BAB 100Mandala dan Daffa duduk dengan sebuah ponsel yang merekam keduanya. Mereka saling melirik sejenak, kemudian saling mengangguk memberikan kode. Saat ini mereka tengah menyalakan siaran langsung di channel sosial media Klarisa dan Arsyla.Ada banyak komentryang mempertanyakan mengapa tiba-tiba
Sementara itu, di kediaman Daffa saat ini Gea dan Fania datang menemui Handri yang baru saja hendak berangkat ke kantor.“Papi, kami mohon buat bantu Mami biar bisa bebas dari penjara. Tolong bantu Mami, kami tahu kalau Mami gak bakal sejahat itu buat sengaja celakain Kak Risa,” ucap Gea memohon den
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
“Ayo dong, Ris!” “Ih, kagak.” “Please ....” “Ogah!” “Sekali aja.” “Sekali gue bilang kagak. Berarti kagak. Paham!” Kakakku memutar kursi kerjanya. Merogoh sesuatu dari kantong celana jeans dengan sedikit kesusahan. “Padahal gue mau kasih duit!” serunya sambil menghitung lembaran-lembaran mera