Share

PERNIKAHAN ANAK SMA
PERNIKAHAN ANAK SMA
Penulis: Anggiliashinta

SATU

Penulis: Anggiliashinta
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-13 19:13:16

#KEYLA POV

Brak! Brak! Brak! 

"Buka! Buka pintunya!!" 

Aku yang tengah bersiap untuk sekolah di kamar dikejutkan oleh suara orang mengetuk pintu rumahku dengan kasar. Seiring berjalannya waktu teriakannya semakin keras, tidak sabaran. Membuatku segera berlari keluar kamar untuk mengetahui siapa orang tidak punya sopan santun yang datang sepagi ini, walaupun dalam diriku sebenarnya sudah mengetahui siapa orangnya. Tapi aku masih berharap itu adalah orang lain. 

Brak! Brak! Brak! 

"Buka!" 

Ceklek. Ceklek. 

Aku memutar anak kunci pintu depan, dan seperti dugaanku. Aku menemukan empat anak buah Pak Bani tengah berdiri diambang pintu dengan muka garangnya. 

"Lama banget! Budek ya?!" Teriak salah satu dari mereka kesal kepadaku. 

"Maaf, saya tadi lagi siap-siap buat sekolah." Terangku mencoba menjelaskan.

"Halah, alasan! Kita kesini cuma mau ingetin, besok itu hari jatuh tempo buat lunasin semua hutang lo!" 

Deg! Jantungku seolah berhenti berdetak seketika. 

"Bu.. bukannya masih bulan depan ya, pak?" Tanyaku mencoba mengingatkan, karena seingatku masih ada waktu sekitar satu bulan lagi untuk melunasi utang itu.

"Halah, mau besok kek, mau sebulan kek, setahun lagi juga lo juga nggak bakal sanggup bayar!" Teriak pria berpakaian preman itu lagi.

"Enggak, pak. Saya usahain bayar."

"Nggak ada ulur-ulur waktu lagi. Sesuai perjanjian. Kalo lo nggak bisa lunasin hutang, rumah ini bakal di sita sebagai gantinya!" Terang Pria itu kasar membuat tubuhku menggigit ketakutan. 

"Gue kasih waktu lo sampe besok pagi. Lo pergi dari rumah ini, atau lo bisa dateng ke Bos Bani buat jadi istri ke dua belas dia."

Aku hampir menangis sekarang, air mataku sudah memenuhi kedua pelupuk mataku. 

"Tolong kasih saya waktu, pak. Saya pasti bakal lunasin semua utangnya.." isakku memohon, meraih salah satu tangan mereka. Berharap mereka akan merasa tersentuh dengan ketulusanku, dan memberiku waktu tambahan.

"Udah nggak usah nangis! Gada gunanya! Kecuali lo bisa ngeluarin berlian dari mata lo!" Kata Pria itu gusar, menyentakan tanganku lepas lalu melangkah pergi diikuti oleh tiga orang lainnya meninggalkanku yang kini menangis histeris didepan pintu.

Apa yang harus aku lakukan? 250 juta sangat mustahil aku dapatkan dalam sehari. Bahkan kerja paruh waktu yang aku lakukan sepulang kerja sampai tengah malam saja hanya cukup untuk membayar bunganya saja. 

Maa... apa yang harus Keyla lakukan? Keyla bingung, Ma.. Kayla butuh mama disini... 

Otakku berpikir kelas sepanjang perjalanan menuju sekolah. Hari ini aku memilih untuk jalan kaki dari pada naik bus sekolah. Bukan hanya karena jarak sekolah dengan rumahku tidak begitu jauh, juga juga butuh waktu untuk sendirian. Setidaknya dengan jalan kaki aku tidak perlu menjawab pertanyaan Sissy yang pasti curiga dengan mataku yang sembab. 

Ini adalah tahun ketigaku di sekolah menegah atas. Aku sempat berpikir untuk berhenti sekolah dan bekerja sepenuhnya. Namun setelah aku pikir-pikir sangat sayang jika aku tidak melanjutkan sekolahku, toh aku dapat beasiswa,dan pekerjaan apa yang bisa aku lakukan dengan ijasah SMP? Tentu akan lebih baik jika aku menamatkan sekolahku dulu, paling tidak setelah lulus SMA aku bisa melamar sebagai buruh pabrik atau yang lainnya. 

Dan sekarang sepertinya sekarang aku menyesali keputusanku. seharusnya aku berhenti sekolah saja! Jika saja aku bekerja dan memberi Pak Bani lebih banyak uang, dia pasti akan memberiku lebih banyak tambahah waktu! Tapi nasi sudah menjadi bubur, aku tidak bisa mengulang semua itu. 

Tin! Tin! 

Suara klakson mobil itu membuatku cepat-cepat menghapus air mata yang entah sudah dari kapan mengalir di kedua pipiku, menoleh kearah mobil yang kini sudah berhenti tepat disampingku. Mataku menemukan sosok yang paling aku hindari belakangan ini, siapa lagi kalau bukan Benedict Johan Adiguna. Anak pemilik yayasan tempatku sekolah, yang entah kenapa akhir-akhir ini sering muncul dihadapanku. 

Kaya, tampan, populer, dan tipe cowok idaman semua cewek di SMA Bhineka, itulah yang dikatakan oleh Sissy kepadaku tentang Ben. Ya, mereka memanggilnya Ben. Namun bagiku, dia hanyalah seorang badboy yang kebetulan bernasib mujur terlahir di keluarga kaya raya. 

Aku bahkan tidak mengenalnya jika dia tidak mengangguku belakangan ini. Entah apa tujuannya mendekatiku, mungkin dia sedang melakukan sebuah permainan dengan teman-temannya, entah lah! aku sama sekali tidak peduli! 

"Good morning, Keyla.." sapanya sok manis yang membuat hidupku terasa semakin gelap, aku segera melanjutkan langkahku, meninggalkannya tanpa berniat untuk menjawab sapaannya. 

Aku semakin mempercepat langkahku, hampir berlari saat pagar sekolahku mulai terlihat. Aku bisa merasakan mobil Ben masih terus mengikutiku, menyejajarkan mobilnya dengan langkah kakiku. 

"Lo nangis?" 

"Sialan!" Batinku dalam hati. "Apa urusan lo?" Jawabku balik bertanya dengan sengit.

"Semua yang berhubungan sama elo itu urusan gue!" Seru Ben dari dalam mobil membuatku memutar mata jengah. "Kenapa lo pagi-pagi nangis? Perlu bantuan?" Tanyanya lagi. 

"Bukan urusan elo!" Jawabku gusar tanpa menghentikan langkahku.

Aku bisa merasakan mobil itu berhenti, dan dari suaranya aku bisa mendengar Ben keluar dari mobil. Aku berniat untuk mengambil langkah seribu, namun terlambat. Tangannya menarik pergelangan tanganku keras, membuat langkahku langsung terhenti karenanya.

"Apaan sih, lo?!" Protesku kesal, menatap Ben yang kini juga tengah menatapku dengan mata tajam miliknya. Entah kenapa aku bisa merasakan amarahnya dari cara dia menatapku. 

"Jadi pacar gue! Gue bakal turutin semua kemauan elo! Apapun itu!" Kata-kata itu sudah terlalu sering aku dengar. 

"Benedict! Lepasin gue!" Teriakku kesal tidak menghiraukan perkataannya. Dia mencengkram tanganku dengan kuat, membuat pergelangan tanganku sakit. 

"Mau sampe kapan lo nolak gue?! Gue tau lo cuma sok jual mahal! Gausah munafik deh lo! Elo nikmatin kan gue kejar-kejar?!" 

PLAKK!! 

"ELO UDAH GILA, YA?!" Teriaknya murka saat tanganku mendarat di wajahnya yang mulus.

Ya, mungkin aku benar-benar sudah gila. Menampar putera semata wayang orang yang sudah memberiku beasiswa, tentu aku sudah gila! Tapi kata-katanya sangat keterlaluan! Bisa-bisanya dia memiliki pemikiran seperti itu kepadaku.

"Iya, gue udah gila!" Jawabku tidak kalah sengit. "Gausah mikir elo itu hebat! Karena tanpa bokap lo, elo itu cuma sampah ga guna!" Teriakku lagi menyentakan cengkramannya lepas dari tanganku. 

*

"Elo nampar Ben?" Sambut Sissy saat aku baru saja masuk kelas. Gila! Secepat itu gosip menyebar? Memang tidak salah jika tidak ada yang bisa menandingi mulut manusia dalam menyebarkan gosip. "Benedic Johan Adiguna?" Tanya Sissy lagi mengekoriku yang berjalan gontai menuju tempat dudukku, memastikan.

"Hmm.." sahutku setelah menghempaskan tubuhku ke kursi. 

"Udah gila lo ya?!!" Teriak Sissy tidak percaya. Duduk dibangkunya yang memang berada tepat di depan bangku ku. 

Sepertinya aku memang sudah gila, saat satu orang mengatakan aku gila, bisa jadi orang itu yang salah. Tapi jika sudah dua orang menganggapku gila, mungkin aku benar-benar sudah gila. Dan dalam hatiku aku juga mengakuinya, menampar wajah Ben memang sedikit berlebihan. Tapi ini sepenuhnya bukan salahku! Dia mengganguku disaat yang tidak tepat! 

"Lo tau apa akibat dari yang lo lakuin ini?" 

"Udah ah, males bahas! Bodo amat dia mau ngapain!" Jawabku kesal, meletakan kepalaku yang rasanya sudah mau meledak keatas meja. 

"Bikin Ben marah bukan sesuatu yang harus di bodo amatin, Key!" Seru Sissy yang sepertinya sangat tidak terima dengan sikap bodo amatku. 

"Terus gue harus ngapain?" 

"Minta maaf sekarang!"

"Yaudah, gue minta maaf.." 

"Bukan sama gue lah!!" Kata Sissy bertambah kesal. 

"Iya, iya. Nanti gue pikirin." 

Bel istirahat terdengar, disusul oleh keluarnya murid-murid SMA Bhineka dari kelas masing-masing. Begitu pula aku dan Sissy, aku mau mengembalikan buku ke perpustakaan, sedangkan Sissy akan makan siang di kantin.

"Kenapa Ben gangguin gue akhir-akhir ini? Padahal tahun pertama dan kedua dia sama sekali nggak tertarik sama gue." Tanya ku penasaran kepada Sissy yang berjalan disampingku. 

"Karena tinggal elo cewek disekolah ini yang belom dia pacarin!" 

"Elo udah?" Tanyaku tidak percaya, karena Sissy tidak pernah cerita kepadaku tentang ini. Padahal setahuku dia selalu menceritakan semua detail kehidupannya kepadaku. 

"Plis deh, Keyla. Maksud gue cewek cantik di sekolah ini!" 

"Kan elo lebih cantik dari pada gue."

"Iya gue cantik, kata elo sama Mama gue." Jawab Sissy memutar matanya. "Tapi di mata Ben, gue nggak lebih dari rontokan indomie yang nggk ada artinya!" 

"Semua cewek itu cantik, sy." 

"Iya, cantik dalam artian enggak ganteng!" 

Aku hanya bisa terkekeh gemas dengan tingkah sahabatku ini. Hanya dia satu-satunya teman yang aku miliki, karena sangat jarang atau bisa dibilang tidak ada anak-anak orang kaya yang sekolah disini mau berteman dengan murid miskin seperti ku. 

"Udah ah yuk ikut gue ke kantin aja, ngapain ke perpus? Kayak kutu buku aja!" Kata Sissy kemudian mengandeng lenganku. 

"Enggak, sy. Gue harus balikin bukunya hari ini. Udah jatuh tempo nih, nanti kena denda bu Rini lagi." Terangku menjelaskan.

"Gue tlaktir makan siang nih.." sogok Sissy menyikut pingang ku pelan. 

"Enggak ah, galaper gue."

"Temenin gue makan, Key... plisss.." dan sepertinya dia tahu, kalau aku tidak bisa menolaknya jika dia sudah memohon seperti ini.

"Iya, iya. Aku nyusul kamu habis dari perpus."

"Janji?"

"Iyaa."

"Okee, awas aja bohong."

"Iya, bawelll" 

Dan kami harus berpisah di lorong dekat ruang guru, karena memang letak perpus dan kantin berlawanan arah. 

Aku berjalan cepat melewati lorong yang ramai oleh murid-murid. Semua orang menatap ku sinis setiap berpas-pasan denganku. Terutama murid cewek yang aku tebak sebagai pengemar garis keras si Benedict sialan itu. Aku tidak begitu ambil pusing. Setelah selesai mengembalikan novel di perpustakaan aku langsung kembali ke kelas, mengabaikan janjiku yang akan menyusul Sissy ke kantin.

Aku bernapas lega saat menemukan kelasku dalam keadaan kosong, aku butuh waktu untuk sendiri sekarang. Ku raih handphone yang berada di laci mejaku. Mengirimkan pesan ke Sissy kalau aku tidak bisa menyusulnya dengan alasan sakit perut. 

Setelah selesai, aku kembali mencari kontak Om Fais, adik dari Mamaku yang sedari pagi tidak mengangkat teleponku. Kembali ku pencet tombol Call dikontaknya, dan hanya berakhir pada pemberitahuan jika nomer yang aku hubungi tidak bisa menerima panggilanku. 

Apa yang harus aku lakukan? Aku kembali meletakan kepalaku keatas meja, berusaha mengurangi rasa pening di kepalaku saat aku dikejutkan oleh seseorang menggebrak mejaku keras.

Brakk!

Aku mendongakan kepalaku, dan mataku menemukan empat cewek yang tidak aku kenal tengah kerkacak pinggang menatapku. 

"Jadi ini yang namanya Keyla Andara?" Kata salah satu dari mereka dengan nada mencemooh.

"Kenapa ya?" Tanyaku bingung. Karena aku tidak merasa punya hutang kepadanya.

"Gausah sok cantik deh lo!" Hardik si rambut kriting itu sambil menoyor kepalaku keras. 

"Apaan sih ini?!" Balasku sengit, karena aku merasa mereka sudah kelewat batas dengan toyorannya di kepalaku.

"Apa?! Enggak terima?! Itu akibatnya kalo elo macem-macem sama Ben gue!!" 

"Ben gue?" Aku menatap mereka tidak percaya, jadi ini semua mereka lakukan karena aku nampar pujaan hati mereka? Cih! 

"Emang orang yang kalian bela mati-matian gini bakal peduli sama elo pada?!" 

Bukannya sadar, mereka malah bagai kesetanan setelah mendengar perkataanku. Mereka berempat mulai menyerangku serentak, menjambak, menyakar, meraih apapun yang bisa mereka gapai. Suasana kelas mulai ramai, aku bisa mendengar sorak sorai dari murid-murid yang mengelilingi kami, memberi semangat tanpa berniat memisahkan mereka yang terus menyerangku dengan membabi buta. 

"APA-APAAN KALIAN INI!! STOPP!!"

Kami berlima sekarang duduk di hadapan guru kedisiplinan di ruang BK. Aku memilih untuk terus menundukan kepalaku, menatap lantai dan juga sepatuku dibawah sana. Sementara mereka berempat tampak santai, ada yang memainkan rambutnya, ada yang asyik selfie, salah satunya duduk biasa, bertingkah cukup normal, sementara satu lagi tengah menelpon ibunya, meminta untuk disambungkan dengan pengacara keluarga mereka, karena aku menyentuh rambutnya. 

Aku benar-benar dalam masalah sekarang. 

"Keyla Andara.." rapal Bu Riana, Guru kedisiplinanku menyebut namaku bagai mantra. Aku yang sedari tadi menunduk, perlahan mengangkat kepala. Menatap takut-takut kearah wanita paruh baya yang kini tampak mengamati lembaran kertas putih ditangannya dengan teliti. "Mendapat beasiswa tiga tahun penuh, dan selalu mendapat nilai sempurna selama sekolah disini." Lanjut Bu Riana mengangguk-anggukan kepalanya, sementara aku mendengar decihan mencemooh dari gadis-gadis disebelahku.

"Tapi apa kamu sadar, hal yang kamu lakukan tadi itu bisa mempengaruhi segalanya. Pihak sekolah bisa mencabut beasiswa kamu karena kelakuan kamu sendiri, Keyla.." Ucap Bu Riana, membuatku kembali menundukan kepalanya.

"Udah cabut aja, Bu. Nggak pantes jadiin contoh buat murid lain, murid teladan kok kelakuannya bar-bar." Celetuk salah satu dari mereka, membuatku menarik napas panjang. Aku tidak bisa menyangkal ataupun melawan sekarang. Atau keadaan bisa menjadi lebih buruk lagi jika emosiku terpancing. 

"Udah miskin, bertingkah lagi." Satu lagi menyahut, disambut gelak tawa yang lainnya. 

"Udah, udah, cukup!" Kata Bu Riana menenangkan, dan tawa mereka langsung berhenti, diganti dengan suara bisik-bisik dari mulut mereka. 

"Keyla, saya dengan berat hati...," 

Brakk! 

Aku tersentak kaget dengan suara Pintu ruang BK mendadak terbuka dengan keras, disusul dengan munculnya sosok yang membuat mereka berempat menjerit histeris. Siapa lagi kalau bukan Benedict. 

Dia melangkah gontai dengan kedua tangannya tersimpan di saku celananya. Tampak arogan, dengan wajah tampannya yang angkuh. 

Aku menghela napas berat, berusaha menenangkan jantungku yang kini berpacu dengan cepat.

Hidupku sudah berakhir sekarang. Kedatangan Ben pasti untuk menendangku dari sekolahan ini. Ya, aku sudah sangat keterlaluan tadi pagi. Apapun alasannya, main tangan adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. 

"Saya mau dia di keluarkan dari sekolah ini." Suara berat milik Ben terdengar mememecah keheningan, membuat napasku tercekat.

Ya, inilah akhir dari kisahku di sekolah ini. 

                                    TBC

Bab terkait

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   DUA

    KEILA POV"Saya mau dia di keluarkan dari sekolah ini." Suara berat milik Ben terdengar mememecah keheningan, membuat napasku tercekat.Ya, inilah akhir dari kisahku di sekolah ini.."Dia, dia, dan juga dia." Lanjutnya, membuatku mengangkat kepalaku cepat untuk menatapnya, dan tidak menunjuk kearahku. Tangan Ben menunjuk ke gadis-gadis disampingku."Iya, Bennedict?" Tanya Bu Riana yang sepertinya juga keheranan sepertiku. Menatap Ben dengan pandangan tidak paham."Saya mau mereka berempat di keluarkan dari sekolahan ini." Tegasnya sekali lagi, kali ini aku bisa melihat wajah syok dari mereka."Kenapa aku?""Kenapa?""Kenapa?""Kenapa bukan dia?"Tanya mereka berempat kebingungan, begitu pula Bu Riana."Tapi, Benedict..,"

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   TIGA

    BENEDICT POVSuara hingar bingar musik memenuhi setiap penjuru bar. Dengan pencahayaan remang-remang gemerlap khas dunia malam.Tidak seperti biasanya yang selalu bersemangat untuk berpesta, aku bahkan merasa pusing dengan suara memekakan telinga itu.Aku merasa ada yang salah pada diriku malam ini.Semua terasa membosankan. Bahkan tubuh seksi Vira yang kini sudah setengah telanjang di pangkuanku tidak bisa membuat Albert kesayanganku berdiri tegak seperti biasa.Kutatap lantai dansa di depan sana yang sudah dipenuhi oleh manusia tanpa minat. Jika bukan karena Kevin yang tidak berhenti mengangguku dengan terus menelpon agar aku datang ke bar, aku pasti lebih memilih untuk tidur dirumah.Aku bergumam jengah saat Vira mulai mencium leherku, lalu bibirnya bergerak turun menjilat leherku. Aku kembali mengerang. Ingatan tentang ciuman

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   EMPAT

    KEYLA POVAku tidak bisa tidur semalaman. Terus memikirkan hari esok yang akan aku lewati. Otakku melayang, membayangkan anak buah Pak Bani datang membuatku merinding tidak nyaman. Aku merubah posisi tidurku menjadi meringkuk, bergelung di bawah selimut, mencoba kembali memejamkan mataku.Apa aku melakukan kesalahan saat menolak tawaran Ben tadi? Sebenarnya sekarang aku cukup tergiur dengan tawarannya, tapi hati kecil ku berkata lain. Aku terlalu memikirkan harga diriku tadi.Sebenarnya aku hanya terlalu malu tadi setelah kami berciuman. Dan aku langsung menolak tawarannya tanpa berpikir panjang.Aku tidak berniat untuk menjual diri kepada Ben, tapi paling tidak aku bisa bernegosiasi dengannya untuk meminjamiku uang, dan aku akan membayarnya dengan cara mencicil sedikit demi sedikit. Toh dari gaya bicaranya dia terlihat bisa memberiku uang dengan cuma-cuma saat aku mau menjadi pacarn

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   LIMA

    BENEDICT POVAku menoleh sekilas kearah Keyla yang duduk di sampingku, lalu kembali menatap jalanan di depan sana, kembali fokus memacu mobilku menjauh dari rumah Keyla.Sama denganku, Kayla masih mengenakan seragam sekolahnya, wajahnya memerah dan sesekali terdengar suara isak tangisan. Gadis itu terdiam, sama sekali tidak berbicara selepas meninggalkan rumahnya.Sepertinya dia masih sangat shock atau terpukul atas kejadian yang menimpanya tadi. Dan memikirkan hal itu membuatku merasa bersalah.Mungkinkah caraku bersandiwara tadi berlebihan?Aku merasa sangat egois sekarang. Hanya karena keinginan untuk menggikat Keyla cepat-cepat, aku sama sekali tidak mempertimbangkan perasaan gadis tersebut.Its okay, Benedict.. lo bisa bayar rasa bersalah lo nanti.. kataku pada diriku sendiri, lalu kembali fokus mengemudi.Namun semakin aku berp

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   ENAM

    KEYLA POVAku tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya, bahkan tidak sekalipun terlintas di pikiran jika aku akan tinggal bersama Ben dalam satu rumah.Ini terlalu gila.Oke, aku pernah berpikir untuk meminta bantuannya, berpikir untuk menerima tawaran yang dia tawarkan kepadaku waktu itu, tapi aku tidak pernah menyangka jika begini akhirnya.Satu rumah dengan Ben? Aku?Astaga! Ini benar-benar gila, dan yang membuatku semakin gila, aku bahkan tidak memiliki pilihan lain selain menerima tawarannya. Aku tidak memiliki uang, dan aku sama sekali tidak memiliki tempat tujuan.Ini sudah hari kedua sejak Ben membawaku ke apartemennya. Dia memberiku tempat tinggal dan juga sebuah kamar. Kemarin, Ben memaksaku untuk beristirahat, memberikan waktu sendirian seharian, dan menggurusi semua kebutuhanku.Jadi, ha

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   TUJUH

    "Ben..?" Ulangku sekali lagi, kali ini berusaha melepaskan diri dari pelukan Ben, namun cowok itu malah mendekapku semakin erat."Gue kira elo pergi.." aku tersikap saat mendengar suara Ben. Membuat alisku mengerut didalam pelukannyaApa dia masih setengah tidur? Apa kesadarannya belum pulih sepenuhnya? Atau dia mengira aku orang lain?"Jangan pergi.." pintanya sekali lagi."Heii.." kataku berusaha membuatnya tersadar. "Gue disini, Ben. Nggak kemana-mana.." kataku lagi, menepuk punggungnya yang telanjang dengan hati-hati.Ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan ini, namun saat jemariku menyentuh pungungnya, aku bisa merasakan kulit yang halus dan hangat dengan otot-otot yang tidak berlebihan."jangan tinggalin gue.." gumamnya lirih menyadarkanku dari pikiran aneh yang sempat berkelebat di kepalaku. Ben tidak berniat melepaskan pelukannya, dan aku bisa merasakann d

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   DELAPAN

    BENEDICT POVAku mengemudikan mobilku keluar dari tempat parkir, meninggalkan area apartemenku menuju sekolah bersama dengan Keyla yang kini duduk terdiam di jok sampingku.Dia sama sekali tidak bersuara sejak keluar dari lift, dan bodohnya, aku juga melakukan hal yang sama.Jujur saja, aku merasa bersalah dengan kelakuanku saat di lift tadi. Tapi perkataan Keyla benar-benar membuatku marah.Pergi dari rumahku? Dia merepotkan? Dia tidak akan menggangguku lagi?Bahkan sekarang saat aku memikirkan perkataannya lagi, amarahku kembali naik tanpa undangan.Menghirup napas dalam untuk menenangkann diri, Aku mencengkram kemudi mobilku hingga buku-buku jariku memutih, berusaha menahan emosiku sekuat tenaga. Sebagai gantinya, aku menekan pedal gas mobilku dalam-dalam, memacu mobilku semakin cepat, meliuk-liuk diantara kendaraan yang melaju begitu lambat dimataku.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • PERNIKAHAN ANAK SMA   SEMBILAN

    KEYLA POVAku menarik tangan Sissy menuju pintu kelas, meninggalkan Benedict yang kini menatap kepergian kami berdua dengan pandangan tidak percaya. Membawa sahabatku itu keluar dari kelas, aku bisa merasakan kilatan marah di mata Ben. Namun, aku memilih untuk mengabaikannya, aku tidak siap untuk bertemu dengan pria itu sekarang, setelah apa yang kami lakukan tadi pagi. Ciuman di lift, dan juga adegan di gedung parkir. Memikirkan itu semua saja sudah membuat jantungku berdebar dengan begitu cepat. Wajahku juga terasa begitu panas sekarang. "Keyla!" Sentakan dan juga suara Sissy yang meninggi membuatku terdasar, dan menarikku keluar dari lamunan panjang. Aku berhenti melangkah, menoleh untuk menatap sahabatku itu dengan tatapan tidak paham. "Apaan?" Aku bertanya dengan nada sedikit cangung, bayangan yang terlintas di otakku tadi membuatku merasa tidak nyaman."Lo di panggilin berkali-kali nggak nyahut!" Protes gadis cantik itu dengan bibir mengerucut, menandakan dirinya tengah k

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   TUJUH BELAS

    Mendengar jeritan Keyla, membuat Benenict yang tengah sibuk dengan sprei bernoda darah itu tersentak kaget saking terkejutnya. Melempar gulungan kain di tangannya itu ke keranjang tempat pakaian kotor, sebelum akhirnya melesat cepat, berlari menuju kamar mandi tempat dimanaya gadis itu tengah berada. Apa yang terjadi? Di lihat dari cara gadis itu berteriak, sepertinya itu adalah sesuatu yang benar-benar buruk, Karena Ben tahu jika Keyla bukan gadis yang suka membesar-besarkan masalah. Memikirkan hal itu membuat jantung Benedict berdegup kencang, meraih handle pintu kamar mandi, cowok itu dengan cepat pintu kaca tersebut dan masuk kedalam. "What happened?" Tanya Benedict saat melangkah masuk ke dalam kamar mandi, mengamati Keyla yang tengah berdiri di dekat bath up. Cowok itu cukup terkejut saat matanya menemukan Keyla sudah telanjang bulat. Suara Benedict hanya membuat Keyla bertambah histeris. Gadis itu spontan berusaha menutupi dada dan pangkal pahanya dengan kedua tangannya. "

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   ENAM BELAS

    Mematuhi perintah Benedict, Keyla hanya menunggu di ranjang sementara cowok itu menghilang entah kemana. Menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang, gadis itu memutuskan untuk mengamati ke sekeliling kamar. Ruangan tempat gadis itu berada sekarang memiliki nuansa hitam putih pada dindingnya dan juga furniture yang tertata rapi si setiap sudutnya. Tempat tidur king size putih, lalu ada sofa hitam tertata di dekat dinding kaca dengan gorden besar berwarna putih juga. Keyla menghela napas saat mengagumi Kamar pribadi Ben yang sangat mewah itu. Entah mengapa rasanya mereka benar-benar hidup di dunia yang berbeda. Dan saat matanya sudah lelah berkeliling, Keyla menundukkan kepalanya, jantungnya seolah berhenti berdetak saat indra penglihatannya itu menemukan noda merah darah pada bagian atas ranjang Ben yang di lapisi oleh sprei berwarna putih. Ya, Tuhan.. jerit Keyla dalam hati dan meraih salau satu bantal yang berada di sampingnya untuk menutupi noda merah tersebut dengan cepat. Wajahn

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   LIMA BELAS

    Jam digital yang terletak di atas nakas samping ranjang menunjuk ke angka delapan lewat empat puluh enam menit saat Benedict keluar dari pintu kamar mandi yang terletak di sudut kamarnya. Berbalut handuk yang menutupi bagain bawah tubuhnya, rambut cowok itu masih terlihat basah. Dengan pungung yang terlihat merah-merah bekas cakaran, Benedict Berjalan dengan hati-hati, tidak ingin langkahnya membuat bangun gadis yang masih terlelap di atas ranjang. Benedict menghampiri lemari kaca besar dan meraih satu calana panjang dari tumpukan pakaian tidurnya, memakainya cepat dan melemparkan handuk basah di tangannya ke keranjang baju kotor yang tersedia. Senyum samar terukir di sudut bibirnya saat matanya menatap lagi ke arah Keyla yang masih terlelap di atas ranjang, gadis itu bergelung di bawah selimut tebal seperti bayi, tampak begitu polos dan menggoda di mata Ben. Dia berjalan mendekat lalu duduk di sisi ranjang dengan hati-hati, menundukkan kepalanya dan memberi kecupan lembut di pipi

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   EMPAT BELAS

    Benedict meletakkan salah satu jarinya pada bagian atas celana dalam Keyla dan menariknya ke bawah, memperlihatkan bagian privat milik gadis itu yang belum pernah lihat sebelumnya. Detak jantung Ben terasa terpompa lebih cepat, dan Sebelum gadis itu bisa menjadi pemalu lagi, dia menggerakkan mulutnya ke klitorisnya, menghisapnya. Keyla menahan napasnya dan mengerang. Benedict mundur sedikit dan mengeluarkan lidahnya dari dalam mulut. Dengan lembut cowok itu mendorong lidahnya masuk ke dalam liang milik Keyla yang masih sangat rapat. Gadis itu meraung karena sensasi dari permainan lidah Ben pada daerah sensitifnya. Jemari Keyla sudah bersarang pada surai hitam milik cowok itu dan mencengkramnya kuat, jemari kakinya melengkung. Benedict menggerakkan tangannya untuk berada di bawah pantat Keyla, mengangkatnya sehingga milik gadis itu semakin terdorong ke dalam mulutnya. Keyla melengkungkan punggungnya dan merintih kesenangan. Dengan cepat Ben mengeluarkan lidahnya dari dalam diriny

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   TIGA BELAS

    Ya, Tuhan.. apa ini benar-benar terjadi? Apa benar dia dan Benedict akan melakukan itu?Adrenalin dalam diri Keyla terasa terpompa dari dalam saat Benedict menundukkan kepalanya dan menciumnya lagi, berbeda dengan ciuman mereka sebelumnya, kali ini Ben memberi keyla ciuman manis dan lembut di bibir gadis tersebut. Jenis ciuman yang membuat Keyla terbuai dan terlena, membuat mata gadis itu terpejam tanpa sadar, merasakan pagutan dan sesapan lembut Benedict pada bibirnya. Gadis itu meleguh pelan, dan Ben menggunakan kesempatan itu untuk melesakkan lidahnya masuk kedalam mulut Keyla. Lidahnya membelai milik Keyla seolah ingin mengajaknya menari bersama. Membelit lembut, lidah mereka saling bertautan. Sebelum akhirnya Benedict menarik mundur kepalanya dan mengakhiri ciuman mereka dan menatap Keyla. "Nggak usah takut," kata Benedict menenangkan Keyla. "Gue bakal lakuin dengan lembut dan pastiin elo ngerasa lebih baik dari ini." Lanjutnya lagi seolah berjanji, dengan suara parau karena

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   DUA BELAS

    Dan seiring berjalannya waktu, ciuman lembut Benedict pada bibir Keyla berubah menjadi pagutan liar. Entah sejak kalan mata Keyla terpejam, gadis itu tidak menyadari tangannya kini pun sudah mengalung di leher Ben, semantara tangan cowok milik cowok tersebut yang tadinya merangkup kedua sisi wajah Keyla, sekarang bergetak menuju belakang lehernya, menekan tengkuk gadis itu untuk memperdalam ciuman mereka. Geleyar aneh mulai menguasahi tubuh gadis itu sepenuhnya. Otot perutnya bergolak seolah ada ribuan kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya secara bersamaan disana. Kepalanya terasa sangat pusing karena sensasi dari ciuman Benedict yang begitu memabukkan. Keyla mengerang di sela ciuman panas mereka. Mencengkram kuat segumpal rambut dari bagian belakang kepala Ben saat merasakan lidah milik cowok itu melesak masuk kedalam mulutnya. Perasaan asing saat daging kenyal dan panas itu mulai membelai lidahnya berubah menjadi kenikmatan intens yang begitu candu bagi Keyla. Sekali lagi gadis it

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   SEBELAS

    Setelah menunggu hampir tiga puluh menit sendirian di ruang santai, akhirnya Benedict mendengar pergerakan yang berasal dari pintu kamar Keyla. Menoleh ke arah suara, Ben menemukan Keyla tengah berjalan gontai ke arahnya. Gadis itu mengenakan kaos oversize yang di padukan dengan celana pendek sepaha. Sederhana, namun di mata Benedict, penampilan Keyla sekarang tampak begitu sempurna. Kecantikan natural dari gadis yang baru saja selesai membersihkan diri itu membuat Benedict terkesima hingga terpaku di tempatnya duduk sekarang. Tatapan lekat dari mata tajam milik Ben kepadanya membuat Keyla sangat tidak nyaman. Gadis itu salah tingkah, memilih berdiri di dekat sofa yang di duduki oleh Ben, merasa gugup dan bingung dengan apa yang harus dia lakukan sekarang. "Kok malah bengong di situ," Tegur Benedict memecah keheningan di antara mereka, membuat gadis itu terlihat terperanjat. "Sini duduk." Kata Benedict lagi, menepuk ruang kosong di samping dia duduk sekarang. Dengan ekspresi waja

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   SEPULUH

    Note : chapter ini dan seterusnya akan menggunakan AUTHOR POV/ sudut pandang orang ke 3. ⬇️⬇️⬇️Benedict tidak bisa menyembunyikan senyuman di bibirnya. Memilih untuk mengabaikan mata-mata yang terus menatapnya sepanjang jalan menuju kelas Keyla, tangannya masih mengenggam erat pergelangan cewek yang berjalan di sampingnya itu.Bagaimana bisa hanya dengan bergandengan tangan bisa membuatnya begitu bahagia? Batin Ben bertanya-tanya. Ya, mungkin dirinya benar-benar sudah gila sekarang, atau apapun itu namanya, Ben benar-benar tidak peduli. Tidak butuh waktu lama, mereka berdua sampai di depan kelas Keyla dan dengan berat hati, Benedict melepaskan tangan cewek tersebut. "Gue.. masuk dulu.." pamit Keyla kepada Benedict dengan nada ragu-ragu. Tangannya meraih sejumput rambut yang jatuh ke wajahnya, lalu menyematkannya ke belakang telinga untuk menutupi rasa gugup yang menguasai dirinya. "Oke." Jawab Ben mengangguk, merasa gemas dengan tingkah Keyla sekarang. Jika mereka tidak sedang be

  • PERNIKAHAN ANAK SMA   SEMBILAN

    KEYLA POVAku menarik tangan Sissy menuju pintu kelas, meninggalkan Benedict yang kini menatap kepergian kami berdua dengan pandangan tidak percaya. Membawa sahabatku itu keluar dari kelas, aku bisa merasakan kilatan marah di mata Ben. Namun, aku memilih untuk mengabaikannya, aku tidak siap untuk bertemu dengan pria itu sekarang, setelah apa yang kami lakukan tadi pagi. Ciuman di lift, dan juga adegan di gedung parkir. Memikirkan itu semua saja sudah membuat jantungku berdebar dengan begitu cepat. Wajahku juga terasa begitu panas sekarang. "Keyla!" Sentakan dan juga suara Sissy yang meninggi membuatku terdasar, dan menarikku keluar dari lamunan panjang. Aku berhenti melangkah, menoleh untuk menatap sahabatku itu dengan tatapan tidak paham. "Apaan?" Aku bertanya dengan nada sedikit cangung, bayangan yang terlintas di otakku tadi membuatku merasa tidak nyaman."Lo di panggilin berkali-kali nggak nyahut!" Protes gadis cantik itu dengan bibir mengerucut, menandakan dirinya tengah k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status