaksa di kirim ke rumah sakit jiwa oleh kedua orang tuanya. hal ini tidak membuat Narnia bahagia. karena ia kehilangan Ardi untuk selamanya.Sedangkan Lesti merasakan ketakutan luar biasa, ia takut akan seperti Wina. sehingga selalu mengkonsumsi obat-obatan yang membuatnya mengalami depresi berat dan akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa menyusul Wina.Darwin selalu di sisi Narnia untuk mendapatkan jawaban Narnia yang tak kunjung di jawab oleh Narnia.Berapa bulan kemudian, Pihak kampus mengatakan kepada Narnia untuk melanjutkan kuliah di luar negeri sudah bisa di laksanakan. karena segala biaya sudah di bayar oleh seseorang hingga semester kuliah berakhir.Narnia tahu siapa yang melakukan semua itu, air matanya semakin deras. bersamaan dengan pihak asuransi mendatangi dirinya untuk tanda tangan surat wasiat dar