di sebuah gudang tua yang jauh dari permukiman warga.
Herman maupun Lala menatapi para wanita yang sudah terikat berhari-hari atau ada yang berminggu-minggu di tiang kayu dengan bagian bawah basah.
Di bagian bawah terlihat tertancap alat getar bertekanan tinggi untuk memuaskan nafsu para wanita yang kini di kuras lendir demi sebuah PERSUGIHAN. Tidak hanya bagian bawah yang di manjakan oleh sebuah alat getar, bagian atas juga terdapat dua alat yang di gunakan untuk meremas kedua gundukkan besar dan empuk.
"Tolong lepaskan aku," rintih wanita itu menatapi seorang pria yang di dampingi oleh seorang wanita yang lebih tua berapa tahun.
Pria itu bersikap cuek, ia melirik wanita itu dengan tatapan malas. Walau di dalam hati terdapat niat untuk menyetubuhi para korban satu persatu secara bergilir. Membayangkan teknik yang akan di praktekkan kepada para korban, nafsu Herman semakin menggebu-gebu dan terasa keras di bagian pusat tubuh.
Melihat bagian menonjol keras di balik celana jeans yang berusaha untuk keluar. Herman mengerutkan kening, kemudian mengusap rahang berapa kali dengan ujung mata melirik tubuh para wanita tanpa pakaian yang terikat dengan pose mengundang nafsu.
"Sial," decak batin Herman yang berusaha mati-matian menahan gairah yang memuncak mendadak akan pikiran kotor yang bersarang di dalam otaknya barusan.
Para wanita tanpa busana itu adalah korban dari ritual pesugihan yang di lakukan oleh Herman dan Lala demi kelancaran bisnis usaha mereka jalani selama puluhan tahun ini.
"Lendir mereka sudah tidak enak lagi di mulut costumer," decak Herman yang kini pusing tujuh keliling. Pasalnya penghasilan usaha yang kian melorot tajam setahun ini dan bayang-bayang ke bangkrutan mulai menghantui hidupnya belakang ini. Belum lagi berapa barang kreditan sudah mulai jatuh tempo dan pinjaman dari bank juga ikut menghantui setiap langkah.
Memikirkan semua tagihan jatuh di saat bersamaan. Kepala Herman mendadak pusing tujuh keliling dan terasa mual di perut. Herman sangat taut menjadi miskin, Ia tidak mau di hina maupun di remehkan oleh semua oramg.
"Aku tidak mau miskin," lanjut Herman yang kini semakin stress akan kondisi keuangan yang merosot tajam setiap hari.
Berulang kali Herman mengusap wajahnya dengan kasar yang mengambarkan kondisi keuangan yang sedang di hadapi.
Banyak korban wanita yang di kuras lendir untuk di olah menjadi kuah bakso tidak bisa menaikkan omzet yang semakin di ambang ke bangkrutan.
Lala yang tidak ingin miskin, ia menemukan sebuah cara yaitu menjadikan Narnia sebagai tumbal persugihan selanjutnya untuk mengantikan para korban yang sudah tidak berguna.
Awalnya Herman tidak setuju, karena mengira Narnia masih ada hubungan darah dengan Lala. Sehingga ritual tersebut bukan berhasil tapi sebalik menjadi bumerang bagi mereka berdua di masa depan.
"Narnia anak dari pernikahan aku sebelumnya, tepatnya anak tiri. Jadi tidak perlu takut," seru Lala dengan wajah liciknya. Ia tidak sudih membesarkan Narnia secara percuma-cuna selama ini. Sehingga Lala mulai meminta balas jasa mulai detik ini.
Herman mengusap dagu secara sensual dan memikirkan apa yang di katakan oleh Lala barusan.
"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi," lanjut Lala yang semakin menekan keputusan Herman untuk bekerjasama untuk menyeret Narnia ke dalam ritual persugihan.
Lala tidak ingin pergi ke jurang dosa sendirian, sehingga ia memutuskan untuk mengajak Herman untuk pergi ke neraka bersama atau mendepak Herman di kemudian hari jika mendadak menjadi miliader kaya raya.
Herman berpikir apa yang di katakan oleh Lala bisa di coba. Karena pihak berwajib sudah mencurigai aktivitas mereka berdua dengan kaitan para wanita yang merupakan pelanggan setia banyak yang menghilang belakang ini.
"Menarik juga," ucap Herman yang setuju dengan ide Lala karena dengan menjadikan Narnia sebagai tumbal persugihan selanjutnya, maka kecurigaan pihak berwajib tidak akan terbukti sama sekali.
***
Bandung, 2040
Ping…
Sebuah pesan w******p masuk ke ponsel salah satu gadis cantik yang kini duduk di kelas 2 SMA di salah satu sekolah favorit di Bandung.
Gadis itu sedang rebahan di atas kasur kontrakan yang berukuran singel dengan ruangan bernuasa pink dengan motif hello kitty menghiasi semua dinding kamar kontrakan yang merupakan motif kesukaan gadis itu, Serta berapa boneka hello kitty menghiasi atas ranjang. Termasuk berapa poster bayband tampan Korea menempel di setiap dinding.
Gadis cantik dengan rambut hitam panjang sepinggang itu bernama Narnia yang merupakan gadis tercantik di sekolah tersebut dan kini ia sudah menginjak usia dewasa.
Narnia berusaha meraba-raba keberadaan ponsel di samping tubuh untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan untuknya yang menganggu waktu bermalas-malasan di saat liburan sekolah.
"Sungguh menganggu," gumam Narnia dengan suara malas di sertai dengan suara sedikit manja seperti gadis pada umumnya.
Setelah mendapatkan ponsel tersebut, Narnia membuka kedua matan yang masih terasa lengket. Bahkan di dalam hati tidak ada niat untuk melihat siapa pengirim pesan.
Lala yang sudah kehabisan kesabaran, Ia kemudian mengirimkan stiker sebagai tanpa up pesan untuk segera di respon.
"Ieeehhh...resek banget sih," gerutu Narnia yang merasa terganggu sejak tadi.
"Anak sialan, sampai kapan kau diamkan pesan aku?" pekik Lala yang mengila ketika melihat tidak ada tanda-tanda Narnia akan merespon pesan yang ia kirim barusan. TLala yang semakin tidak sabaran. Ia kemudian mengirimkan berapa stiker lagi ke dalam ponsel Narnia.
Narnia yang sudah kesal tidak tertahankan lagi, Ia membuka kedua mata secara besar-besar untuk menahan ngantuk.
Tombol kunci di layar ponsel di buka dengan gesekan jemari, Narnia menekan tombol hijau whatxx untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan dengan bunyi berturut-turut seperti orang kesetanan yang membangunkan tidur nyenyak di hari libur sekolah.
Kedua mata Narnia melihat pesan yang masuk, merupakan pesan dari ibu tiri yang meminta dirinya untuk tinggal di Jakarta dan menetap bersama dengan kelurga baru dengan segala alasan yang tertulis di pesan whatxxx
Narnia agak ragu untuk memberikan jawaban atas permintaan sang ibu Tiri. Karena ia masih betah tinggal di Bandung dan bebas melakukan apa saja di sebuah kontrakkan sederhana yang dekat sekolah. Selain itu, Narnia merasa tidak enak sama keluarga baru ibu tiri yang sudah mempunyai anak dan suami. Sekarang posisinya adalah ia adalah orang luar dan tidak berhubungan apapun dengan mereka.
“Haruskah aku tinggal bersama mereka?” batin Narnia yang mempunyai keraguan besar untuk melakukan permintaan yang menurutnya tidak masuk akal sama sekali atas permintaan ibu tiri. Keraguan menyusup di hati Narnia, ia memutuskan untuk menolak secara halus tawaran ibu tiri. Karena tidak enak hati dan takut-takut seperti cerita di sinetron yang keberadaannya tidak di anggap sama sekali dan di siksa oleh pihak keluarga ibu tiri yang kejam. Ampesnya di perkosa bergilir seperti piala dunia. membayangkan hal seperti itu saja sudah membuat semua bulu tubuh Narnia berdiri semua. Sang ibu tiri yang melihat pesan balasan dari Narnia. "Keparat," umpat Lala yang mendengus kesal, ia tidak terima atas kegagalan ini dan niat jahatnya masih tetap tidak berubah sama sekali untuk menjadikan Narnia sebagai calon persugihan lendir. Melihat tidak ada tangkapan dari ibu tiri. Narnia kembali menjelaskan maksud penolakkan ajakan tersebut dengan berapa alasan sebagai pendukung. Lala yang sejak tadi memb
"Aku mengapa bisa lupa bagian ini," Narnia menepuk dahinya sesaat. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Narnia setuju dengan apa yang di tawarkan oleh ibu tiri. Bahwa ia akan pergi ke Jakarta pada hari jumat siang dengan tujuan berziarah di makam kedua orangtua. Kemudian kembali ke Bandung. Melihat pesan balasan yang di kirimkan oleh Narnia, kedua mata Lala terbelalak besar. Ia berulang kali membaca pesan tersebut untuk memastikan dirinya tidak salah baca. "Akhirnya berhasil," seru Lala dengan suara nyaring dan bahagia akan misinya yang sudah berhasil di tahap pertama. Tahap pertama menjebak Narnia untuk ke Jakarta sebagai calon persugihan. Lala dan Herman saling melihat satu sama lain, Keduanya tertawa terbahak-bahak. Karena rencana mereka akhirnya berhasil menarik simpati Narnia. “Dengan demikian maka tumbal persugihan dari wanita yang di kencani oleh Adam, Kini sudah tidak berguna lagi. Kita harus secepatnya mejadikan Narnia sebagai peganti wanita persugihan yang lama," ucap L
"Tolong lebih pelan," pinta wanita itu memohon pilu atas kekerasan yang dilakukan oleh Adam."Pelan katamu, jangan bermimpi. Kau kira aku ini siapa hingga mau menuruti apapun yang kamu inginkan," batin Adam yang mencibir dengan goyangan yang semakin liar di iringi jeritan dan tangisan wanita tersebut.Wanita itu sudah tidak mampu mengimbangi kekuatan Adam yang seperti binatang buas kelaparan di malam hari. Binatang buas yang mencari santapan lezat dengan menyiksa mangsa secara perlahan-lahan hingga ke brutal."Aku mohonnn," wanita itu memohon pilu dengan suara merintih kesakitan di setiap hentakan yang keluar masuk.Adam menaikkan sebelah alis. Ia merasa jijik akan permohonan wanita itu."Aku mohon," rintih wanita itu pilu meminta kelembutan hati Adam untuk kesekian kalinya.Geram akan wanita itu yang sejak merintih dengan bersuara memohon lebay. Adam menghembuskan nafas kasar untuk memberikan wanita itu pelajaran agar tahu diri dan tidak berteriak lebay seperti tadi."Tolong.... tolon
"Aku akan lepasin," balas Adam yang berjalan ke arah tempat tidur untuk menarik alat hitam itu yang tertancap di daerah lain wanita itu. Sedangkan bagian pribadi belum ada niat di cabut oleh Adam.Wanita itu merasakan kelegaan pada area tersebut tetapi tidak pada area pribadi."Lepasin aku," ujar wanita itu dengan wajah sedih yang menyayat hati untuk kesekian kalinya.Adam menarik salah satu alat berwarna hitam yang itu, kemudian menganti dengan miliknya yang lebih besar dari alat hitam itu. Kali ini Adam mengunakan k*ndom berigi dengan tujuan menarik cairan bening itu keluar semakin banyak lagi."Ahhhhh," pekik wanita itu yang merasakan kesakitan luar biasa pada daerah bawah. Ketika benda tumpul berigi semakin masuk ke dalam tubuh yang tidak berdaya dan lemah."Mendesahlah lebih nyaring lagi!" perintah Adam yang menampar bokong wanita itu dengan tamparan kuat mengunakan telapak tangan yang besar."Ahhhhh Ahhh Ahhh," jerit wanita itu sepanjang hentakan Adam yang semakin cepat di bagian
“Ardi, jaga ucapanmu itu!” pedik Lala dengan suara nyaring. Ia tidak suka dengan kata Ardi yang sejak awal tidak pernah berpihak kepada mereka.Ardi kesal kesal akan sikap Lala yang entah selalu membentak dirinya.Lala masih berusaha mengendalikan emosinya agar tidak terpengaruh oleh sikap pemberontakan dari Ardi."Tenang...tenang..." batin Lala yang masih sabar demi keselamatan Ardi."Suka tidak suka, kau harus setuju dengan apa yang ibu katakan. Narnia akan tinggal bersama kita kedepannya!" “Apa!?” ucap Adam terkaget dengan kata ibu tiri, bahwa ada saudara lain yang akan menginap berapa hari di kediaman mereka. Sehingga ia di minta keluar dari rumah sampai waktu di tetapkannya persugihan untuk menguras lendir wanita bernama Narnia.Melihat Adam menunjukkan sikap tidak setuju, Lala tetiba mempunyai ide jahat. Ia tahu Adam hobi tidur dengan para wanita yang masih bersih alias perawan. Sehingga Lala berpikir akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membujuk Adam agar bisa bekerja sama."
“Mau makan dulu atau langsung pulang?” tawar Herman kepada Narnia yang saat ini bermanja-manja dengan Lala.“Lebih baik makan dulu, Ibu yakin kamu pasti belum makan sama sekali?” timpal Lala dengan akting yang masih di buat-buat olehnya untuk menyakinkan Narnia. Bahwa ia seorang ibu tiri yang baik hati dan perhatian.Narnia menganggukkan kepala, ia setuju untuk makan bersama dengan ibu tiri dan suami dari ibu tiri“Semuanya sudah beres,” ucap Herman menyekat keringatnya.Lala melihat ruangan kamar yang sudah selesai ia dekor bersama Herman.“Semoga dia suka dengan dekor kamar ini,” balas Lala yang menghela nafas panjang, karena ikut Herman mendekor kamar bekas Ardi yang bernuansa gelap metal menjadi kamar feminim.Sebenarnya, bisa saja mereka meminta pelayan melakukannya. Tapi keduanya tidak ingin pelayan curiga sama sekali. Bahwa kamar Ardi memiliki salah satu jendela yang bisa di masuki dari luar dengan cara khusus. Sehingga akan menyusahkan mereka berdua di masa depan."Sisa rencana
“Iya, aku kan tinggal dekat sini!” alasan Adam.Narnia melihat ke arah Herman dan ke arah Adam secara bergantian.“Nar, kenalin. Ini Adam, anak ayah dengan istri pertama!” ucap Herman yang memperkenalkan Adam kepada Narnia secara formal.“Salam kenal, jadi kamu yang namanya Narnia? Cantik seperti cerita ibu dan senang berkenalan denganmu, semoga kita bisa jadi teman yang baik!” ucap Adam yang mengulurkan tanganya kepada Narnia.Wajah Narnia memerah dengan tersipu malu menerima uluran tangan Adam yang sungguh kebetulan menjadi saudara tirinya."Punya saudara tiri setampan ini sungguh beruntung," batin Narnia.“Senang berkenalan dengan mu! Namaku Narnia,” ucap Narnia dengan suara halus dan Adam sempat mengelus telapak tanga Narnia sewaktu mereka bersalaman dalam berapa detik.“Aku permisi dulu! Aku ada jadwal syuting di dekat sini,” alasan Adam yang pamit kepada Herman dan Narnia untuk menghindari kecurigaan Herman tentang keberadaannya di mall.“Hati-hati di jalan, jangan seperti tadi!”
Mendapatkan jawaban Ardi yang menyakinkan. Lala bergegas pergi dari hadapan Ardi.Ardi melihat kepergian ibunya dengan terburu-buru dan ia langsung masuk ke dalam rumah dengan berdecak umpatan berapa kali. Setengah jalan, Ardi berpapasan dengan Narnia yang berjalan menuruni anak tangga dengan pakaian mengoda imam. Tang top ketat yang membungkus kedua buah kembar yang besar dan menampakkan lekuk tubuh di sertai celana denim yang pendek yang membelah belahan bawah dan sekaligus menampakkan kedua paha yang putih.Ardi menelan saliva dengan kasar, ia tidak menyangka akan ketemu dengan Narnia yang merupakan wanita yang pernah ia lecehkan di Bandung dan sialnya Narnia yang di maksud kedua orang tuanya. Ternyata Narnia yang ini yang sedang di hadapannya.“Kau?” pekik Narnia histeris mendapatkan keberadaan Ardi di rumah Lala.“Wah!” balas Ardi dengan santainya dengan memperlihatkan wajah mesum.“Kenapa kau di sini?” tanya Narnia bersedekap pinggang.“Ini rumah aku, wajar aku di sini?” balas Ar
Kedua pria masih saling tatapan penuh kebencian mau pun persaingan.Smith yang sejak tadi diam dengan rasa penasaran tinggi. Kini ia memilih bersuara untuk mendamaikan kedua pria tersebut sebelum terjadi tumpah darah.Bukannya damai, Ardi dan pria itu langsung menyerang secara dadakan.Smith yang terkejut berhasil menghindar dari keduanya. Sehingga ia selamat dari tendangan mau si pria berpakaian formal tersebut."Duhh... sial," umpat Smit yang hampir saja jadi Samsat tinju oleh kedua pria tersebut.Ardi berulang kali menghindari tendangan kaki pria tersebut yang mengarah ke arah kepala."Ternyata sekarang kau sudah bisa ilmu beladiri," Ardi yang masih menghindari tendangan dari pria itu mulai mencibir.Kesal dengan kemampuan Ardi yang meningkat tajam. Pria itu mengubah teknik berkelahi secara mendadak.Ardi yang sudah malas bermain-main. Ia segera mengayunkan salah satu kaki ke arah dada pria itu.Tubuh pria itu terpental mengenai Smith.Smith yang mencoba kabur berakhir na'as di tim
Bartender bar itu tidak bertanya lagi setelah pria itu memilih diam. Ardi yang tidak sabaran, ia berjalan ke arah pria itu dengan sikap percaya diri dan berwibawa. "Vodka satu gelas," ucap Ardi yang memesan minuman keras di saat suasana perutnya tidak baik. Pria itu menatapi Ardi sejenak di saat Ardi tidak sadar. "Anak sialan ini ternyata lebih tampan dari aku, termasuk tubuhnya juga kekar. Benar-benar tipe yang aku inginkan. Kapan aku bisa mendapatkan tubuh seperti itu," batin pria itu menatapi Ardi dari atas hingga bawah tanpa melewatkan sedikitpun. Pria itu menelan saliva dengan susah payah. Ia terobsesi untuk mendapatkan tubuh Ardi yang sempurna seperti yang di inginkan selama ini. Ardi menoleh ke arah pria itu dengan tatapan mencibir. "Ada yang salah dengan penampilan aku?" ucap Ardi dengan kata sinis. Pria itu menurunkan tatapan matanya, kemudian menghabiskan semua minuman di gelas dengan tergesa-gesa. Sejujurnya pria itu sangat takut dengan Ardi yang bisa membokar inden
"Dasar pria lemah," cibir Smith yang melihat ke arah Ardi yang muntah berulang kali. Daripada mendengar cibiran Smith yang seperti anak bebek yang berisik, Ardi memilih untuk mengeluarkan isi perut yang masih tersangkut. "Sudah aku nasehati untuk bawa kantong untuk berjaga-jaga, Kau ini kenapa bandel sih?" Smith masih tiada henti-hentinya mencibir Ardi. Kemudian bersedekap dada melihat Ardi yang mengalami penderitaan. Ardi ingin memaki-maki Smith dengan sumpah serapah, Tapi niat tersebut tidak bisa di lakukan sekarang. Melihat Ardi masih muntah, Smith berinsiatif membawa Ardi keluar dari dalam ruangan. Sedangkan para pekerja masih mengumpulkan bukti yang ada di TKP untuk menemukan siapa pelaku pembunuhan dan indentitas korban. Di dalam mobil, Smith menyerahkan satu tablet obat mual dan satu botol air mineral untuk Ardi. Ardi menatapi kebaikkan Smith dengan tatapan curiga. Tahu apa maksud tatapan Ardi yang menyebalkan itu. Smith menghela nafas panjang. Kemudian memperlihatkan w
Narnia yang sedang makan roti panggang, ia menaikkan sebelah alis dengan memperlihatkan wajah binggung atas perkataan Ardi barusan."Jangan sok polos, kita bukan anak kecil lagi. Apa kau lupa dengan apa yang kita lalui bersama," ucap Ardi yang berjalan mendekati Narnia. Kemudian menaikkan dagu Narnia dengan jemari.Narnia menatapi pria di depan dengan tatapan benci,marah, jijik dan sebagainya. "Bagaimana aku bisa lupa sikap bejadmu itu," batin Narnia yang asli marah kepada Ardi.Melihat Narnia yang hanya diam diri tanpa perlawanan, Ardi semakin semangat untuk bisa mencicipi tubuh Narnia di pagi hari."Bagaimana jika kita olahraga pagi sebentar," bisik Ardi secara sensual dengan jemari menjempol menyentuh bibir merah Narnia."Amit-amit deh," seru Narnia mengempis tangan Ardi secara kasar."Wah... kau masih seperti dulu," goda Ardi yang semakin bernafsu akan perlawanan Narnia."Jangan sentuh aku," pekik Narnia merontah-rontah ketika tubuh mungil di himpit oleh Ardi.Ardi memperlihatkan
Desa xxx. Seorang pria menatapi sosok tampan yang terpantul di air sungai yang mengalir. Pria itu tersenyum lebar. Apa yang di harapkan dan di korbankan di masa lalu, kini menjadi kenyataan. “Aku kembali untuk mendapatkan apa yang aku inginkan selama ini,” tawa pria itu terbahak-bahak di dalam hutan yang tidak berpenghuni. Berulang kali, pria itu masih menatapi sosok tampan yang masih terpantul di dalam air. Pria itu seakan terhipnotis akan sosok tampan yang kini menjadi wadah. “Inilah yang aku harapkan, wajah tampan, tubuh seperti atletik. Kedepan akan sangat menyenangkan,” seru pria itu yang sudah puas menatapi sosok yang kini di dapatkan. Pria itu berjalan santai tanpa busana menuju ke arah tempat dirinya pernah di korbankan 10 tahun lalu. Kedua mata pria itu melihat segala sisi tempat yang sudah di tutupi rumput tinggi. “Tidak terasa sudah 10 tahun berlalu sejak kejadian itu,” gumam pria itu menyentuh rahang yang di tumbuhi jambang tipis. Kedua mata pria itu menatapi bekas
Ardi kembali diam dan tidak tahu harus bagaimana, tetiba Ardi merasa tangisan Narnia menghilang dan tubuh Narnia lemas. "Nar, apa yang terjadi padamu?" seru Ardi yang cemas, ia berusaha mengendong Narnia ke arah ruang perawatan dan beruntungnya masih ada dokter di sana. Dokter yang kebetulan di ruangan adalah dokter spesialis tulang. "Aku tidak tahu pasien ini sakit apa, lebih baik di bawa ke rumah sakit untuk di periksa!" perintah dokter yang menyarankan Ardi membawa Narnia kerumah sakit. Ardi yang panik, segera menghubungi Andi. karena hanya Andi yang membawa mobil. Andi yang sedang makan di kagetkan oleh pangilan ponsel dari Ardi. "Iya... aku segera ke sana," ucap Andi yang meraih gelas berisi cocacola dan sempat meraih kentang goreng. Andi berjalan cepat ke arah pakiran dan ia melihat Ardi sudah mengumpat kepadanya. "Aduh.... apa yang kau lakukan padanya?" tanya Andi yang membuka pintu penumpang untuk Ardi.
Narnia yang kesal, langsung mendorong pria itu menjauh dari tubuhnya."Aku akan melaporin kamu atas pelecehan sexual, ini Amerika dan hukum adil di sini?" lanjut Narnia dengan ancamanya kepada pria yang masih duduk terdiam membisu.Andi yang sudah naik darah dan sebentar lagi akan darah tinggi. segera berjalan ke arah pria itu. lalu menarik helm pembalap dari belakang secara mendadak. hingga memperlihatkan wajah pria itu di depan Narnia.Kedua mata Narnia terbelalak besar. menatapi pria yang memiliki wajah seperti anaknya. sekaligus pria yang ia rindukan selama ini."Ardi?" ucap Narnia dengan suara bergetar."Maaf," gumam Ardi yang bergegas berdiri untuk mejauhi Narnia. ia tidak ingin ada maksud memperlihatkan diri kepada Narnia. karena kata terakhir Narnia masih tergiang-giang di telinganya.Andi menepuk dahinya dengan keras.Narnia yang sadar dari keterkejutannya, segera berlari mengejar Ardi yang berjalan menjauh dari hadapannya de
***Butuh waktu untuk Narnia menata perasaan dan segala apa yang ia lalui saat membesarkan Ardiansyah.Narnia kembali menghubungi Darwin, ia mengatakan kepada Darwin tidak bisa menerima perasaan Darwin. karena hatinya tidak ada rasa.Darwin tidak keberatan, ia menghargai keputusan Narnia yang menolaknya. karena ia sadar diri tidak akan bisa memaksa perasaan Narnia untuknya."Kapan-kapan pulang ke sini," ucap Darwin yang kini berpakaian formal yang mengajar di salah satu kampus ternama di indonesia."Iya, kapan-kapan aku akan kembali. sekarang sedang sibuk-sibuknya mendesain mobil pembalap dan bagaimana kabar yang lain?" tanya Narnia yang penasaran."Anton kini menjadi ustad dan sudah berkeluarga, Resti dan wina masih di rumah sakit jiwa. aku dan anton kadang-kadang menjenguk keduanya. tapi ya sepertinya tidak ada perkembangan sama sekali, hanya tahu dari desas desus yang beredar saja. keduanya mencuri sesuatu dari desa Lendir. hingga jadi se
***KKN desa Lendir akhirnya berakhir dengan tragedi menyedihkan dan juga membahagiakan karena banyak yang terselamatkan dan Wina terpaksa di kirim ke rumah sakit jiwa oleh kedua orang tuanya. hal ini tidak membuat Narnia bahagia. karena ia kehilangan Ardi untuk selamanya.Sedangkan Lesti merasakan ketakutan luar biasa, ia takut akan seperti Wina. sehingga selalu mengkonsumsi obat-obatan yang membuatnya mengalami depresi berat dan akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa menyusul Wina.Darwin selalu di sisi Narnia untuk mendapatkan jawaban Narnia yang tak kunjung di jawab oleh Narnia.Berapa bulan kemudian, Pihak kampus mengatakan kepada Narnia untuk melanjutkan kuliah di luar negeri sudah bisa di laksanakan. karena segala biaya sudah di bayar oleh seseorang hingga semester kuliah berakhir.Narnia tahu siapa yang melakukan semua itu, air matanya semakin deras. bersamaan dengan pihak asuransi mendatangi dirinya untuk tanda tangan surat wasiat dar