part 3
Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa mereka mempermainkan hidupku. Melihat mimik wajah ibu Mas Bayu, ada sesuatu yang belum diungkapkan.
"Aku tidak bisa diperlakukan seperti ini, Ma." Aku berusaha menekan suara.
"Luna, aku yakin suatu saat Bayu akan mencintaimu, tolong bersabar, dengan kehadiran seorang anak, hidup kalian akan bahagia."
Bersabar? Apakah aku bisa seperti itu? Aku juga belum mencintainya, meski sudah hidup bersama satu bulan. Rasa di hati belum juga timbul apalagi dengan situasi sekarang. Malah aku sangat membencinya.
"Ma, kenapa mereka bercerai?" Rasa penasaran masih menari di benakku.
Ibu Mas Bayu menarik nafas dalam. Terlihat ada luka di matanya seperti mengingat sebuah kejadian. Sejenak matanya jauh memandang ke depan.
"Mila selingkuh dengan suamiku."
"Apa?" Tentu jawaban ibu mertua membuatku sangat terkejut.
Mila selingkuh dengan papa Mas Bayu? Dunia apa ini? Mudah sekali mereka melakukan itu. Pantas ada kebencian di mata Ibu mertua melihat wanita bernama Mila.
"Setelah anakku mengetahuinya, dia langsung talak tiga Mila. Saat kejadian itu, papa Bayu sangat malu hingga jantungnya kumat dan meninggal." Ibu Mas Bayu melanjutkan ceritanya.
"Tapi, kenapa Mas Bayu masih menerima Mila, Ma?"
"Mila itu wanita licik dan mengincar hartaku. Anakku dimabuk cinta, entah apa yang dilakukannya hingga anakku sangat tergila-gila meskipun sudah berselingkuh dengan papanya sendiri."
"Sudahlah, Ma! Jangan menjelek-jelekan Mila lagi!" Tiba-tiba Mas Bayu keluar dari kamar dan berdiri di depan kami.
"Itulah kenyataannya! Dia sudah berselingkuh dengan papamu tapi kamu masih menerimanya!" Ibu Mas Bayu langsung berdiri menjawab perkataan anaknya dengan nada tinggi.
"Aaahh!" Dengan kesal Mas Bayu keluar. Ia seperti menghindari perdebatan. Tak lama kemudian, terdengar suara mobilnya semakin menjauh.
"Tolong jangan gugat cerai Bayu, Luna." Ibu Mas Bayu duduk dan menggenggam tanganku. Matanya sangat berharap aku tetap menjadi menantunya.
"Kalau Mas Bayu ingin rujuk dengan Mila, kenapa dia ingin menikahiku, Ma. Bukankah seharusnya Mila yang menikah dengan lelaki lain."
"Mila sudah menikah dan bahkan juga sudah bercerai dengan lelaki lain. Saat Bayu masih kukuh rujuk, aku memberikan syarat, kalau tidak bisa memenuhinya, nama Bayu akan dihapus dari penerima warisanku."
Aku melepaskan genggaman tangannya. Ini seperti sinetron yang mempermainkan sebuah pernikahan. Aku yang baru mengetahui sekarang merasa tertipu dengan permainan mereka. Ibu yang sangat kupercaya tega sekali melakukan ini.
"Apa syarat yang ibu berikan kepada Mas Bayu?" Aku menatap dalam ibu Mas Bayu.
"Dia harus menikah dengan gadis perawan dan memberikan keturunan padaku."
Jantungku terasa disambar petir mendengar jawaban ini. Pantas sebelum menikah ibu tiriku menyuruh aku cek keperawanan dengan alasan kesehatan. Kenapa aku terlalu bodoh dan percaya begitu saja meski hati kecil merasakan kejanggalan. Mungkin karena patah hati membuatku seperti ini, bodohnya aku.
"Kenapa harus gadis perawan, Ma?"
"Karena seorang gadis perawan bukan gadis murahan, atau dia perempuan baik-baik. Itulah pemikiranku, Luna."
Aku sudah mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan. Tapi belum mendapat jawaban dari ibu tiriku. Aku akan menemuinya, kenapa dia berbohong dan membuat pernikahanku sebuah permainan.
Setelah ibu Mas Bayu pulang, aku sendirian lagi di rumah. Berpikir dan berpikir, apa yang harus aku lakukan dengan pernikahan ini. Tentu tidak bisa menerima Mas Bayu melakukan seenaknya tanpa menghargai perasaanku. Aku bukan mainan!
***
Suara mobil memasuki halaman rumah. Tidak lama kemudian, terdengar pintu kamar dibuka, Mas Bayu sudah masuk kamar ini. Aku baring di tempat tidur dan mulai memejamkan mata, tepatnya pura-pura tidur.
"Luna! Luna! Bangun!"
Suara keras Mas Bayu membuatku membuka mata.
"Kalian?" Mataku langsung membulat terkejut, karena Mila juga masuk kamar ini.
"Mau apa kalian?!" Aku langsung bangkit dan duduk.
"Pindah ke kamar tamu, malam ini kami menginap di kamar ini."
"Ini kamarku!" Enak saja mengusirku.
"Cepat pindah!" hardiknya
Aku langsung berdiri, rasanya ingin kutampar mereka berdua.
"Hey, kamu dengar tidak?!" Mila juga ikut bersuara.
"Ini kamarku! Kalau kalian ingin berzina, keluar dari rumah ini!" Aku menunjuk ke pintu dengan emosi menatap mereka.
Mas Bayu mendekat, lalu mencengkram lenganku sangat erat hingga rasa sakit menghampiri.
"Kamu kira dirimu siapa!? Kamu sudah aku beli agar bisa menikah denganku, jangan macam-macam denganku!"
Hah? Ya Tuhan ….
Dia telah membeliku? Apakah ini perbuatan ibu tiriku? Rasa sakit yang teramat sakit bersemayam di hati hingga tidak bercelah.
"Cepat keluar!" Mas Bayu menyeretku ke pintu. Karena kalah tenaga, tak kuasa melawannya.
"Keluar!" Kali ini Mila mendorong tubuhku hingga keluar pintu kamar.
Aku tidak akan tinggal diam. Tanpa mau mengalah, aku langsung ingin masuk kembali ke kamar. Dan tiba-tiba Mas Bayu mendorongku lebih kuat hingga keningku terbentur lemari. Aku memegang kening dan ada darah di jari, meski sakit tapi hatiku lebih sakit dari luka ini.
Prak!
Mereka langsung menutup pintu kamar tanpa peduli dengan keadaanku.
Aku bangkit dan berdiri, "Sabar Luna, tahan dulu. Kamu punya kartu untuk membalaskan semua ini, ikuti permainan mereka!" gumamku menatap pintu kamar yang tertutup.
Bersambung …
part 4Keningku terasa sakit. Ini harus diobati. Masuk ke kamar tamu membawa kotak P3k dan mengobatinya. Terlihat di cermin aku menatap diriku sendiri. Sangat menyedihkan."Payah kamu Luna, mereka berzina di rumahmu dan kamu diam saja?! Kasihan sekali kamu. Kalau kamu membiarkannya, mereka akan semena-mena, Ayo bertindak!!!" Bisikan-bisikan marah menghasut pikiranku. Tak terima diperlakukan semena-mena. Diam menangis bukan solusinya. Bertindak! Ya, aku harus bertindak.Dalam amarah, aku melangkah ke arah dapur.Pintu belakang dibuka dari dapur. Tujuan ingin mengambil gunting kebun. Setelah didapat, dengan menatap tajamnya, aku tersenyum jahat dan sudah siap-siap menghadapi mereka.Lalu, aku melangkah menuju ke kamar yang mana mereka sedang berzina. Mungkin saja sedang menikmati bergulat dengan nafsu syetan. Sebentar lagi, mereka akan terkejut dengan tindakan gilaku ini.Sampai di depan kamar aku berdiri dan mengetuk pintu.Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!Sengaja suara ketukan pintu agak dik
part 5Melihat Mas Bayu meninggalkan rumah dengan wajah kesal. Hatiku sedikit tenang. Malam semakin larut, sendirian di rumah ini, rumah besar mewah tetapi aku tidak bahagia. Rasa benci di hatiku ulah mereka, semakin lama semakin bertambah.Kubaringkan tubuh di tempat tidur. Pandanganku jauh mengingat kejadian tadi. Mereka sama sekali tidak menghargaiku. Ini sangat menyakitkan.Akan tetapi, kenapa Mas Bayu masih menerima Mila padahal sudah selingkuh dengan papanya. Apa yang ada di diri Mila yang membuatnya tertarik? Jika cantik, lebih banyak yang lebih dari Mila.Pagi ini aku bangun lebih awal, meskipun suamiku belum pulang. Kini tidak perlu memperdulikannya. Aku masak rendang yang akan dibawa ke rumah ayah. Selain itu aku juga akan menemui ibu membicarakan tentang pernikahanku seperti sebuah permainan.Sedang memasak tiba-tiba api kompor mati. Ternyata gas sudah habis, kubuka tabung gas dari selangnya agar bisa diganti dengan tabung gas berisi penuh. Pekerjaan ini sudah biasa dilakuk
part 6Setelah gunting di tanganku, aku melayangkan dua tamparan kepada Mila, dengan merasa puas rasa sakitku terbalaskan, tapi sakit di hatiku jauh tak terobati."Berani kamu menamparku!" Mila memegang pipinya."Jangan coba-coba tangan kotormu menyentuhku lagi, satu kejahatan, dua terbalaskan, ingat itu!" Aku menatap matanya, ingin rasanya ku congkel bola mata itu, tapi aku juga harus menahan diri, aku masih takut dipenjara."Kamu minta cerai?! Detik ini juga aku ceraikan kamu Luna!" Mas Bayu menatapku sinis."Okeh, terimakasih, dasar lelaki banci!" ucapku."Apa kamu bilang?!" Mas Bayu mengangkat tangannya ingin menamparku, tapi gunting ditanganku membuat nyalinya ciut."Ternyata kalian memang cocok, benalu hidup di rumah banci!!""Kamu!" Mila tidak jadi melanjutkan aksinya ingin memukulku, lagi-lagi gunting ditanganku membuatnya diam dan menahan emosi."Keluar dari rumahku!!" Aku menunjuk ke pintu.Mereka langsung beranjak dan meninggalkan rumahku, hari ini aku sudah diceraikan seca
part 7Apa yang akan direncanakan Mas Bayu dan Mila? Kenapa menyebut penjara segala? Sepertinya mereka ingin melakukan kejahatan padaku. Mendengar perkataan Mas Bayu di ponsel, aku bersembunyi di balik kursi, terlihat dia mondar mandir berfikir, aku secepatnya balik ke kamar sebelum dia mendapatkanku menguping pembicaraanya."Non Luna." Mbok Siti menyapaku saat aku mengendap ngendip ke kamar."Sssstttt! Pelankan suaramu, Mbok." Aku langsung menarik tangan Mbok Siti bersembunyi dibalik kursi. Sementara itu Mas Bayu melangkah menuju ke kamarnya."Ada apa Non?" Mbok Siti kelihatan heran dengan reaksiku."Tidak ada apa-apa, aku tidur dulu, Mbok." Aku tidak ingin menjelaskannya dan langsung melangkah ke kamar."Non Luna, hati-hati dengan Mila dan Den Bayu."Langkahku terhenti, sepertinya Mbok Siti juga mendengar percakapan Mas Bayu di ponsel barusan."Apa maksud Mbok?" Aku membalikan badan menatapnya."Mbok juga mendengarnya, Non. Mila perempuan yang licik, dia akan melakukan apa saja agar
part 8Aku berusaha menahan hati melihat ibu tiriku dan Mila, kalau bukan karena ibu mertua dan bayi yang kukandung, mungkin aku sudah menusukan gunting ke lehernya, sulit sekali menahan amarah melihat mereka berbuat jahat dengan kehidupanku."Luna, ayo duduk," ucap Ibu Mas Bayu."Ma, aku ... aku tidak sanggup menjalankan rumah tangga ini lagi." Entah kenapa aku menjadi cengeng, apakah ini faktor kehamilanku?."Luna, apapun caranya kenapa kamu bisa menikah dengan Bayu, aku tidak akan menyia-nyiakanmu dan cucuku, aku hanya minta kamu bersabar." Ibu Mas Bayu berkata lembut, sikap ini membuatku luluh.Sabar? Sampai kapan? Aku hanya mengelus perutku menguatkan hati.Sudah jam delapan malam, aku masih duduk di depan televisi, meski sudah pakai AC, entah kenapa bawaan cuaca selalu panas, ingin sekali rasanya makan rujak pedas, tapi malam begini tidak mungkin aku keluar."Luna, ini untukmu." Tiba-tiba Mas Bayu datang dan menyodorkan macam-macam buahan dalam kantong kresek transparan, aku bis
part 9Aku tidak menyangka Mas Bayu bisa berubah dalam sekejap, suatu hal yang tidak pernah kusaksikan sebelumnya, pantas dia begitu tergila-gila dengan Mila meskipun sudah selingkuh dengan Papa kandungnya sendiri.Aku meninggalkan mereka dan melangkah ke ruang operasi, disana ibu tiriku duduk dengan Ibu Mas Bayu berdekatan, sepertinya mereka sangat akrab. Dan aku langsung duduk disamping mertuaku."Luna, sebaiknya Ayahmu tinggal bersama kamu setelah keluar dari rumah sakit, Ibumu ingin ke Malaysia mengunjungi putranya." Ucap mertuaku meskipun ibu tiriku tidak berkata.Hebat sekali dia, disaat ayahku keluar dari rumah sakit, dia enak-enakan ke Malaysia, dasar istri durhaka!"Syukurlah, Ma. Aku juga ingin selalu dekat dengan Ayah." Jawabku hanya menatap ibu mertua.Tidak lama kemudian Mas Bayu datang, dia duduk disamping ibu tiriku."Kamu kenapa, Bayu. Mukamu terlihat kesal." Ibu tiriku menyapanya."Aku tidak apa-apa, Bu." Jawabnya dan langsung sibuk dengan ponsel.Aku melirik Mas Bayu
part 10Sangat tidak terkendali amarahku kepada mereka, aku tidak ingin Ayah menjadi umpan agar aku tunduk dengan keinginan mereka."Aggh! Sial! Tanganku sakit." ucap Mas Bayu melihat darah mengalir di telapak tangannya."Wanita ini memang gila, Mas. Dia juga melukaiku, uuhhh perih!" sambung Mila.Meski luka mereka tidak terlalu parah karena ujung garpu yang tidak begitu runcing, lumayan membuat mereka kesakitan dan mengeluarkan sedikit darah, tapi hatiku lebih sakit atas sikap mereka kepadaku."Luna, Luna ...." Ayah memanggilku dengan dada sesak melihat semua ini."Tenang, Yah. Aku tidak apa-apa, manusia iblis ini perlu diberi pelajaran." Aku tetap santai menatap mereka.Mila terlihat sangat marah menatapku, mukanya merah padam seakan ingin memakanku, dan tidak lama kemudian, dia melangkah mengambil piring di meja dan ingin melemparkannya padaku."Jangan Mila!" Mas Bayu langsung mengambil piring di tangan Mila."Kenapa kamu melarangku membalas wanita gila ini, Mas?!" ucap Mila."Dia
part 11Botol semprotan yang dikeluarkan Mila dari tasnya, langsung disemprotkan ke wajah Mas Bayu, ini yang kedua kalinya aku melihat Mila melakukan yang sama kepada Mas Bayu.Sssttt! Ssssttt! Sssttt!Tiga semprotan mengenai wajah Mas Bayu."Cukup! Cukup! Apa yang kamu lakukan Mila?" Mas Bayu berusaha menghindar dari air semprotan."Bagaimana Mas? Kamu masih ingin menghindari ku?" Mila terlihat tenang berbicara."Iya! Justru aku tidak suka dengan yang kamu lakukan! Pergi dari sini!" Mas Bayu sangat marah dan menunjuk ke pintu pagar.Sssttt! Sssttt! Sssttt! Sssttt!Kali ini Mila menyemprotkan empat kali semprotan."Cukup! Aku sudah muak dengan semprotan ini. Uhh! Bau sekali."Mas Bayu langsung masuk ke rumah dan mengunci pintu."Mas! Mas!"Mila berusaha masuk, tapi pintu terkunci dan dia hanya berdiri didepan pintu dengan menatap heran botol semprotannya."Aneh, kenapa Mas Bayu tidak terpengaruh?" gumam Mila sendiri.Aku hanya tertawa melihat reaksi Mila, pantas saja Mas Bayu tidak te
part 112Pov Bayu"Luna! Luna!" teriakku memanggilnya saat dibawa menuju ruangan operasi."Bunda, Bunda mm." Caca menangis melangkah di sampingku."Tolong tunggu di luar, Pak," ucap dokter sambil menutup pintu ruangan operasi.Aku terdiam menatapnya hilang di balik pintu. Rasanya aku menyesal, aku salah. Ya Tuhan tolong maafkan aku."Tenang Bayu, Luna pasti sembuh, dia pernah mengalami yang lebih parah dari ini, dia pasti kuat." Mis Riya menyentuh lenganku."Ini salahmu! Kamu seharusnya melundungi putriku, tapi apa? Demi putrimu yang gila itu, Caca hampir jadi korban, dan sekarang Luna, Luna pasti ...." Tak sanggup kuungkapkan. Membayangkannya saja hatiku pilu."Papa, ini salahku, Bunda ingin menolongku, Pa ...." Caca menangis, aku memeluknya. "Aku menyesal tidak dengarkan Bunda, aku menyesal, Pa." Dalam pelukkan pun Caca masih menangis."Sebaiknya selidiki kasus ini. Rumah sakit yang penjagaanya ketat, kenapa pasien bisa memiliki pisau, ini sangat aneh," ucap teman Rio. Kalau bukan k
part 111Pov Mis RiyaAstaga, kenapa Mila bisa punya pisau. Ini rumah sakit dan ada penjagaan. Tidak mungkin ini kebetulan. Kulihat Mila juga mengamuk seakan takut Caca direbut, ini seperti ketakutan Bayu direbut Luna."Mama Mila ..., jangan lukai aku." Caca menangis ketakutan. Pisau sangat dekat di lehernya, melawan sedikit saja, dia pasti terluka, atau bahkan bisa mati. Mila tidak terkendali."Tenang lah Caca sayang, Mama Mila sayang Caca ..., Mama Mila tidak mau Caca direbut wanita itu." Mila memeluk Caca meskipun pisau tetap ditodongkan. Sesekali dia juga mengecup kepala Caca. Mungkinkah ini bentuk sayang tak wajar."Tolong lakukan sesuatu! Jangan sampai Caca terluka." Aku gemetar. Aku takut Caca terluka."Tunggu, Bu. Dokter yang biasa menangani sedang menuju ke sini," jawab seorang perawat."Kenapa lama sekali?""Sabar, Bu. Sebentar lagi juga datang."Sabar? Ini keadaan darurat. Caca bisa terluka, orang gila tak akan dihukum. Bayu, aku akan menghubunginya.Aku beranjak dari kama
part 110"Aku akan masuk bersama Caca, aku harap kamu tidak keberatan menunggu di luar," ucap mis Riya menatapku di spion tengah depan setelah mobil di parkir.Aku membuang nafas besar dan berkata, "Boleh aku masuk melihat Mila?"Mis Riya memalingkan wajah ke belakang. Aku menyambutnya dengan menatap."Kamu, kamu tidak serius 'kan?" Mis Riya tampak ragu."Apakah aku sedang bercanda?" tanyaku balik."Bunda samaku aja menemui Mama Mila," timpa Caca terlihat senang dengan niatku."Kamu tahu pemicu Mila sakit? Tentunya melihatmu, Luna.""Lihat Caca, dia mirip denganku.""Sebaiknya tidak usah, lagian ini proses penyembuhan. Maafkan aku Lun, aku tidak bisa menuruti kemauanmu.""Ya sudah, aku akan menunggu di luar."Kami ke luar dari mobil. Sampai di depan rumah sakit, aku memilih duduk di ruang tunggu. Mis Riya dan Caca masuk ke dalam mengunjungi Mila.Aku bermain ponsel menunggu. Duduk sendiri, hari ini pengunjung rumah sakit tampak sepi. Entah kenapa teringat Rio. Dia melamarku tapi belum
part 108 PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI "Bayu! Kamu harus ingat kalau sekarang kamu suami Mila, aku ingin kamu sepenuhnya membuat Mila sembuh!" Mis Riya berteriak hingga suara lelakinya keluar. Dia tidak suka saat Bayu masih mengharapkanku. Aku tidak peduli. Bagiku Caca yang terpenting. "Luna, sebelum terlanjur, mari kita menikah lagi," ajak Bayu, tangaku belum juga dilepas. "Lepaskan aku, Mas." "Tidak, aku tidak akan biarkan kamu bersamanya! Kamu harus ingat, Rio putra kandung Dona." "Bayu! Kamu lupa dengan kesepakatan kita?" Mendadak Bayu melepaskan tanganku setelah Mis Riya berucap. Dia menatap seperti enggan jauh dariku. "Kamu ingat saat mempermainkan hidupku dulu. Kamu membeliku agar bisa rujuk dengan Mila dan mendapatkan sepenuhnya warisan ibumu. Sekarang, sekarang kamu menjual dirimu sendiri. Dunia berputar, karma lambat laun akan terjadi." Bayu diam dan terus menatapku. Kupalingkan muka ke mis Riya, lalu aku berkata, "Mis Riya, mungkin kamu berhasil mempermainkan hidup
part 107Pov Rio"Kamu kenapa, Rio?" tanya nenek terkejut melihat cangkir pecah di dekat kaki Rio."Oh, maaf, Nek, aku tidak sengaja," jawabku berusaha memungut kepingan cangkir."Tidak usah, Rio, biar nanti pembantu yang membersihkan, sekarang kita duduk di teras belakang aja, biar bisa memanjakan mata melihat taman," ucap Nenek."Luna, ayo," ajak nenek ke Luna."Iya Nek," jawab Luna lalu melangkah di hadapanku. Sekilas dia melempar senyum padaku. Hati ini berdetak tidak karuan."Kapan datang, Bro?" tanya Jovi merangkul pundakku. Kami melangkah ke teras belakang."Barusan, aku mau bicarakan masalah proyek pembangunan sepuluh ruko itu. Ini aku bawakan anggaran biayanya," jawabku sambil membuka file di ponsel."Udah, nanti aja, kita minum kopi dulu."Di teras belakang kami duduk sambil menikmati kopi hangat. Luna terlihat sangat akrab dengan nenek Jovi. Sepertinya nenek sangat menyukai Luna. Kelembutan tutur katanya dan caranya membawakan diri sangat mudah mendapatkan teman. Rasanya ak
part 106Pov BayuAku sudah dibutakan cinta dan hasrat. Aku tidak terima jika Luna menjadi milik lelaki lain. Dia harus jadi milikku! Akulah lelaki yang pertama menikahinya serta yang pertama menyentuhnya."Kamu tidak pernah berubah, Mas," ucap Luna berlalu masuk ke kamar.Aku meratapi diriku. Baru kali ini aku merasakan cinta teramat dalam pada seorang wanita. Aku dipermainkan oleh hasil permainanku sendiri. Usahaku selama ini tidak bisa meluluhkan hatinya. Justru kesalahan dan pemaksaan yang kuhadirkan. Apakah ini yang dinamakan gila karena cinta? Bodohnya aku.Aku kembali duduk di sofa. Nafasku besar dan perasaanku tidak karuan. Luna menolakku, Luna menjauhiku, Luna tidak mencintaiku. Sakitnya ....***"Papa, Papa bangun."Terdengar suara Caca membangunkanku. Aku berusaha membuka mata. Kulihat Caca berdiri di sampingku."Apa, Sayang," jawabku menyeringit."Aku mau ke rumah sakit."Aku bangkit dan duduk. Ternyata aku tertidur di sofa. Kulihat Caca menyandang tas dan sudah siap-siap
Part 105Pov RioHati ini berdetak kencang melihat mata itu menatapku. Rindu menggebu tapi aku terpaksa kutahan, aku belum punya nyali sebelum dia kuhalalkan. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi aku akan melamarnya."Luna, kamu ...." Mas Bayu gugup karena tiba-tiba Luna muncul dari pintu. Tadinya dia bilang Luna di desa. Apakah ini akal-akalan Mas Bayu karena menyadari kami sekarang saingan. Lucu juga, aku bersaing dengan mantan suaminya."Ada apa, Rio?" tanya Luna kepadaku."Aku ... aku ingin bertemu untuk menanyakan kabar Ayah," jawabku mencari alasan."Untuk apa kamu menanyakan Ayah Luna? Ada urusan apa? Bukankah ibumu sudah mencampakkan Ayah Luna!" Mas Bayu terlihat sangat kesal.Aku melangkah mendekati Luna. Posisiku sekarang di depan Luna, sedangkan Mas Bayu di samping di antara kami."Mas Bayu, aku pernah hidup bersama Ayah, dan sampai sekarang hubungan kami baik-baik saja, apakah ini masalah bagimu, Mas?" Aku berusaha mencari kata-kata agar mas Bayu mati kutu. Aku tidak suka dia
part 104Kenapa aku berjumpa lagi dengan lelaki norak ini. Aku tidak ingin berdebat ataupun meladaninya. Hatiku sedang kacau, aku merasa ini tidak adil. Bapak kandung anakku sangat tega melukai hatiku hanya demi uang agar bisnisnya lancar. Dan putriku juga menginkan wanita yang ingin membunuhku beberapa tahun yang silam. Aku merasa takdir tidak adil padaku. Apa salahku? Aku dipermainkan. Tidak adakah pertolongan yang ikhlas? Aku selalu di tekan karena hutang nyawa. Aku harus bertindak."Kamu sendirian?" tanya lelaki norak ini ikut duduk di bangku di dekatku.Aku diam tidak memperdulikannya. Lagian aku tidak tertarik untuk basa basi."Wanita galak, selain sombong kamu juga wanita yang tidak bisa menghargai orang."Aku memalingkan mata menatapnya. "Urus urusanmu, jangan ganggu aku." Aku bangkit melangkah dan ingin menjauh. Padahal aku sudah berpindah duduk, dia masih juga menggangguku."Ok ok, padahal aku hanya ingin berteman dengan wanita sombong sepertimu. Jarang-jarang loh, aku yang
part 102Pov Rio.Aku tidak menyangka melihat Luna di sini. Dia sendirian duduk seperti memikirkan sesuatu, kulihat Caca tidak bersamanya. Kapan dia balik ke kota ini? setahuku dia menetap di desa."Luna," ucapku tetap menatapnya."Hey, Bro! Kamu kenal dengan wanita sombong ini?" tanya Jovi kepadaku."Apa Jov? dia bernama Luna," jawabku, lalu melangkah mendekati Luna.Jantungku berdetak kencang. Mata itu menatapku hingga sulit bagiku menahan rasa di dada. Jujur, aku sangat merindukannya, tapi aku belum berani melamarnya karena aku masih mempersiapkan diri menata masa depanku. Semua semangat dan tujuanku juga untuknya, hanya untuk Luna."Hay Rio," sapa Luna lembut, lalu berdiri.Sebenarnya aku ingin memeluknya melampiaskan kerinduanku. Tapi aku takut dia menolak dan tidak menyukainya, dengan melihatnya saja itu sudah cukup."Hey, Bro! Kamu kenapa seperti terhipnotis dengan wanita sombong ini?" Jovi mendekat dan menepuk pundakku."Rio, siapa pria sombong ini? Tolong bilang padanya, jadi