Share

TUJUH

last update Last Updated: 2022-01-19 14:05:12

"Ben..?" Ulangku sekali lagi, kali ini berusaha melepaskan diri dari pelukan Ben, namun cowok itu malah mendekapku semakin erat.

"Gue kira elo pergi.." aku tersikap saat mendengar suara Ben. Membuat alisku mengerut didalam pelukannya

Apa dia masih setengah tidur? Apa kesadarannya belum pulih sepenuhnya? Atau dia mengira aku orang lain?

"Jangan pergi.." pintanya sekali lagi.

"Heii.." kataku berusaha membuatnya tersadar. "Gue disini, Ben. Nggak kemana-mana.." kataku lagi, menepuk punggungnya yang telanjang dengan hati-hati.

Ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan ini, namun saat jemariku menyentuh pungungnya, aku bisa merasakan kulit  yang halus dan hangat dengan otot-otot yang tidak berlebihan.

"jangan tinggalin gue.." gumamnya lirih menyadarkanku dari pikiran aneh yang sempat berkelebat di kepalaku. Ben tidak berniat melepaskan pelukannya, dan aku bisa merasakann dia menghirup udara di rambutku.

Tidak ada pilihan lain untukku, selain membiarkan Ben tetap memelukku untuk beberapa saat.

Setelah tenang, Ben mulai melepaskan pelukannya pada tubuhku, tangannya bergerak menuju bahuku. Menatapku dengan matanya yang menyorot sendu.

"Lo nggak papa?" Tanyaku sedikit khawatir dengan prilaku anehnya tadi, dan dia mengelengkan kepala.

Aku tidak tahu jika Benedict memiliki sisi lembut seperti ini, aku kira dia hanyalah badboy kaya dengan sejuta tingkahnya yang menyebalkan.

"Lo nggak mandi? Siap-siap sekolah?" Tanya ku mengingatkan. "Gue udah siapin sarapan buat lo.."

Dia menoleh untuk menatap meja makan, sebelum akhirnya kembali menatapku, kali ini mengamatiku dari atas hingga bawah, yang membuatku tidak nyaman.

"Lo nggak perlu lakuin semua.."

Respon Ben membuatku menciut. Menunduk.

Apa dia tidak menyukai aku membuatkan sarapan?

Apa aku terlalu lancang dengan mengunakan dapur Ben tanpa ijin?

"Maaf.." cicitku lirih, tidak berani untuk menatap Ben.

"Heii.." dia menangkup kedua belah pipiku, mengangkat wajahku, dan aku bisa menatap matanya. "Bukan itu maksud gue.." kata Ben lembut, seolah tahu apa yang tengah aku pikirkan sekarang. "Gue cuma nggak mau lo kerepotan pagi-pagi buat nyiapin sarapan." Terangnya membuatku spontan menggelengkan kepala cepat.

"Nggak ngerepotin kok.." jawabku sungguh-sungguh. Dan Ben tersenyum.

"Oke, kalo gitu gue mandi bentar.. tunggu ya.." pamitnya, dan aku mengangguk. Ben melepaskanku setelah mengusap pipi ku lembut. Untung dia segera berbalik meninggalkanku, jadi dia tidak melihat wajahku yang sekarang memerah karena sentuhannya.

Astaga, Keyla! Apa yang kamu pikirkan?!

Aku mengusap wajahku yang kini terasa sangat panas karena sentuhan Ben, aku menjatuhkan tubuhku ke kursi meja makan yang terletak di sampingku. Berusaha meredakan detak jantungku yang berdebar tiga kali lipat dari biasanya.

Tenang, Keyla! Berhenti berpikir macam-macam!

Kataku pada diriku sendiri, menepuk dua belah pipiku untuk membuatku tersadar.

Aku menatap kearah perginya Ben yang kini sudah menghilang dari pandanganku. Sedikit merasa bingung.

Kenapa dia bersikap seperti itu? Apa dia mimpi buruk? Kenapa dia takut aku pergi?

Hah!

Aku menghela napas panjang, melirik ke arah jam di pergelangan tanganku. Jam enam lewat duapuluh tiga menit.

Masih ada satu jam lebih untuk aku pergi ke sekolah.

Namun kali ini kan sedikit berbeda, aku belum tahu harus naik apa ke sekolah. Mungkin aku bisa menemukan halte bus yang mengarah ke sekolahanku di depan, atau kalau terpaksa, aku bisa memesan ojek online.

Terlebih, aku harus menunggu Ben juga. Ada hal yang harus aku bicarakan dengannya.

Memikirkan semua masalahku, membuat dadaku kembali terasa sesak.

Kamu pasti bisa, Keyla! Tekadku pada diriku sendiri. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Terus menyemangati diriku sendiri, dan terus mencoba untuk tetap berpikir positif. 

Tidak mau terus tenggelam dalam kesedihan, aku memilih untuk bangkit dari dudukku. Kembali melangkah ke dapur untuk membereskan peralatan masak yang tadi gunakan untuk menyiapkan sarapan.

Ku pindahkan barang-barang kotor itu dari kompor ke wastafel, menarik napas panjang, sebelum akhirnya mencucinya satu persatu.

Entah berapa lama aku berkutat dengan  penggorengan, busa dan sabun cuci piring saat suara Ben terdengar dari arah belakang.

"Bukannya udah gue bilang tunggu aja? Ngapain lo disitu?"

Aku menoleh, dan menemukan Ben sudah mengenakan seragam yang sama, dia berdiri di samping meja makan, meletakan tas yang dia sandang ke salah satu kursi kosong yang mengelilingi meja makan.

Tersenyum, aku mengelengkan kepala cepat.

"Ini.. gue cuma cuci bekas masak gue aja kok.." terangku sembari meletakan peralatan mamasak yang sudah aku cuci bersih ke rak untuk di keringkan.

"Nggak perlu, ada helper yang dateng tiap hari buat beresin kok.." kata Ben lagi melangkah menghampiriku.

"Nggak papa, ini tinggal bilas doang.." jawabku kembali tersenyum, lalu kembali melanjutkan pekerjaanku.

Aku bisa mendengar Benedict menghela napas, tanda menyerah. Aku bisa merasakan keberadaannya di belakangku, melihatnya lewat ekor mataku, aku menemukannya tengah membuka salah satu laci kitchen set di belakangku, mengeluarkan dua gelas dari sana.

"Kopi? Teh?" Tanya Ben membuatku kembali menoleh, dia tengah berdiri di belakangku dengan dua gelas di tangannya.

Menawariku minuman?

"Mmm.." aku berpikir sejenak.. "gue sebenernya.."

"Kopi atau teh? Dua itu aja, gue nggak mau jawaban lain." Tegas dia gusar, membuatku menarik napas dalam, mengalah.

"Teh."

"Oke.."

Dia berbalik menuju meja makan, sementara aku kembali menghadap ke wastafel.

Tidak butuh waktu lama, aku sudah menyelesaikan aktivitas mencuciku. Segera aku melepas apron yang aku kenakan, lalu mengantungnya ditempat semula.

Saat aku melangkah menghampiri Ben, aroma kopi langsung menguar masuk ke indra penciumanku. Ternyata dia sibuk dengan mesin pembuat kopi.

"Sini duduk.." kata Ben saat sudah menyadari keberadaan ku, berbalik dengan satu cangkir berisi kopi uang masih mengeluarkan uap,  menyuruhku duduk sembari menunjuk kearah kursi di sampingnya.

"Kenapa nggak duduk?" Tanya Ben saat melihatku masih berdiri. "Gue udah buatin teh buat lo."

"Mmm.. ben.." ucapku hati-hati, dan sudah terlebih dahulu duduk mengangkat kepalanya untuk menatapku, menunggu aku menyelesaikan ucapanku dengan satu alis terangkat.

"Ada apa?" Tanya Ben penasaran.

"Gue rasa gue mau berangkat sekarang.."

Mendengar jawabanku, dia melihat kearah jam yang melingkari pergelangan tangannya.

"Masih ada waktu setengah jam kok, ngapain buru-buru?"

"Tapi kan gue masih harus cari angkutan umum, Ben.."

"What?" Matanya menyipit, menatapku tidak percaya. "Lo berangkat bareng gue, buat apa naik angkutan umum?"

"Tapi..,"

"Nggak ada tapi-tapian, Key." Tegas Ben memotong ucapanku cepat. "Duduk, kita sarapan." Dia meraih tanganku, memaksaku untuk duduk di sampingnya.

Aku menghela napas dalam, lalu duduk dengan setengah hati.

Aku ingin berangkat sekarang, sendirian. Aku tidak ingin terus hidup mengandalkan Ben.

"Makan, Key. Lo belom sarapan kan?" Dia bertanya, menyesap cangkir kopinya sebentar, kemudian kembali menatapmu.

"Udah kok.." bohongku kepadanya, memilih untuk menyesap teh hangat ku untuk meredakan rasa gugupku.

"Kapan?"

"Tadi.."

"Sarapan apa? Angin?" Ledeknya membuatku menciut. "Gue inget cuma punya nasi satu bungkus, dan roti dua lembar. Semuanya masih di sini." Dia menunjuk kearah piring sarapan diatas meja. "Jadi, lo makan apa?"

Ketahuan berbohong, aku hanya meringgis sebagai tanggapan.

Ben menghela napas, mengeser piring nasi goreng ke hadapanku.

"Makan.." perintahnya menatapku saat tangannya meraih satu potong sandwich, lalu mengigitnya.

Menatap sepiring nasi goreng yang di sodorkan oleh Ben, aku merasa bingung. Aku kan menyiapkan semua ini untuknya. Dan sekarang aku harus memakan ini sendiri?

"Gue nggak biasa sarapan nasi kalo pagi." Terang Ben lagi seolah bisa membaca pikiranku. "Jadi lo makan aja.."

"Atau mau gue suapin?" Kata Ben lagi saat melihatku tidak bergeming, membuatku menggelengkan kepala sebagai tanggapan.

"Nggak perlu, nggak perlu." Tolak ku cepat membuat Ben tertawa, meraih kepalaku dan mengacak rambutku lembut.

"Yaudah cepet makan, nanti telat loh."

Aku menundukan kepala cepat saat Ben menyentuh kepalaku. Menyembunyikan wajahku yang terasa panas karena skinship singkat yang di lakukan oleh Ben kepadaku.

Ayolah, Keyla!

Runtukku kesal pada diriku sendiri yang sangat mudah terpengaruh oleh perlakuan Benedict, meraih garpu sendok dari piring nasi goreng berusaha untuk mengusir perasaan aneh yang mulai menguasai diriku.

"Gue makan, ya.." aku meminta ijin Ben,  dan cowok itu mengangguk sebagai jawaban.

Rasanya sia-sia aku menyiapkan sarapan untuk Ben, jika akhirnya aku sendiri yang memakannya.

Ben kembali menggigit sandwich di tangannya dan aku mulai menyendok nasi goreng buatanku sendiri, menyantapnya dalam diam.

Rasanya tidak buruk.

"Sandwichnya enak, lo jago masak juga ya.." puji Ben memecah keheningan, membuatku mengangkat kepala untuk menatap cowok itu.

"Nggak jago kok.." aku menggelengkan kepala cepat, sadar akan pujian Ben sangat berlebihan. "Cuma bisa aja."

"Gue mau coba nasi gorengnya dong.." pinta Ben tidak menggubris ucapanku, membuatku kembali menatapnya tidak percaya.

Tadi menyuruhku untuk makan, sekarang dia ingin mencoba.

"Dikit aja," pinta dia sekali lagi. "Lo nggak jijik kan makan bareng gue?"

"Eh, Enggak kok." Aku menggelengkan kepala cepat saat menjawab.

"Yaudah suapin."

Aku menghela napas, mengalah. Menyendokan nasi goreng bersama potongan telur mata sapi, menyorkannya kepada Ben yang langsung membuka mulutnya.

Aku menatap Ben yang tengah mengunyah nasi goreng suapanku dengan antusias, penasaran dengan reaksinya.

"Enak.." kata Ben setelah menelan nasi goreng di mulutnya, membuat senyumku secara otomatis mengembang.

"Mau lagi?" Tawarku pada Ben, dan cowok itu mengangguk cepat. Segera aku kembali menyendokan nasi goreng dari piring untuknya, dan Ben memakannya dengan lahap.

Jam menunjuk ke angka tujuh saat kami selesai sarapan dan membereskan sisa-sisanya.

Melihat Ben memakan masakanku dengan lahap seperti tadi, membuatku merasa gembira. Fakta bahwa Ben menikmati sarapan buatanku membuatku bahagia.

Walaupun sebagai gantinya, aku malah belum sempat berbincang banyak dengan Ben tadi. Tentang ucapan terimakasihku, dan yang lainnya.

Ya, mungkin nanti.

Setelah semua beres, aku segera mengambil tas sekolahku ke kamar. Ben sudah menunggu di depan pintu, dan kami keluar dari apartemennya bersama.

Menyusuri lorong panjang menuju lift dalam diam, aku mencuri-curi pandang kearah Ben yang berjalan di sampingku.

Selain kaya raya, aku tidak memungkiri jika Ben itu bisa dibilang sempurna dari segi fisik. Postur tubuhnya tinggi dan tegap, dengan wajah tampan tanpa cela.

Tidak heran jika banyak kaum hawa yang jatuh hati dan rela melakukan apa saja untuknya.

Sesampainya di depan lift, Ben menekan tombol disana, dan tidak lama kemudian pintu lift terbuka.

Aku dan Ben masuk kedalam lift, dan Ben kembali menekan tombol sekali lagi, membuat pintu lift tertutup.

Masih dalam diam, aku memikirkan hal yang belum aku katakan kepada Ben. Mungkin ini saatnya.

"Mmm.." aku ragu-ragu untuk memulai berbicara, membuat Ben Menoleh, menatapku.

"Ada apa?" Dia bertanya.

"Thanks ya, Buat semuanya." Alis Ben naik satu saat aku mulai berbicara. "Lo udah bantuin gue kemarin, kasih tempat tinggal juga..,"

"Its okay, Key. Kan udah gue bilang, lo nggak usah pikirin itu." Ben terlihat sedikit jengkel dengan pembahasan ini.

"Okay.." aku mengalah, merasa tidak enak hati. "Koper gue, gue ambil sepulang sekolah, ya.. maaf masih ngerepotin lo lagi." Aku menatap kearah Ben takut-takut.

"Gue janji, gue nggak bakal ngerepot—ah!" Ucapanku terpotong oleh pekikan kaget saat Ben tiba-tiba menerjang tubuhku dan mendesakku ke dinding lift. Raut wajahnya kini sudah sepenuhnya berubah, menahanku di dinding, menatapku dengan matanya yang tajam dan rahang mengeras.

"Ben.." rintihku lirih merasa takut dengan reaksi berlebihan Benedict.

"Udah gue bilang, lo nggak perlu bahas ini lagi, Key. Lo tinggal sama gue, dan gue nggak ngijinin lo kemana-mana."

"Tapi, Ben—mmph.." mataku melebar saat Ben memotong ucapanku dengan ciuman dibibirku.

Aku mencoba memberontak saat Ben mulai mengulum bibirku, mendorong tubuhnya menjauh, namun sia-sia. Tubuh ku yang munggil, tidak sebanding dengan kekuatan Benedict yang terus mendesakku ke dinding.

Dengan gerakan cepat Ben mencekal kedua tanganku yang masih memukuli dadanya membabi buta ke atas kepala dengan satu tangannya, sementara tangannya yang lain bergerak ke pungungku, mendekapku semakin merapat ke tubuhnya.

Jantungku berdegup kencang, kepalaku terasa pening dengan bibir Benedict yang masih berada di bibirku, melumat bibir atas bawahku bergantian. Perutku bergolak, dan tanpa sadar aku mengerang, memberi celah bagi lidah Ben untuk masuk kedalam mulutku, memberi sensasi nikmat yang membuatku semakin gila.

Aku sudah hampir kehabisan napas saat suara dentingan lift terdengar begitu nyaring. Ben melepaskan dan menjauh dariku dalam sekejap, disusul dengan terbukanya pintu lift menandakan kami sudah sampai di lantai dasar.

Beruntung tidak ada orang disana.

Aku masih sangat terkejut dengan apa yang baru saja aku alami saat Ben dengan tanpa rasa bersalah ataupun berdosa meraih tanganku, dan membawaku keluar dari lift.

TBC

Comments (1)
goodnovel comment avatar
May Puju
Lanjutkan bosss kuuhhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   DELAPAN

    BENEDICT POVAku mengemudikan mobilku keluar dari tempat parkir, meninggalkan area apartemenku menuju sekolah bersama dengan Keyla yang kini duduk terdiam di jok sampingku.Dia sama sekali tidak bersuara sejak keluar dari lift, dan bodohnya, aku juga melakukan hal yang sama.Jujur saja, aku merasa bersalah dengan kelakuanku saat di lift tadi. Tapi perkataan Keyla benar-benar membuatku marah.Pergi dari rumahku? Dia merepotkan? Dia tidak akan menggangguku lagi?Bahkan sekarang saat aku memikirkan perkataannya lagi, amarahku kembali naik tanpa undangan.Menghirup napas dalam untuk menenangkann diri, Aku mencengkram kemudi mobilku hingga buku-buku jariku memutih, berusaha menahan emosiku sekuat tenaga. Sebagai gantinya, aku menekan pedal gas mobilku dalam-dalam, memacu mobilku semakin cepat, meliuk-liuk diantara kendaraan yang melaju begitu lambat dimataku.

    Last Updated : 2022-01-19
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   SEMBILAN

    KEYLA POVAku menarik tangan Sissy menuju pintu kelas, meninggalkan Benedict yang kini menatap kepergian kami berdua dengan pandangan tidak percaya. Membawa sahabatku itu keluar dari kelas, aku bisa merasakan kilatan marah di mata Ben. Namun, aku memilih untuk mengabaikannya, aku tidak siap untuk bertemu dengan pria itu sekarang, setelah apa yang kami lakukan tadi pagi. Ciuman di lift, dan juga adegan di gedung parkir. Memikirkan itu semua saja sudah membuat jantungku berdebar dengan begitu cepat. Wajahku juga terasa begitu panas sekarang. "Keyla!" Sentakan dan juga suara Sissy yang meninggi membuatku terdasar, dan menarikku keluar dari lamunan panjang. Aku berhenti melangkah, menoleh untuk menatap sahabatku itu dengan tatapan tidak paham. "Apaan?" Aku bertanya dengan nada sedikit cangung, bayangan yang terlintas di otakku tadi membuatku merasa tidak nyaman."Lo di panggilin berkali-kali nggak nyahut!" Protes gadis cantik itu dengan bibir mengerucut, menandakan dirinya tengah k

    Last Updated : 2022-10-22
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   SEPULUH

    Note : chapter ini dan seterusnya akan menggunakan AUTHOR POV/ sudut pandang orang ke 3. ⬇️⬇️⬇️Benedict tidak bisa menyembunyikan senyuman di bibirnya. Memilih untuk mengabaikan mata-mata yang terus menatapnya sepanjang jalan menuju kelas Keyla, tangannya masih mengenggam erat pergelangan cewek yang berjalan di sampingnya itu.Bagaimana bisa hanya dengan bergandengan tangan bisa membuatnya begitu bahagia? Batin Ben bertanya-tanya. Ya, mungkin dirinya benar-benar sudah gila sekarang, atau apapun itu namanya, Ben benar-benar tidak peduli. Tidak butuh waktu lama, mereka berdua sampai di depan kelas Keyla dan dengan berat hati, Benedict melepaskan tangan cewek tersebut. "Gue.. masuk dulu.." pamit Keyla kepada Benedict dengan nada ragu-ragu. Tangannya meraih sejumput rambut yang jatuh ke wajahnya, lalu menyematkannya ke belakang telinga untuk menutupi rasa gugup yang menguasai dirinya. "Oke." Jawab Ben mengangguk, merasa gemas dengan tingkah Keyla sekarang. Jika mereka tidak sedang be

    Last Updated : 2022-10-22
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   SEBELAS

    Setelah menunggu hampir tiga puluh menit sendirian di ruang santai, akhirnya Benedict mendengar pergerakan yang berasal dari pintu kamar Keyla. Menoleh ke arah suara, Ben menemukan Keyla tengah berjalan gontai ke arahnya. Gadis itu mengenakan kaos oversize yang di padukan dengan celana pendek sepaha. Sederhana, namun di mata Benedict, penampilan Keyla sekarang tampak begitu sempurna. Kecantikan natural dari gadis yang baru saja selesai membersihkan diri itu membuat Benedict terkesima hingga terpaku di tempatnya duduk sekarang. Tatapan lekat dari mata tajam milik Ben kepadanya membuat Keyla sangat tidak nyaman. Gadis itu salah tingkah, memilih berdiri di dekat sofa yang di duduki oleh Ben, merasa gugup dan bingung dengan apa yang harus dia lakukan sekarang. "Kok malah bengong di situ," Tegur Benedict memecah keheningan di antara mereka, membuat gadis itu terlihat terperanjat. "Sini duduk." Kata Benedict lagi, menepuk ruang kosong di samping dia duduk sekarang. Dengan ekspresi waja

    Last Updated : 2024-03-07
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   DUA BELAS

    Dan seiring berjalannya waktu, ciuman lembut Benedict pada bibir Keyla berubah menjadi pagutan liar. Entah sejak kalan mata Keyla terpejam, gadis itu tidak menyadari tangannya kini pun sudah mengalung di leher Ben, semantara tangan cowok milik cowok tersebut yang tadinya merangkup kedua sisi wajah Keyla, sekarang bergetak menuju belakang lehernya, menekan tengkuk gadis itu untuk memperdalam ciuman mereka. Geleyar aneh mulai menguasahi tubuh gadis itu sepenuhnya. Otot perutnya bergolak seolah ada ribuan kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya secara bersamaan disana. Kepalanya terasa sangat pusing karena sensasi dari ciuman Benedict yang begitu memabukkan. Keyla mengerang di sela ciuman panas mereka. Mencengkram kuat segumpal rambut dari bagian belakang kepala Ben saat merasakan lidah milik cowok itu melesak masuk kedalam mulutnya. Perasaan asing saat daging kenyal dan panas itu mulai membelai lidahnya berubah menjadi kenikmatan intens yang begitu candu bagi Keyla. Sekali lagi gadis it

    Last Updated : 2024-03-07
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   TIGA BELAS

    Ya, Tuhan.. apa ini benar-benar terjadi? Apa benar dia dan Benedict akan melakukan itu?Adrenalin dalam diri Keyla terasa terpompa dari dalam saat Benedict menundukkan kepalanya dan menciumnya lagi, berbeda dengan ciuman mereka sebelumnya, kali ini Ben memberi keyla ciuman manis dan lembut di bibir gadis tersebut. Jenis ciuman yang membuat Keyla terbuai dan terlena, membuat mata gadis itu terpejam tanpa sadar, merasakan pagutan dan sesapan lembut Benedict pada bibirnya. Gadis itu meleguh pelan, dan Ben menggunakan kesempatan itu untuk melesakkan lidahnya masuk kedalam mulut Keyla. Lidahnya membelai milik Keyla seolah ingin mengajaknya menari bersama. Membelit lembut, lidah mereka saling bertautan. Sebelum akhirnya Benedict menarik mundur kepalanya dan mengakhiri ciuman mereka dan menatap Keyla. "Nggak usah takut," kata Benedict menenangkan Keyla. "Gue bakal lakuin dengan lembut dan pastiin elo ngerasa lebih baik dari ini." Lanjutnya lagi seolah berjanji, dengan suara parau karena

    Last Updated : 2024-03-07
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   EMPAT BELAS

    Benedict meletakkan salah satu jarinya pada bagian atas celana dalam Keyla dan menariknya ke bawah, memperlihatkan bagian privat milik gadis itu yang belum pernah lihat sebelumnya. Detak jantung Ben terasa terpompa lebih cepat, dan Sebelum gadis itu bisa menjadi pemalu lagi, dia menggerakkan mulutnya ke klitorisnya, menghisapnya. Keyla menahan napasnya dan mengerang. Benedict mundur sedikit dan mengeluarkan lidahnya dari dalam mulut. Dengan lembut cowok itu mendorong lidahnya masuk ke dalam liang milik Keyla yang masih sangat rapat. Gadis itu meraung karena sensasi dari permainan lidah Ben pada daerah sensitifnya. Jemari Keyla sudah bersarang pada surai hitam milik cowok itu dan mencengkramnya kuat, jemari kakinya melengkung. Benedict menggerakkan tangannya untuk berada di bawah pantat Keyla, mengangkatnya sehingga milik gadis itu semakin terdorong ke dalam mulutnya. Keyla melengkungkan punggungnya dan merintih kesenangan. Dengan cepat Ben mengeluarkan lidahnya dari dalam diriny

    Last Updated : 2024-03-07
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   LIMA BELAS

    Jam digital yang terletak di atas nakas samping ranjang menunjuk ke angka delapan lewat empat puluh enam menit saat Benedict keluar dari pintu kamar mandi yang terletak di sudut kamarnya. Berbalut handuk yang menutupi bagain bawah tubuhnya, rambut cowok itu masih terlihat basah. Dengan pungung yang terlihat merah-merah bekas cakaran, Benedict Berjalan dengan hati-hati, tidak ingin langkahnya membuat bangun gadis yang masih terlelap di atas ranjang. Benedict menghampiri lemari kaca besar dan meraih satu calana panjang dari tumpukan pakaian tidurnya, memakainya cepat dan melemparkan handuk basah di tangannya ke keranjang baju kotor yang tersedia. Senyum samar terukir di sudut bibirnya saat matanya menatap lagi ke arah Keyla yang masih terlelap di atas ranjang, gadis itu bergelung di bawah selimut tebal seperti bayi, tampak begitu polos dan menggoda di mata Ben. Dia berjalan mendekat lalu duduk di sisi ranjang dengan hati-hati, menundukkan kepalanya dan memberi kecupan lembut di pipi

    Last Updated : 2024-03-07

Latest chapter

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   TUJUH BELAS

    Mendengar jeritan Keyla, membuat Benenict yang tengah sibuk dengan sprei bernoda darah itu tersentak kaget saking terkejutnya. Melempar gulungan kain di tangannya itu ke keranjang tempat pakaian kotor, sebelum akhirnya melesat cepat, berlari menuju kamar mandi tempat dimanaya gadis itu tengah berada. Apa yang terjadi? Di lihat dari cara gadis itu berteriak, sepertinya itu adalah sesuatu yang benar-benar buruk, Karena Ben tahu jika Keyla bukan gadis yang suka membesar-besarkan masalah. Memikirkan hal itu membuat jantung Benedict berdegup kencang, meraih handle pintu kamar mandi, cowok itu dengan cepat pintu kaca tersebut dan masuk kedalam. "What happened?" Tanya Benedict saat melangkah masuk ke dalam kamar mandi, mengamati Keyla yang tengah berdiri di dekat bath up. Cowok itu cukup terkejut saat matanya menemukan Keyla sudah telanjang bulat. Suara Benedict hanya membuat Keyla bertambah histeris. Gadis itu spontan berusaha menutupi dada dan pangkal pahanya dengan kedua tangannya. "

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   ENAM BELAS

    Mematuhi perintah Benedict, Keyla hanya menunggu di ranjang sementara cowok itu menghilang entah kemana. Menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang, gadis itu memutuskan untuk mengamati ke sekeliling kamar. Ruangan tempat gadis itu berada sekarang memiliki nuansa hitam putih pada dindingnya dan juga furniture yang tertata rapi si setiap sudutnya. Tempat tidur king size putih, lalu ada sofa hitam tertata di dekat dinding kaca dengan gorden besar berwarna putih juga. Keyla menghela napas saat mengagumi Kamar pribadi Ben yang sangat mewah itu. Entah mengapa rasanya mereka benar-benar hidup di dunia yang berbeda. Dan saat matanya sudah lelah berkeliling, Keyla menundukkan kepalanya, jantungnya seolah berhenti berdetak saat indra penglihatannya itu menemukan noda merah darah pada bagian atas ranjang Ben yang di lapisi oleh sprei berwarna putih. Ya, Tuhan.. jerit Keyla dalam hati dan meraih salau satu bantal yang berada di sampingnya untuk menutupi noda merah tersebut dengan cepat. Wajahn

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   LIMA BELAS

    Jam digital yang terletak di atas nakas samping ranjang menunjuk ke angka delapan lewat empat puluh enam menit saat Benedict keluar dari pintu kamar mandi yang terletak di sudut kamarnya. Berbalut handuk yang menutupi bagain bawah tubuhnya, rambut cowok itu masih terlihat basah. Dengan pungung yang terlihat merah-merah bekas cakaran, Benedict Berjalan dengan hati-hati, tidak ingin langkahnya membuat bangun gadis yang masih terlelap di atas ranjang. Benedict menghampiri lemari kaca besar dan meraih satu calana panjang dari tumpukan pakaian tidurnya, memakainya cepat dan melemparkan handuk basah di tangannya ke keranjang baju kotor yang tersedia. Senyum samar terukir di sudut bibirnya saat matanya menatap lagi ke arah Keyla yang masih terlelap di atas ranjang, gadis itu bergelung di bawah selimut tebal seperti bayi, tampak begitu polos dan menggoda di mata Ben. Dia berjalan mendekat lalu duduk di sisi ranjang dengan hati-hati, menundukkan kepalanya dan memberi kecupan lembut di pipi

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   EMPAT BELAS

    Benedict meletakkan salah satu jarinya pada bagian atas celana dalam Keyla dan menariknya ke bawah, memperlihatkan bagian privat milik gadis itu yang belum pernah lihat sebelumnya. Detak jantung Ben terasa terpompa lebih cepat, dan Sebelum gadis itu bisa menjadi pemalu lagi, dia menggerakkan mulutnya ke klitorisnya, menghisapnya. Keyla menahan napasnya dan mengerang. Benedict mundur sedikit dan mengeluarkan lidahnya dari dalam mulut. Dengan lembut cowok itu mendorong lidahnya masuk ke dalam liang milik Keyla yang masih sangat rapat. Gadis itu meraung karena sensasi dari permainan lidah Ben pada daerah sensitifnya. Jemari Keyla sudah bersarang pada surai hitam milik cowok itu dan mencengkramnya kuat, jemari kakinya melengkung. Benedict menggerakkan tangannya untuk berada di bawah pantat Keyla, mengangkatnya sehingga milik gadis itu semakin terdorong ke dalam mulutnya. Keyla melengkungkan punggungnya dan merintih kesenangan. Dengan cepat Ben mengeluarkan lidahnya dari dalam diriny

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   TIGA BELAS

    Ya, Tuhan.. apa ini benar-benar terjadi? Apa benar dia dan Benedict akan melakukan itu?Adrenalin dalam diri Keyla terasa terpompa dari dalam saat Benedict menundukkan kepalanya dan menciumnya lagi, berbeda dengan ciuman mereka sebelumnya, kali ini Ben memberi keyla ciuman manis dan lembut di bibir gadis tersebut. Jenis ciuman yang membuat Keyla terbuai dan terlena, membuat mata gadis itu terpejam tanpa sadar, merasakan pagutan dan sesapan lembut Benedict pada bibirnya. Gadis itu meleguh pelan, dan Ben menggunakan kesempatan itu untuk melesakkan lidahnya masuk kedalam mulut Keyla. Lidahnya membelai milik Keyla seolah ingin mengajaknya menari bersama. Membelit lembut, lidah mereka saling bertautan. Sebelum akhirnya Benedict menarik mundur kepalanya dan mengakhiri ciuman mereka dan menatap Keyla. "Nggak usah takut," kata Benedict menenangkan Keyla. "Gue bakal lakuin dengan lembut dan pastiin elo ngerasa lebih baik dari ini." Lanjutnya lagi seolah berjanji, dengan suara parau karena

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   DUA BELAS

    Dan seiring berjalannya waktu, ciuman lembut Benedict pada bibir Keyla berubah menjadi pagutan liar. Entah sejak kalan mata Keyla terpejam, gadis itu tidak menyadari tangannya kini pun sudah mengalung di leher Ben, semantara tangan cowok milik cowok tersebut yang tadinya merangkup kedua sisi wajah Keyla, sekarang bergetak menuju belakang lehernya, menekan tengkuk gadis itu untuk memperdalam ciuman mereka. Geleyar aneh mulai menguasahi tubuh gadis itu sepenuhnya. Otot perutnya bergolak seolah ada ribuan kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya secara bersamaan disana. Kepalanya terasa sangat pusing karena sensasi dari ciuman Benedict yang begitu memabukkan. Keyla mengerang di sela ciuman panas mereka. Mencengkram kuat segumpal rambut dari bagian belakang kepala Ben saat merasakan lidah milik cowok itu melesak masuk kedalam mulutnya. Perasaan asing saat daging kenyal dan panas itu mulai membelai lidahnya berubah menjadi kenikmatan intens yang begitu candu bagi Keyla. Sekali lagi gadis it

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   SEBELAS

    Setelah menunggu hampir tiga puluh menit sendirian di ruang santai, akhirnya Benedict mendengar pergerakan yang berasal dari pintu kamar Keyla. Menoleh ke arah suara, Ben menemukan Keyla tengah berjalan gontai ke arahnya. Gadis itu mengenakan kaos oversize yang di padukan dengan celana pendek sepaha. Sederhana, namun di mata Benedict, penampilan Keyla sekarang tampak begitu sempurna. Kecantikan natural dari gadis yang baru saja selesai membersihkan diri itu membuat Benedict terkesima hingga terpaku di tempatnya duduk sekarang. Tatapan lekat dari mata tajam milik Ben kepadanya membuat Keyla sangat tidak nyaman. Gadis itu salah tingkah, memilih berdiri di dekat sofa yang di duduki oleh Ben, merasa gugup dan bingung dengan apa yang harus dia lakukan sekarang. "Kok malah bengong di situ," Tegur Benedict memecah keheningan di antara mereka, membuat gadis itu terlihat terperanjat. "Sini duduk." Kata Benedict lagi, menepuk ruang kosong di samping dia duduk sekarang. Dengan ekspresi waja

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   SEPULUH

    Note : chapter ini dan seterusnya akan menggunakan AUTHOR POV/ sudut pandang orang ke 3. ⬇️⬇️⬇️Benedict tidak bisa menyembunyikan senyuman di bibirnya. Memilih untuk mengabaikan mata-mata yang terus menatapnya sepanjang jalan menuju kelas Keyla, tangannya masih mengenggam erat pergelangan cewek yang berjalan di sampingnya itu.Bagaimana bisa hanya dengan bergandengan tangan bisa membuatnya begitu bahagia? Batin Ben bertanya-tanya. Ya, mungkin dirinya benar-benar sudah gila sekarang, atau apapun itu namanya, Ben benar-benar tidak peduli. Tidak butuh waktu lama, mereka berdua sampai di depan kelas Keyla dan dengan berat hati, Benedict melepaskan tangan cewek tersebut. "Gue.. masuk dulu.." pamit Keyla kepada Benedict dengan nada ragu-ragu. Tangannya meraih sejumput rambut yang jatuh ke wajahnya, lalu menyematkannya ke belakang telinga untuk menutupi rasa gugup yang menguasai dirinya. "Oke." Jawab Ben mengangguk, merasa gemas dengan tingkah Keyla sekarang. Jika mereka tidak sedang be

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   SEMBILAN

    KEYLA POVAku menarik tangan Sissy menuju pintu kelas, meninggalkan Benedict yang kini menatap kepergian kami berdua dengan pandangan tidak percaya. Membawa sahabatku itu keluar dari kelas, aku bisa merasakan kilatan marah di mata Ben. Namun, aku memilih untuk mengabaikannya, aku tidak siap untuk bertemu dengan pria itu sekarang, setelah apa yang kami lakukan tadi pagi. Ciuman di lift, dan juga adegan di gedung parkir. Memikirkan itu semua saja sudah membuat jantungku berdebar dengan begitu cepat. Wajahku juga terasa begitu panas sekarang. "Keyla!" Sentakan dan juga suara Sissy yang meninggi membuatku terdasar, dan menarikku keluar dari lamunan panjang. Aku berhenti melangkah, menoleh untuk menatap sahabatku itu dengan tatapan tidak paham. "Apaan?" Aku bertanya dengan nada sedikit cangung, bayangan yang terlintas di otakku tadi membuatku merasa tidak nyaman."Lo di panggilin berkali-kali nggak nyahut!" Protes gadis cantik itu dengan bibir mengerucut, menandakan dirinya tengah k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status