Part 59“Mau kemana kamu?!” tanya Mila saat aku mencoba lewat ke halaman samping.“Bukan urusanmu, sebaiknya persiapkan dirimu untuk menghuni rumah barumu nanti,” jawabku mengingatkannya kalau sebentar lagi dia akan aku penjarakan.Mila terdiam lagi, kali ini dia terlihat lebih tegang dari tadi. Ancamanku bukan sekedar ancaman yang keluar dari mulutku. Permainan ini harus diselesaikan secara bertahap. Aku bosan main-main dan mengulur waktu seperti aktingku selama ini. Bukan aku tidak mau bergerak cepat, tapi aku dibawah kendali orang yang menyelamatkanku.Aku melangkah cepat ke halaman samping agar Dona dan Rio tidak melihatku. Setelah aku bersembunyi dari mereka, baru aku keluar dari rumah ini dan melaju mobilku ke penjara melaporkan perbuatan Mila. Inilah rencanaku sekarang.Setelah aku pastikan Mila tidak memperhatikanku lagi, aku berdiri di balik pohon hias sambil melihat Dona dan Rio semakin mendekati Mila berdiri dengan keterpakuan setelah mendengar ancamanku.***Pov Dona.Kala
Part 60Pov DonaApa yang terjadi dengan Mila? Kenapa Polisi itu menangkapya, kejahatan apa yang dilakukan Mila hingga dia di penjara? Melihatnya pergi dibawa Polisi, ada rasa kasihan di hatiku, bagaimanapun juga dia besar dari didikanku selama ini.“Mi, Mila kenapa ditangkap Polisi?” tanya Rio tetap memegang tangan Caca agar tidak lari mengejar mobil Polisi yang membawa Mila.“Entahlah, Mimi juga penasaran. Sebaiknya kita hubungi Bayu, dia pasti tau semua ini,” jawabku dengan perasaan tidak enak, bagaimanapun juga, aku masih menyayangi Mila.“Om Rio, Mamaku kenapa dibawa Polisi mmm,” tangis Caca menatap Rio.“Mamamu pasti ada urusan penting, ayo Om antar ke rumah,” ajak Rio kepada Caca.“Tolong hubungi Papaku, Om. Aku mau Mama Mila pulang mmm.”“Caca, ayo ikut Oma, Oma akan berusaha membebaskan Mamamu,” ucapku walaupun aku tidak yakin.Rio menyetir mobil menuju ke rumah Bayu. Aku dan Caca duduk di bangku belakang sambil memeluknya, tangisnya belum juga berhenti, aku tahu Mila juga pa
Part 61Pov Dona.“Coba hubungi Bayu lagi, Rio. Kita tidak mungkin menunggu lama duduk di teras rumah ini,” kataku kepada Rio.Aku dan Rio mengantarkan Caca pulang. Sampai di rumahnya, pintu terkunci dan rumah seperti kosong, kemana Mbok Siti pembantu mereka, nunggu lama-lama duduk di teras ini membuatku bosan.“Sudah Ma, tapi tidak diangkat,” jawab Rio setelah menempelkan ponselnya di daun telinga.“Mama Mila mmm Mama ....” Caca masih belum berhenti menangis memanggil Mila.“Caca, nanti Oma akan membawa Caca menemui Mama Mila, sekarang berhentilah menangis.” Aku berusaha menenangkan Caca.“Oma, Mama Mila kenapa dibawa Polisi?” tanya Caca dengan mata sudah sembab karena menangis.“Entahlah, Oma juga belum tau, nanti Oma tanya ke Papamu, ya,” jawabku menyeka air mata Caca.Caca sepertinya tidak bisa jauh dari Mila. Mila berhasil membuat putri Luna menganggapnya seperti Ibu kandung.“Nyonya, Den Rio.”Tiba-tiba Mbok Siti datang dari luar pagar. Dia menenteng tas seperti dari melakukan p
Part 62Pov Lani.Aku secepatnya meninggalkan Mbok Siti di depan pagar rumah. Melihat mobil Rio parkir di depan rumah, aku yakin pasti ada Dona juga di sana. Aku harus hati-hati karena aku sudah diperingati kalau Dona sangat licik dan jangan dianggap enteng. Tidak mungkin tanpa sebab karena di masa lalu Dona, dia juga pernah melakukan kejahatan yang belum aku ketahui. Aku akan menyelesaikan permainan ini secepatnya dan tentunya dengan berhasil menghukum Dona karena dia otak dari semua permainan ini.Ponselku berdering, ada nama Bayu tertera di layar ponselku, segera kutempelkan ponselku itu di daun telinga menerima panggilan dari Bayu.“Halo Mas,” sapaku di ponsel.“Lani, kamu sudah baca pesan dariku?” tanya Bayu.“Sudah Mas, aku akan kirim foto bukti kejahatan Mila membeli racun kepada seorang lelaki. Tunggu sebentar aku kirimkan ke ponselmu.”Aku mengirimkan foto bukti kejahatan Mila melalui WA ke nomor Bayu. Setelah itu aku lanjut berbicara lagi dengan Bayu di ponsel.“Oh Tuhan! Ak
Part 63Aku sangat terkejut melihat fotonya di dinding. Seorang wanita cantik yang memenangkan kontes kecantikan. Fisiknya sangat sempurna dan bahkan lebih cantik dari wanita tulen di luar sana. Ternyata selama ini aku diselamatkan oleh seorang transgender atau waria. Aku masih merasa tidak percaya wanita cantik dan anggun yang terlihat di mataku sekarang bukan wanita tulen. Astaga, penglihatanku sudah tertipu selama ini.“Apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanyanya lagi saat aku masih terpaku menatapnya.“A-aku ... aku sudah setengah jam menunggumu, tapi kamu belum juga siap dan aku merasa cemas makanya aku memberanikan diri melihatmu ke kamar ini,” jawabku gugup.Dia keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk putih membaluti tubuhnya. Lekukan tubuh dan buah dadanya tidak memperlihatkan kalau dia seorang lelaki aslinya. Kulit mulus kuning langsat serta dandanan mempercantik wajahnya, dia terlihat seperti wanita berkelas, bukan seorang transgender.“Aku sudah bilang, aku sangat suka
Part 64Pov Lani.Dua bulan lagi? Apa aku tidak salah dengar, bagaimana mugkin dia menyetujui aku menikah dengan Rio dalam aksi balas dendam. Pernikahan bukan suatu permainan, ini sangat bertentangan dengan prinsipku selama ini. Aku tidak bisa berpura-pura nikah dengan Rio hanya untuk membalas dendam. Tidak!“Aku senang mendengar keputusan Anda, Bu Mariya,” jawab Dona dengan senyum sambil melirik Rio.“Aku juga senang keponakanku satu-satunya mendapatkan pendamping lelaki seperti Rio, Bu Dona,” katanya.Rio menggenggam tanganku sambil menatapku dengan bahagia. Aku membalas dengan senyum meskipun hatiku berkata-kata. Aku bingung dengan permainannya, bukankah dia melarangku jangan bermain hati dengan Rio, tapi dia membuatku bermain semakin dalam dan aku seperti sulit untuk lepas.“Baiklah Bu Mariya, kami permisi dulu, untuk masalah pesta penikahan dan apa model pakaian pengantin, nanti saja kita bicarakan karena aku yakin Anda punya selera yang bagus dari pada aku,” kata Dona mencoba me
Part 65Pov Dona.“Tolong aku, Tante. Aku sudah tidak sanggup hidup di penjara ini, tolong aku mm.” Mila menangis meminta tolong kepadaku.Mila seperti tertekan dan sangat memprihatinkan, selama ini aku tidak pernah menyangka dia akan seperti ini. Mila yang berani tidak tampak lagi sekarang, yang terlihat seorang wanita lemah dan hampir prustasi dengan apa yang dialaminya.“Tenangkan dirimu, ceritakan padaku apa yang kamu lakukan sehingga kamu dipenjara,” kataku menatapnya prihatin.“Aku ... aku ..., semua ini salah Lani. Wanita itu merebut suami, Caca dan juga rumahku. Aku sangat membencinya, aku ingin dia mati!” jawab Mila dengan nada sangat kesal.Mila sangat emosi menceritakan tentang wanita bernama Lani yang menjadi orang ketiga di rumah tangganya. Sangat terlihat kebencian di mata Mila saat nama Lani disebut. Mila juga menceritakan kesedihan hatinya berpisah dengan Caca. Dia seperti hilang arah.“Kenapa Ibu Bayu yang kamu racuni?” tanyaku karena dia sangat membenci Lani.“Karna
Part 66Pov Rio.“Lani! Tante! Tunggu dulu, tunggu!”Teriakanku memanggil tidak dihiraukan Lani dan Tantenya. Rasanya duniaku mau runtuh saat kata-kata itu muncul dari Tante Lani. Apa yang terjadi hingga mereka kecewa, apa yang dilakukan Mimiku terhadap mereka. Kenapa aku tidak sanggup ... aku sangat mencintai Lani, aku mencintainya. Oh Tuhan! Kenapa perasaan ini begitu besar terhadap Lani, dan ini pertama kalinya aku jatuh cinta dengan umurku sekarang. Cinta ini terlalu dalam hingga membutakan diriku.Saat Lani masuk ke mobil Tantenya, dia hanya diam dan memandangku dari dalam mobil. Aku tahu dia juga punya perasaan cinta untukku, tapi karena patuh terhadap Tatenya, dia nurut dan tidak bisa berbuat apa-apa. Lani ....Aku melangkah masuk ke dalam rumah, di dalam kulihat pecahan cangkir berserakan di lantai. Mimi berdiri dengan raut wajah marah dan Ayah terdiam duduk di kursi roda.“Mi, apa yang terjadi? Kenapa Tante Lani bilang tidak akan ke sini lagi? Ada apa Mi?” tanyaku tidak sabar
part 112Pov Bayu"Luna! Luna!" teriakku memanggilnya saat dibawa menuju ruangan operasi."Bunda, Bunda mm." Caca menangis melangkah di sampingku."Tolong tunggu di luar, Pak," ucap dokter sambil menutup pintu ruangan operasi.Aku terdiam menatapnya hilang di balik pintu. Rasanya aku menyesal, aku salah. Ya Tuhan tolong maafkan aku."Tenang Bayu, Luna pasti sembuh, dia pernah mengalami yang lebih parah dari ini, dia pasti kuat." Mis Riya menyentuh lenganku."Ini salahmu! Kamu seharusnya melundungi putriku, tapi apa? Demi putrimu yang gila itu, Caca hampir jadi korban, dan sekarang Luna, Luna pasti ...." Tak sanggup kuungkapkan. Membayangkannya saja hatiku pilu."Papa, ini salahku, Bunda ingin menolongku, Pa ...." Caca menangis, aku memeluknya. "Aku menyesal tidak dengarkan Bunda, aku menyesal, Pa." Dalam pelukkan pun Caca masih menangis."Sebaiknya selidiki kasus ini. Rumah sakit yang penjagaanya ketat, kenapa pasien bisa memiliki pisau, ini sangat aneh," ucap teman Rio. Kalau bukan k
part 111Pov Mis RiyaAstaga, kenapa Mila bisa punya pisau. Ini rumah sakit dan ada penjagaan. Tidak mungkin ini kebetulan. Kulihat Mila juga mengamuk seakan takut Caca direbut, ini seperti ketakutan Bayu direbut Luna."Mama Mila ..., jangan lukai aku." Caca menangis ketakutan. Pisau sangat dekat di lehernya, melawan sedikit saja, dia pasti terluka, atau bahkan bisa mati. Mila tidak terkendali."Tenang lah Caca sayang, Mama Mila sayang Caca ..., Mama Mila tidak mau Caca direbut wanita itu." Mila memeluk Caca meskipun pisau tetap ditodongkan. Sesekali dia juga mengecup kepala Caca. Mungkinkah ini bentuk sayang tak wajar."Tolong lakukan sesuatu! Jangan sampai Caca terluka." Aku gemetar. Aku takut Caca terluka."Tunggu, Bu. Dokter yang biasa menangani sedang menuju ke sini," jawab seorang perawat."Kenapa lama sekali?""Sabar, Bu. Sebentar lagi juga datang."Sabar? Ini keadaan darurat. Caca bisa terluka, orang gila tak akan dihukum. Bayu, aku akan menghubunginya.Aku beranjak dari kama
part 110"Aku akan masuk bersama Caca, aku harap kamu tidak keberatan menunggu di luar," ucap mis Riya menatapku di spion tengah depan setelah mobil di parkir.Aku membuang nafas besar dan berkata, "Boleh aku masuk melihat Mila?"Mis Riya memalingkan wajah ke belakang. Aku menyambutnya dengan menatap."Kamu, kamu tidak serius 'kan?" Mis Riya tampak ragu."Apakah aku sedang bercanda?" tanyaku balik."Bunda samaku aja menemui Mama Mila," timpa Caca terlihat senang dengan niatku."Kamu tahu pemicu Mila sakit? Tentunya melihatmu, Luna.""Lihat Caca, dia mirip denganku.""Sebaiknya tidak usah, lagian ini proses penyembuhan. Maafkan aku Lun, aku tidak bisa menuruti kemauanmu.""Ya sudah, aku akan menunggu di luar."Kami ke luar dari mobil. Sampai di depan rumah sakit, aku memilih duduk di ruang tunggu. Mis Riya dan Caca masuk ke dalam mengunjungi Mila.Aku bermain ponsel menunggu. Duduk sendiri, hari ini pengunjung rumah sakit tampak sepi. Entah kenapa teringat Rio. Dia melamarku tapi belum
part 108 PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI "Bayu! Kamu harus ingat kalau sekarang kamu suami Mila, aku ingin kamu sepenuhnya membuat Mila sembuh!" Mis Riya berteriak hingga suara lelakinya keluar. Dia tidak suka saat Bayu masih mengharapkanku. Aku tidak peduli. Bagiku Caca yang terpenting. "Luna, sebelum terlanjur, mari kita menikah lagi," ajak Bayu, tangaku belum juga dilepas. "Lepaskan aku, Mas." "Tidak, aku tidak akan biarkan kamu bersamanya! Kamu harus ingat, Rio putra kandung Dona." "Bayu! Kamu lupa dengan kesepakatan kita?" Mendadak Bayu melepaskan tanganku setelah Mis Riya berucap. Dia menatap seperti enggan jauh dariku. "Kamu ingat saat mempermainkan hidupku dulu. Kamu membeliku agar bisa rujuk dengan Mila dan mendapatkan sepenuhnya warisan ibumu. Sekarang, sekarang kamu menjual dirimu sendiri. Dunia berputar, karma lambat laun akan terjadi." Bayu diam dan terus menatapku. Kupalingkan muka ke mis Riya, lalu aku berkata, "Mis Riya, mungkin kamu berhasil mempermainkan hidup
part 107Pov Rio"Kamu kenapa, Rio?" tanya nenek terkejut melihat cangkir pecah di dekat kaki Rio."Oh, maaf, Nek, aku tidak sengaja," jawabku berusaha memungut kepingan cangkir."Tidak usah, Rio, biar nanti pembantu yang membersihkan, sekarang kita duduk di teras belakang aja, biar bisa memanjakan mata melihat taman," ucap Nenek."Luna, ayo," ajak nenek ke Luna."Iya Nek," jawab Luna lalu melangkah di hadapanku. Sekilas dia melempar senyum padaku. Hati ini berdetak tidak karuan."Kapan datang, Bro?" tanya Jovi merangkul pundakku. Kami melangkah ke teras belakang."Barusan, aku mau bicarakan masalah proyek pembangunan sepuluh ruko itu. Ini aku bawakan anggaran biayanya," jawabku sambil membuka file di ponsel."Udah, nanti aja, kita minum kopi dulu."Di teras belakang kami duduk sambil menikmati kopi hangat. Luna terlihat sangat akrab dengan nenek Jovi. Sepertinya nenek sangat menyukai Luna. Kelembutan tutur katanya dan caranya membawakan diri sangat mudah mendapatkan teman. Rasanya ak
part 106Pov BayuAku sudah dibutakan cinta dan hasrat. Aku tidak terima jika Luna menjadi milik lelaki lain. Dia harus jadi milikku! Akulah lelaki yang pertama menikahinya serta yang pertama menyentuhnya."Kamu tidak pernah berubah, Mas," ucap Luna berlalu masuk ke kamar.Aku meratapi diriku. Baru kali ini aku merasakan cinta teramat dalam pada seorang wanita. Aku dipermainkan oleh hasil permainanku sendiri. Usahaku selama ini tidak bisa meluluhkan hatinya. Justru kesalahan dan pemaksaan yang kuhadirkan. Apakah ini yang dinamakan gila karena cinta? Bodohnya aku.Aku kembali duduk di sofa. Nafasku besar dan perasaanku tidak karuan. Luna menolakku, Luna menjauhiku, Luna tidak mencintaiku. Sakitnya ....***"Papa, Papa bangun."Terdengar suara Caca membangunkanku. Aku berusaha membuka mata. Kulihat Caca berdiri di sampingku."Apa, Sayang," jawabku menyeringit."Aku mau ke rumah sakit."Aku bangkit dan duduk. Ternyata aku tertidur di sofa. Kulihat Caca menyandang tas dan sudah siap-siap
Part 105Pov RioHati ini berdetak kencang melihat mata itu menatapku. Rindu menggebu tapi aku terpaksa kutahan, aku belum punya nyali sebelum dia kuhalalkan. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi aku akan melamarnya."Luna, kamu ...." Mas Bayu gugup karena tiba-tiba Luna muncul dari pintu. Tadinya dia bilang Luna di desa. Apakah ini akal-akalan Mas Bayu karena menyadari kami sekarang saingan. Lucu juga, aku bersaing dengan mantan suaminya."Ada apa, Rio?" tanya Luna kepadaku."Aku ... aku ingin bertemu untuk menanyakan kabar Ayah," jawabku mencari alasan."Untuk apa kamu menanyakan Ayah Luna? Ada urusan apa? Bukankah ibumu sudah mencampakkan Ayah Luna!" Mas Bayu terlihat sangat kesal.Aku melangkah mendekati Luna. Posisiku sekarang di depan Luna, sedangkan Mas Bayu di samping di antara kami."Mas Bayu, aku pernah hidup bersama Ayah, dan sampai sekarang hubungan kami baik-baik saja, apakah ini masalah bagimu, Mas?" Aku berusaha mencari kata-kata agar mas Bayu mati kutu. Aku tidak suka dia
part 104Kenapa aku berjumpa lagi dengan lelaki norak ini. Aku tidak ingin berdebat ataupun meladaninya. Hatiku sedang kacau, aku merasa ini tidak adil. Bapak kandung anakku sangat tega melukai hatiku hanya demi uang agar bisnisnya lancar. Dan putriku juga menginkan wanita yang ingin membunuhku beberapa tahun yang silam. Aku merasa takdir tidak adil padaku. Apa salahku? Aku dipermainkan. Tidak adakah pertolongan yang ikhlas? Aku selalu di tekan karena hutang nyawa. Aku harus bertindak."Kamu sendirian?" tanya lelaki norak ini ikut duduk di bangku di dekatku.Aku diam tidak memperdulikannya. Lagian aku tidak tertarik untuk basa basi."Wanita galak, selain sombong kamu juga wanita yang tidak bisa menghargai orang."Aku memalingkan mata menatapnya. "Urus urusanmu, jangan ganggu aku." Aku bangkit melangkah dan ingin menjauh. Padahal aku sudah berpindah duduk, dia masih juga menggangguku."Ok ok, padahal aku hanya ingin berteman dengan wanita sombong sepertimu. Jarang-jarang loh, aku yang
part 102Pov Rio.Aku tidak menyangka melihat Luna di sini. Dia sendirian duduk seperti memikirkan sesuatu, kulihat Caca tidak bersamanya. Kapan dia balik ke kota ini? setahuku dia menetap di desa."Luna," ucapku tetap menatapnya."Hey, Bro! Kamu kenal dengan wanita sombong ini?" tanya Jovi kepadaku."Apa Jov? dia bernama Luna," jawabku, lalu melangkah mendekati Luna.Jantungku berdetak kencang. Mata itu menatapku hingga sulit bagiku menahan rasa di dada. Jujur, aku sangat merindukannya, tapi aku belum berani melamarnya karena aku masih mempersiapkan diri menata masa depanku. Semua semangat dan tujuanku juga untuknya, hanya untuk Luna."Hay Rio," sapa Luna lembut, lalu berdiri.Sebenarnya aku ingin memeluknya melampiaskan kerinduanku. Tapi aku takut dia menolak dan tidak menyukainya, dengan melihatnya saja itu sudah cukup."Hey, Bro! Kamu kenapa seperti terhipnotis dengan wanita sombong ini?" Jovi mendekat dan menepuk pundakku."Rio, siapa pria sombong ini? Tolong bilang padanya, jadi