Suasana menjadi begitu panas, Rosalyn Valois begitu erat mengalungkan tangan-nya di leher Kaiser Morgan. Entah, apa yang di inginkan wanita itu? Tidak ada yang tau. Namun, di kondisi seperti ini. Siapa yang mempu menahan nafsunya.
Rosalyn Valois mencium leher Kaiser Morgan, dia juga meninggalkan beberapa tanda-tanda kepemilikan di leher putih pria itu.Beberapa kali Kaiser Morgan nampak menghela nafas, dia berusaha untuk memadamkan api asmara yang ada dalam dirinya. Namun, semakin dia menolak semakin dalam juga Rosalyn Valois melancarkan aksinya.Apa-apaan wanita ini!. Kaiser Morgan yang sudah gusar membalas ciuman Rosalyn Valois, berharap dengan seperti itu. Rosalyn Valois tidak akan meneruskan aksinya. Namun, diluar dugaan wanita itu malah semakin berhasrat."Rosalyn, apa kamu tau apa yang sedang kamu lakukan?! Kamu memang sulit untuk dipahami!"Kaiser Morgan memanggil pelayan untuk menyiapkan kamar buatnya, dia tidak bisa terus membiarkan Rosalyn Valois membuat onar di ruangan itu. Bagaimana jika tiba-tiba ada orang yang masuk? Semuanya akan menjadi kacau!. Ya, walaupun tempat itu adalah ruangan VIP namun tidak menutup kemungkinan ada orang yang melakukan pemeriksaan apalagi jika mereka terlalu lama berada di dalam sana.Sebuah kamar telah di siapkan. Kaiser Morgan mengajak Rosalyn Valois untuk pindah dari tempat itu, dia ingin segera menyegarkan otak agar tidak selalu berpikiran kotor. Namun bukannya semakin tenang, Rosalyn Valois justru semakin mengacau."Kau sadar apa yang kau lakukan?!"Tidak ada jawaban dari bibir mungil itu, Rosalyn Valois hanya mendorong Kaiser Morgan dengan sisa-sisa tenaganya ke atas kasur.Kaiser Morgan yang sempat menahan api di tubuhnya juga semakin tidak tahan, seorang wanita cantik tepat diatas tubuhnya. Siapa yang bisa menahan semua itu!."Kamu sendiri yang menginginkan ini. Aku hanya menurutimu, jika besok menyalakan aku. Sudah terlambat istriku!"Kaiser Morgan sudah tidak ingin menahan, dia merubah posisi dimana tubuh mungil Rosalyn Valois tepat berada di bawahnya. Pinggang ramping yang sangat kecil, bahkan mungkin saja bisa patah jika dia menggunakan tenaga untuk memeluknya.Desahan demi desahan kecil mulai terdengar, Kaiser Morgan mulai mencumbu gadis itu dengan segala keberaniannya. Toh tidak ada yang salah dengan itu, menurut hukum mereka sudah sah menjadi suami dan istri jadi sangat wajar melakukan hubungan itu.Satu demi satu pakaian yang mereka kenakan mulai lepas landas, dua bukit kembar yang tidak terlalu besar damun sangat padat tepat di depan mata Kaiser Morgan. Dia mulai bermain-main membuat Rosalyn Valois bernafas semakin cepat."Jangan khawatir istriku, aku tidak akan mengecewakan kamu... "Malam itu menjadi sangat panas, apalagi saat Kaiser Morgan mulai mengagahi wanita itu. Darah perawan yang menjadi tanda saksi bisu malam itu, disertai suara desahan dan erangan dari mereka berdua sampai akhirnya sampai di puncaknya."Ternyata dia masih perawan!"Kaiser Morgan merebahkan tubuhnya disamping Rosalyn Valois, sampai pagi tiba mereka tertidur di kamar yang sama!.Matahari telah terbit dari ufuk timur, Kaiser Morgan membuka matanya. "Dimana wanita itu... apakah semalam cuma mimpi?!"Dia mulai membuka matanya dan menyibak selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Bukan mimpi, benar-benar bukan mimpi. Darah perawan yang tersisa di sprei menjadi saksi semalam mereka bersama. Namun, dimana gadis itu.Kaiser Morgan mulai membersihkan badan kemudian dia keluar dari kamar itu kembali dengan setelannya yang rapi.Ia melihat pemandangan yang sangat menakjubkan, seorang wanita dengan cangkir teh di tangannya. Dan beberapa sandwich di piring."Kamu sangat kuat... wanita macam apa sebenarnya kamu?!"Rosalyn Valois hanya tersenyum dan menatap Kaiser Morgan dengan anggun, "Kamu paling tau aku wanita seperti apa. Tanda tangan ini!"Rosalyn Valois menyodorkan dua buah map kepada Kaiser Morgan. Membaca sekilas tulisan yang ada di atas kertas itu dia jadi tau jika itu adalah mahar yang disebutkan oleh Rosalyn Valois."Sebenarnya aku tidak butuh ini. Namun, jika kamu memberikan aku akan menerimanya."Kaiser Morgan langsung menarik kertas itu dan membaca isinya, namun Rosalyn Valois juga menyerahkan sebuah amplop kartu hitam tanpa batas kepadanya."Aku harus pergi sekarang, suamiku.".Setelah mengatakan itu Rosalyn Valois melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari Kaiser Morgan. Toh dia melakukan itu karena terpaksa, jika dia pulang dalam keadaan perawan tentu mereka akan meragukan pernikahan itu. Jadi kejadian panas semalam adalah bagian dari rencananya.Namun entah kenapa dadanya terasa sesak, dia tidak ingin meninggalkan negara ini dan kembali ke Italia."Ayah... ibu... aku tidak akan membuat kematian kalian sia-sia. Selamanya aku adalah pewaris, tidak ada yang bisa menggantikan itu!"Pesawat mulai lepas landas meninggalkan bandar udara internasional setempat.Sementara itu, Kaiser Morgan kembali ke Mansion Keluarga Morgan ia membawa satu buah buku nikah, satu sertifikat pulau dan berkas-berkas pesawat jet."Kamu tidak langsung pulang, bahkan menyuruh kami berhenti mencari. Sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan?!"Damian Morgan putra kedua keluarga morgan mulai bertanya kepada adik ketiganya itu. Dia sendiri sangat penasaran ketika adiknya menelfon bahwa dia baik- baik saja namun tidak minta untuk di jemput.Selain Damian Morgan di ruang keluarga itu ada juga dua saudaranya yang lain dan juga ayah dan ibunya."Damian... aku mendapatkan Jackpot kemarin. Seorang istri yang cantik (Sambil menunjukkan buku nikah) Satu buah peswat Jet (Sambil menunjukkan berkas pertama) Satu buah pulau (sambil menunjukkan berkas kedua) Dan kartu hitam tanpa batas (sambil menunjukkan amplop terakhir)"Saudara dan orang tuanya tercengang untu beberapa saat. Apakah itu benar-benar Kaiser Morgan? Sejak kapan dia begitu maniak harta."Tentu saja bukan hanya karena ini, dia adalah gadis yang istimewa. Tidak ada celah dalam kesempurnaan yang terlihat hanya saja dia sedikit sombong."Orang-orang yang ada disana tertawa terbahak-bahak dia tidak percaya dengan itu. apalagi Kaiser Morgan pulang seorang diri tanpa istri yang dia katakan."Ahh... Sudahlah asalkan kamu kembali dengan selamat semua itu sudah tidak penting lagi."Monica Morgan menghela nafas, entah bagaimana dia harus bersikap kepada menantu dan cucu yang baru saja dia kenal itu. "Dulu waktu Kaiser bilang dia menikahi gadis cantik. Aku sungguh tidak percaya, Kami berlima bahkan menertawakan hal itu!"Monica Morgan mulai mengingat kejadian dimana mereka sedang bingung tentang keberadaan Kaiser Morgan, pria yang hanyut di sungai karena ulah sekelompok orang yang menginginkan ketenaran itu. Namun mengapa secara kebetulan bisa bertemu dengan Rosalyn Valois? Apakah, kecelakaan itu adalah salah satu trik dari Rosalyn Valois. Monica Morgan mulai berfikir negatif tentang menantunya itu. Namun, ketika dia melirik seorang gadis yang sedang berpangku tangan di samping ranjang Kaiser Morgan. Nalurinya sedikit tidak tega. Hah... tidak-tidak, dia harus menepis semua pikiran negatif tersebut demi apapun itu dia tidak ingin keluarganya kacau. "Nak, kamu sama seperti ayahmu. Ayahmu dulu juga seperti itu berpangku tangan dan terdiam jika menemani orang saki
Saking sibuknya hari itu Rosalyn Valois tak kunjung kembali kedalam kamar rawat Kaiser Morgan. Dia masih harus menangani beberapa surat penting untuk orang-orang yang berada dalam keluarga itu. Mustahil tidak sibuk, dia hanya satu orang namun dia harus mengurus banyak sekali orang. "Adik ipar? Mungkin kami terlalu merepotkan anda. Maaf, bahkan kami tidak percaya bahwa anda bersama dengan Kaiser!"Damian Morgan nampak di dorong oleh seorang perawat, pria itu duduk di kursi roda menghampiri Rosalyn Valois yang sedang sibuk dengan surat menyurat. "Seandainya aku datang lebih awal. Mungkin tidak akan separah ini,"Damian Morgan menghela nafas, "Kamu mau datang mengulurkan tangan saja aku sudah sangat berterima kasih. Bagaimana aku mau minta lebih.""Kak Damian, jika kamu ingin membantuku. Bisakah kamu pulih lebih cepat? Aku tidak tau bagaimana mengurus perushaan dan mansionmu. Aku tidak bisa terlalu banyak ikut campur, aku ini orang luar."Tatapan Damian Morgan begitu dalam, ia melihat
Lantai yang serba putih, sepatu kecil nampak terpampang di depan berberapa pasang mata. "Kau sudah mengambil uangnya, totalnya 700 juta lebih. Mengapa kau tidak segera pergi? Mengganggu saja!"Gadis kecil berkacak pinggang, rambut yang dikucir dua dengan rapi serta poni yang sebatas alis. Terlihat mata kecil berwarna biru ke unguan itu melototi empat orang pria di depannya. "Gadis kecil... Apa kau sudah tidak waras? Mengapa kau malah memberikan uang itu kepada kami?! Mereka sudah berhutang sekian lama kepada kami. Sudah saatnya mereka menyerahkan hak milik atas rumah itu."Alina Belleza Valois merebut kertas yang berada di tangan pria itu, kemudian ia mengerutkan keningnya. Sampai orang-orang yang ada di sana juga ikut merapat di loby rumah sakit itu. "Aku itu punya uang. Dimana ada uang disitulah manusia berkuasa... Orang serakah seperti kalian mana tau rasanya kehilangan tempat tinggal. Aku juga tidak tau sih, tapi aku hanya tidak mau kalian semena-mena. Pergi saja, atau tunggu i
Siapapun yang mendengar itu sudah pasti terkejut dan tidak percaya, apalagi mereka adalah orang-orang yang sudah lama mengabdi kepada mertua Rosalyn Valois. Suasana menjadi begitu hening, satu sama lain saling melemparkan pandangan sampai akhirnyaa suara seseorang membuyarkan lamunan, "Adik ipar, apa yang sedang kamu lakukan dengan bibi disini?!"Suara Damian Morgan terdengar dengan sangat jelas, pria itu sudah berdiri di depan mereka berempat dengan pakaian cassual nya. Alina Belleza Valois menatap pria itu dengan tatapan bertanya-tanya, "Paman apakah kamu sudah sembuh? Bukankah seharusnya kami yang bertanya, apa yang sedang pasien lakukan di sini?!"Damian Morgan tidak berhenti menahan tawanya, dia melihat kelucuan di tubuh kecil yang ada di depan matanya itu. Sosok keponakan kecilnya itu jauh lebih imut daripada Jhonatan Morgan yang penakut. Ia membungkuk dan menyentuh hidung mungil itu, "Haha... Iya, paman sudah sembuh! Paman akan membantu ibumu untuk membasmi penjahat."Alina
Suasana menjadi cukup hening, Alina duduk diatas kursi. Rosalyn Valois nampak menatap putri satu-satunya itu dengan tatapan gusar, ia juga menghela nafas dengan berat. "Alina, kamu tau apa kesalahan-mu? Aku tidak habis pikir, mengapa kamu keluar tanpa satu-pun pengawal? Kamu tau betapa bahayanya? Musuh kita ada di mana-mana."Rosalyn Valois memijit keningnya, tidak terbayangkan di benaknya jika gadis kecilnya itu tertangkap gerombolan orang-orang tidak tahu diri itu. Apalagi sekarang dia masih harus membantu keluarga Morgan untuk berdiri kembali. "Ibu, ibu... aku tau aku salah. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama ibu. Namun mengapa? Anak-anak diluar sana bisa bermain dengan bebas. Sementara aku tidak, masa kecilku terkekang. Aku harus belajar banyak hal! ibu aku mau hidup normal."Hidup normal macam apa yang diinginkan oleh Alina. Hidup dengan nyaman seperti anak-anak di luar sana? Itu tidak mungkin, dia terlahir dari darah Valois. Itu artinya takdirnya sudah berbeda. Mat
Segelintir orang mulai datang, menyaksikan proses sidang hari itu. Rosalyn Valois duduk dengan tenang bersama dengan Alina yang tak kalah tenangnya dengan ibu—nya. Disana juga ada Kaiser Morgan yang ditemani sang kakak kedua Damian Morgan, "Apa yang bisa dilakukan anak muda? Lebih baik lepaskan saja grub Morgan. Dengan begini modal kita juga bisa kembali,"Seseorang menentang mereka mengembalikan perusahan itu. Sehingga mempengaruhi yang lainnya, Mereka Kekeuh ingin menjual saham mereka untuk menghentikan kerugian yang mereka alami. Namun, jika hanya sedikit saham apa gunanya? Orang-orang itu ingin menguasai sepenuhnya perusahaan! Jadi sudah pasti mereka mengincar lebih dari 60% saham yang tercecer. "Yang penting saham kalian terjual kan? Jika iya, sebutkan harganya!"Mereka mulai berbisik kemudian tertawa lebar-lebar, "Nona, siapa anda? Seorang gadis muda membawa anak? Tidak mungkin tau tentang bisnis kan! Lebih baik kamu dirumah menyusul anakmu."Rosalyn Valois mulai menarik seuta
Empat tahun kemudian enam unit helikopter terbang diatap mansion keluarga Morgan, di dalam helikopter paling depan sepasang ibu dan anak tengah duduk dengan tenang di dalamnya. "Ibu apakah ayahku benar-benar ada di dalam rumah kecil ini?!" Alina Belleza Valois menyangga dagunya dengan kedua tangannya, gadis kecil berusia tiga tahun itu nampak dengan gusar menatap kebawah. Sifat angkuhnya entah menurun dari siapa namun berkah didikan ibu yang hebat hati anak itu sebernarnya selembut sutra, dia bahkan tidak tega membunuh seekor semut namun saat marah mungkin dia bisa memerintah pelayan nya untuk membunuh orang. Benar. Dia yang di didik sebagai pewaris terlalu hebat dalam memerintah orang, tidak berbeda dengan ibunya. Ibunya yang hanya seorang wanita berusia dua puluh lima tahun bahkan sudah bisa memimpin Group Bisnis Valois. Dengan kekuatannya dia bisa mengembangkan perusahaan itu menjadi salah satu kerajaan bisnis terbesar di dunia. Ini adalah didikan keluarga Valois dimana mereka t
Rosalyn Valois memeluk Kasier Morgan, pria tampan itu masih tidak bergerak dia begitu tidak berdaya. Alina menarik lengan baju ayahnya, "Ayah apakah ayah membenci Alina. Mengapa Alina tidak memiliki ayah sementara orang lain memiliki ayah?!"Sorot mata gadis itu sangat sendu, dia bahkan menatap Kaiser Morgan dengan tatapan ragu-ragu. Dia ingin sekali memeluk ayahnya seperti yang dilakukan ibunya, namun sayang sekali dia baru gadis berusia tiga tahun. Bahkan ketika dia ingin, tangannya tidak bisa memeluk tubuh pria yang tinggi menjulang itu. Gadis kecil itu terdiam di samping Kaiser Morgan yang sedang terluka itu, "Ayah aku mau peluk." Rosalyn Valois menghela nafas, dia melihat seorang pria yang tengah menyeret kakinya mendekati mereka, "Alina kamu jangan menyusahkan ayahmu. Sebaiknya kamu panggil pengawalmu dan bawa mereka ke rumah sakit." "Alina akan mendengarkan ibu,"Gadis kecil itu mulai memerintah bawahannya, didikan macam apa yang diterapkan oleh keluarga Valois bahkan seoran
Segelintir orang mulai datang, menyaksikan proses sidang hari itu. Rosalyn Valois duduk dengan tenang bersama dengan Alina yang tak kalah tenangnya dengan ibu—nya. Disana juga ada Kaiser Morgan yang ditemani sang kakak kedua Damian Morgan, "Apa yang bisa dilakukan anak muda? Lebih baik lepaskan saja grub Morgan. Dengan begini modal kita juga bisa kembali,"Seseorang menentang mereka mengembalikan perusahan itu. Sehingga mempengaruhi yang lainnya, Mereka Kekeuh ingin menjual saham mereka untuk menghentikan kerugian yang mereka alami. Namun, jika hanya sedikit saham apa gunanya? Orang-orang itu ingin menguasai sepenuhnya perusahaan! Jadi sudah pasti mereka mengincar lebih dari 60% saham yang tercecer. "Yang penting saham kalian terjual kan? Jika iya, sebutkan harganya!"Mereka mulai berbisik kemudian tertawa lebar-lebar, "Nona, siapa anda? Seorang gadis muda membawa anak? Tidak mungkin tau tentang bisnis kan! Lebih baik kamu dirumah menyusul anakmu."Rosalyn Valois mulai menarik seuta
Suasana menjadi cukup hening, Alina duduk diatas kursi. Rosalyn Valois nampak menatap putri satu-satunya itu dengan tatapan gusar, ia juga menghela nafas dengan berat. "Alina, kamu tau apa kesalahan-mu? Aku tidak habis pikir, mengapa kamu keluar tanpa satu-pun pengawal? Kamu tau betapa bahayanya? Musuh kita ada di mana-mana."Rosalyn Valois memijit keningnya, tidak terbayangkan di benaknya jika gadis kecilnya itu tertangkap gerombolan orang-orang tidak tahu diri itu. Apalagi sekarang dia masih harus membantu keluarga Morgan untuk berdiri kembali. "Ibu, ibu... aku tau aku salah. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama ibu. Namun mengapa? Anak-anak diluar sana bisa bermain dengan bebas. Sementara aku tidak, masa kecilku terkekang. Aku harus belajar banyak hal! ibu aku mau hidup normal."Hidup normal macam apa yang diinginkan oleh Alina. Hidup dengan nyaman seperti anak-anak di luar sana? Itu tidak mungkin, dia terlahir dari darah Valois. Itu artinya takdirnya sudah berbeda. Mat
Siapapun yang mendengar itu sudah pasti terkejut dan tidak percaya, apalagi mereka adalah orang-orang yang sudah lama mengabdi kepada mertua Rosalyn Valois. Suasana menjadi begitu hening, satu sama lain saling melemparkan pandangan sampai akhirnyaa suara seseorang membuyarkan lamunan, "Adik ipar, apa yang sedang kamu lakukan dengan bibi disini?!"Suara Damian Morgan terdengar dengan sangat jelas, pria itu sudah berdiri di depan mereka berempat dengan pakaian cassual nya. Alina Belleza Valois menatap pria itu dengan tatapan bertanya-tanya, "Paman apakah kamu sudah sembuh? Bukankah seharusnya kami yang bertanya, apa yang sedang pasien lakukan di sini?!"Damian Morgan tidak berhenti menahan tawanya, dia melihat kelucuan di tubuh kecil yang ada di depan matanya itu. Sosok keponakan kecilnya itu jauh lebih imut daripada Jhonatan Morgan yang penakut. Ia membungkuk dan menyentuh hidung mungil itu, "Haha... Iya, paman sudah sembuh! Paman akan membantu ibumu untuk membasmi penjahat."Alina
Lantai yang serba putih, sepatu kecil nampak terpampang di depan berberapa pasang mata. "Kau sudah mengambil uangnya, totalnya 700 juta lebih. Mengapa kau tidak segera pergi? Mengganggu saja!"Gadis kecil berkacak pinggang, rambut yang dikucir dua dengan rapi serta poni yang sebatas alis. Terlihat mata kecil berwarna biru ke unguan itu melototi empat orang pria di depannya. "Gadis kecil... Apa kau sudah tidak waras? Mengapa kau malah memberikan uang itu kepada kami?! Mereka sudah berhutang sekian lama kepada kami. Sudah saatnya mereka menyerahkan hak milik atas rumah itu."Alina Belleza Valois merebut kertas yang berada di tangan pria itu, kemudian ia mengerutkan keningnya. Sampai orang-orang yang ada di sana juga ikut merapat di loby rumah sakit itu. "Aku itu punya uang. Dimana ada uang disitulah manusia berkuasa... Orang serakah seperti kalian mana tau rasanya kehilangan tempat tinggal. Aku juga tidak tau sih, tapi aku hanya tidak mau kalian semena-mena. Pergi saja, atau tunggu i
Saking sibuknya hari itu Rosalyn Valois tak kunjung kembali kedalam kamar rawat Kaiser Morgan. Dia masih harus menangani beberapa surat penting untuk orang-orang yang berada dalam keluarga itu. Mustahil tidak sibuk, dia hanya satu orang namun dia harus mengurus banyak sekali orang. "Adik ipar? Mungkin kami terlalu merepotkan anda. Maaf, bahkan kami tidak percaya bahwa anda bersama dengan Kaiser!"Damian Morgan nampak di dorong oleh seorang perawat, pria itu duduk di kursi roda menghampiri Rosalyn Valois yang sedang sibuk dengan surat menyurat. "Seandainya aku datang lebih awal. Mungkin tidak akan separah ini,"Damian Morgan menghela nafas, "Kamu mau datang mengulurkan tangan saja aku sudah sangat berterima kasih. Bagaimana aku mau minta lebih.""Kak Damian, jika kamu ingin membantuku. Bisakah kamu pulih lebih cepat? Aku tidak tau bagaimana mengurus perushaan dan mansionmu. Aku tidak bisa terlalu banyak ikut campur, aku ini orang luar."Tatapan Damian Morgan begitu dalam, ia melihat
Monica Morgan menghela nafas, entah bagaimana dia harus bersikap kepada menantu dan cucu yang baru saja dia kenal itu. "Dulu waktu Kaiser bilang dia menikahi gadis cantik. Aku sungguh tidak percaya, Kami berlima bahkan menertawakan hal itu!"Monica Morgan mulai mengingat kejadian dimana mereka sedang bingung tentang keberadaan Kaiser Morgan, pria yang hanyut di sungai karena ulah sekelompok orang yang menginginkan ketenaran itu. Namun mengapa secara kebetulan bisa bertemu dengan Rosalyn Valois? Apakah, kecelakaan itu adalah salah satu trik dari Rosalyn Valois. Monica Morgan mulai berfikir negatif tentang menantunya itu. Namun, ketika dia melirik seorang gadis yang sedang berpangku tangan di samping ranjang Kaiser Morgan. Nalurinya sedikit tidak tega. Hah... tidak-tidak, dia harus menepis semua pikiran negatif tersebut demi apapun itu dia tidak ingin keluarganya kacau. "Nak, kamu sama seperti ayahmu. Ayahmu dulu juga seperti itu berpangku tangan dan terdiam jika menemani orang saki
Suasana menjadi begitu panas, Rosalyn Valois begitu erat mengalungkan tangan-nya di leher Kaiser Morgan. Entah, apa yang di inginkan wanita itu? Tidak ada yang tau. Namun, di kondisi seperti ini. Siapa yang mempu menahan nafsunya. Rosalyn Valois mencium leher Kaiser Morgan, dia juga meninggalkan beberapa tanda-tanda kepemilikan di leher putih pria itu. Beberapa kali Kaiser Morgan nampak menghela nafas, dia berusaha untuk memadamkan api asmara yang ada dalam dirinya. Namun, semakin dia menolak semakin dalam juga Rosalyn Valois melancarkan aksinya. Apa-apaan wanita ini!. Kaiser Morgan yang sudah gusar membalas ciuman Rosalyn Valois, berharap dengan seperti itu. Rosalyn Valois tidak akan meneruskan aksinya. Namun, diluar dugaan wanita itu malah semakin berhasrat. "Rosalyn, apa kamu tau apa yang sedang kamu lakukan?! Kamu memang sulit untuk dipahami!"Kaiser Morgan memanggil pelayan untuk menyiapkan kamar buatnya, dia tidak bisa terus membiarkan Rosalyn Valois membuat onar di ruangan
Rosalyn Valois menatap buku kecil di depan matanya, ia tersenyum kemudian menatap pria yang duduk di sampingnya itu. "Aku senang sekali, akhirnya aku menikah. Kamu ingin apa sebagai balasan atas jasamu tuan?!"Dengan senyuman manisnya Rosalyn Valois menatap pria yang secara tiba-tiba menjadi suaminya itu. Memaksa seorang pria untuk menikahinya? Astaga dia memang luar biasa!. "Aku tidak tertarik dengan apapun! Bagaimana jika menemani aku tidur malam ini?!"Rosalyn Valois menatap pria itu terkejut, dia benar-benar tidak menyangka ucapan itu masih di ingat oleh pria berusia 25 tahun tersebut. "Tidak... tidak... mari minum-minum terlebih dahulu. Rayakan hari pernikahan kita!"Begitu menggoda wajah mungil itu, ingin sekali langsung melahapnya sampai dia tidak mengenal dirinya sendiri. "Ah... baiklah aku ikut saja denganmu nyonya-ku!"Rosalyn Valois menatap ipad yang ada di tangannya dia senyum senyum sendirian kala itu. Kaiser morgan memberanikan diri merangkul bahu perempuan itu, "Apa
Sebelum Kaiser Morgan bertemu dengan Rosalyn Valois sempat terjadi kekacauan yang terjadi di keluarga Morgan. Seseorang menargetkan keempat tuan muda keluarga besar itu, benar-benar orang yang tidak takut mati. Waktu itu ke empat bersaudara itu tengah menghabiskan waktu dengan berbincang santai dan mengobrol di sebuah bar, namun karena perdebatan kecil mereka memutuskan untuk pulang kerumah saja. Langkah kaki tegap empat orang itu seakan-akan serempak, di dalam parkir terdapat satu buah bentley Continental GT Speed warna hitam menunggu mereka.Satu persatu dari mereka masuk kedalam mobil itu, sementara Louis Morgan sebagai putra tertua harus mengambil kursi kemudi."Kakak Louis? Kapan kamu akan mengambil alih perusahaan?! ayah terlalu tua untuk mempertahankan posisi Presiden Direktur di Armor Group!"Yuno Morgan adalah pria muda yang selalu blak-blakan ditambah didepan kakaknya dia tidak perlu untuk menutupi sebuah pertanyaan."Tidak tertarik, jika kamu tertarik kamu bisa mengambilny