Hasbi memasuki ruangan, usai Keysha pergi meninggalkannya. Ia melihat istrinya kembali berbaring.
"Nadia ..." sapanya pelan.
Wanita itu menoleh. Hasbi tersenyum melihatnya. Mungkin setelah bercerita dengan keponakannya hatinya menjadi lebih baik.
"Nadia, makan dulu ya. Ini makananmu masih utuh. Perutmu harus diisi lho, biar ada tenaga. Biar cepat sembuh."
IPNadia mengangguk. Ia memandang sang suami dengan tatapan entah. Seolah meminta kepastian dan juga pengharapan.
Hasbi tersenyum, mengambil piring berisi makanan itu dan menyuapi istrinya. Mereka hanya saling pandang. Sesekali Hasbi tersenyum memandang Nadia yang tampak begitu kuyu. Wajahnya pucat pasi.
"Mas, kenapa menatapku seperti itu?" tanya Nadia, lama-lama dia malu sendiri saat pandangan sang suami tak pernah lepas darinya.
"Kamu cantik," puji Hasbi.
Nadia mencebik kesal. Ia merasa sang suami tengah merayunya. "Jangan ngerayu aku, Mas. Kamu cuma ingin membuatku ter
Nadia sudah tenang kembali. Tertidur dengan damai. Wajahnya begitu pucat. Mungkin selama beberapa hari ke depan ia akan berada di Rumah Sakit untuk masa pemulihan.Hasbi menghubungi Mbak Sarni agar dia bisa bergantian menjaga Nadia di RS. Sementara Zikri biar Mak Piah dan beberapa karyawan Nadia yang lainnya yang mengurus.Keesokan paginya, Mbak Sarni datang ke Rumah Sakit."Mbak, aku titip Nadia dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya.""Baik, Mas.""Oh iya, jangan biarkan siapapun masuk selain suster dan dokter ya.""Iya, Mas.""Pokoknya jangan tinggalin Nadia sendirian. Kalau Mbak Sarni ingin keluar mencari makan, titipkan sama suster ya. Jangan biarkan ada orang asing masuk ke sini.""Iya, Mas."Hasbi pun mengangguk, walaupun ia tak tega meninggalkan Nadia bersama orang lain, tapi bagaimanapun juga ia masih pun
"Zikri hilang Mas.""Apa? Hilang? Kenapa bisa?""Maaf Mas, tadi Mak ambil minum ke belakang, tiba-tiba Zikri gak ada.""Mak, jangan bercanda. Di sana ada banyak orang, masa iya gak ada yang bisa jagain Zikri sebentar saja?""Mak mohon maaf mas, semuanya sibuk bekerja karena banyak pesanan, jadi tidak memperhatikan Zikri kemana ..."Hasbi frustasi ia mengepalkan tangannya dan meninju udara. Panggilan itu ia tutup begitu saja.Nadia mendongak, mendengar percakapan suaminya di telepon. Dadanya berdegup dengan kencang. Matanya mulai berkaca-kaca."Mas, apa itu benar?" tanya Nadia."Kau tenang ya, Nadia. Bisa saja Zikri sedang mainan tapi Mak Piah gak lihat. Aku akan memastikannya di rumah.""Aku ikut pulang, Mas.""Jangan sayang, kondisimu lemah begini. Tetap di sini ya. Berdoa saja, Zikri cepat ketemu.""Mas, tapi--""Nadia, aku tahu kamu khawatir. Tapi tolong tetap tenang ya.
Perempuan yang sudah sepuh itu terisak mendengar majikannya marah-marah. Baru kali ini ia menyaksikan langsung Mas Hasbi marah besar. Itu semua akibat keteledorannya."Iya Mas Hasbi, ini salah emak. Mak dah teledor gak bisa jagain Dek Zikri," balas Mak Piah dengan nada tergugu.Hasbi kembali menghela nafasnya dalam-dalam."Mas, apa jangan-jangan Dek Zikri diculik?" celetuk salah seorang karyawan Nadia.Diculik. Ya, benar saja. Apalagi seseorang pernah mengancamnya, kalau ada sniper dan mata-mata yang mengawasi keluarga Hasbi."Sial! Aku kecolongan lagi!" pekiknya. Tanpa berpikir panjang, Hasbi segera pergi menemui Andin. Ya, hanya dia satu-satunya wanita yang tengah gencar meneror keluarganya. Posesif dan ambisinya memiliki Hasbi membuatnya hilang akal.***Berdasarkan informasi dari kantor tempatnya bekerja, Hasbi mendapatkan tempat tinggal Andin. Ia menemui Andin di apartemennya saat ini.Pintu terbuka, da
"Apa yang menimpa aku dan Zikri bukan sebuah bukti? Aku sampai kehilangan bayi kita mas!!""Iya, aku paham, kamu temanglah dulu. Kita masih perlu bukti yang lainnya misalnya rekaman CCTV. Aku akan mencari tahu. Kamu sabar ya."Nadia melengos. Ia merasa sikap suaminya telah berubah. "Tolong jangan bela dia meskipun dia rekan bisnismu. Tapi dia sudah menghilangkan bayi kita. Aku tidak mau keluarga kita hancur karena rekan bisnismu yang psikopat itu!""Nadia, aku tau kamu marah.""Ya, aku sangat marah mas! Aku jadi tak berdaya seperti ini gara-gara siapa?""Nadia, tenanglah.""Mas, bagaimana aku bisa tenang kalau dia masih hidup bahagia di atas penderitaanku!"Hasbi terdiam, ia membiarkan istrinya menumpahkan rasa kesal yang mendalam."Mas, aku gak akan pindah rumah. Aku akan tetap tinggal di rumah kita dan menghadapinya. Aku tidak akan kalah dari dia mas!""Apa kamu tidak apa-apa? Dia orangnya sangat nekat. A
"Jangan kalah hanya karena satu orang mas. Aku yakin kita pasti akan lebih kuat bila bersatu.""Istriku ini memang cerdas dan pemberani. Terima kasih sayang, pikiranku jadi tercerahkan."Nadia langsung memeluk suaminya. Rasanya sudah sangat lama ketenangan ini jadi terusik."Mas, katanya kan kamu janji tiga hari lagi bertemu dengan dia?""Itu cuma bohongan aja sayang.""Temui saja dia.""Maksudmu? Bukannya tadi kau bilang jangan memberi celah untuknya?""Iya, tapi aku ada ide bagus untuk ngerjain pelakor itu?""Apa?"Nadia membisikkan sebuah rencana pada Hasbi, tak membiarkan orang-orang tahu termasuk para pembaca. Eh!"Bagaimana? Kau setuju?" tanya Nadia."Baiklah, kita akan lihat reaksinya seperti apa."Nadia dan Hasbi kemudian tersenyum.***Tujuh hari kemudian, seperti yang sudah Nadia rencanakan. Ia menambah personel baru di rumahnya. Tiga orang security yang ak
Nadia tersenyum. "Baiklah, tunggu pembalasanku, Andin!"'Seperti kamu yang menerorku, aku akan balas menerormu. Langkah terakhir, aku akan menggunakan foto-foto ini untuk menggertak Pak Roy, dengan dalih akan memberitahukan kabar itu pada istrinya dan menyebarluaskan pada media tentang hubungan gelapnya dengan seorang wanita. Dia pasti akan membantuku. Mungkin ini satu-satunya cara agar Andin berhenti mengganggu Mas Hasbi.' Batin Nadia.[Terima kasih semua atas bantuannya, Pak Roni][Sama-sama, Bu Nadia]Usai mendapatkan data-data tentang Andin dan Roy. Nadia mulai bersiap-siap."Hallo Mas, hari ini aku mau ke Butiknya Mirna, boleh?" tanya Nadia di seberang telepon."Boleh, kamu udah baik-baik saja?""Udah Mas. Makanya biar gak suntuk aku pengen refreshing.""Boleh, sayang. Tapi hati-hati ya."
Andin merasa takjub, itu semua adalah kesukaannya. "Siapa yang mengirim ini semua? Kok bisa tau kalau aku suka warna merah, aku juga pakai ini, terus cakenya juga. Apa dia benar-benar pengagum rahasiaku? Tapi siapa?""Apa jangan-jangan ini dari Mas Hasbi? Untuk kencan besok malam?" Senyumannya makin mengembang sempurna. "Jadi Mas Hasbi diam-diam dia suka padaku? Ah so sweet banget kamu, Mas!"Andin menciumi paket dress itu, lalu ditaruhnya di atas meja. "Besok saja akan kupakai di hadapannya."Karena merasa lelah, Andin tak lagi menghiraukan paket-paket itu. Ia langsung tertidur.***"Aku dengar kamu selalu godain Pak Hasbi?" tanya Roy saat berduaan dengan Andin. Seketika raut wajah Andin berubah, tapi berusaha untuk tak terpancing dengan ucapannya. Mereka bertemu setelah jam pulang kantor."Mas, jangan mengada-ada deh, kami hanya sebatas rekan kerja."Roy tersenyum masam. Entahlah siapa yang harus dipercaya. Istri Hasbi yang baru dit
"Andin, tunggu!" teriak Roy."Ada apa sih, Mas?! Badanku pada gatal-gatal begini nih! Aku harus pulang?!""Aku antar.""Aku bawa mobil sendiri, Mas.""Tidak apa-apa, bisa diambil lain kali. Ayo!"Andin mengangguk dan masuk ke mobil Roy. Sepanjang perjalanan Andin hanya diam, tangannya masih garuk-garuk ke seluruh tubuh hingga terasa begitu perih, entah kenapa rasanya gatal sekali."Kamu habis makan apa sih? Bisa alergi begitu?" tanya Roy di sela-sela keheningan.Andin mengerutkan kening dan menggeleng pelan, sepertinya ia tak pernah salah makan."Kita ke dokter aja ya, konsultasi.""Gak. Aku gak mau. Pulang saja, aku mau mandi lagi."Tak menggubris ucapan Andin, Roy Abraham membawanya ke klinik."Mas, kok malah berhenti di sini sih?" protes Andin."Iya biar kamu diperiksa, terus dapat obatnya. Jadi kondisimu akan membaik. Ayo turun!" Roy membukakan pintu mobil untuknya
"Nadia ... dingiiiin ..."Nadia panik, ia langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuh sang suami agar tak kedinginan. Ia pun berlalu ke belakang, mengambil air panas di baskom dan juga handuk kecil untuk mengompres kening sang suami.Setelah hampir dua puluh menit, rasa dingin mulai mereda. Hasbi bangkit, kepalanya terasa begitu pening dan berputar-putar."Mas, kamu sudah mendingan? Sudah gak dingin lagi?"Hasbi mengangguk. "Iya tapi pusing banget.""Masih kuat kan buat sholat?""Masih sayang.""Ini diminum dulu air hangat, Mas. Biar badanmu hangat.""Makasih, Dek." Hasbi meraih gelas air minum itu lalu meneguknya pelan. Nadia membantunya meletakkan gelas di meja."Ya sudah sekarang sholat dulu. Aku buatin bubur buat kamu ya, Mas."
Nadia berkaca di depan cermin riasnya. Dia berputar-putar sejenak, melihat pantulan dirinya di depan cermin."Mas, kayaknya aku gendutan deh, nih lihat lemak di perut gak ilang-ilang!" ujar Nadia sembari memanyunkan bibir.Hasbi tersenyum dan menghampirinya. Memeluk tubuh sang istri dari belakang.“Gak papa kok kamu gendutan, hatiku masih muat tuh buat kamu.”"Iiih, berarti beneran dong aku gendut!" cebik Nadia kesal."Sayang, di perutmu ini kan sudah lahir buah cinta kita. Dia tumbuh di rahimmu selama sembilan bulan lamanya, ya wajar saja kalau perutmu sudah gak kayak dulu lagi.""Tapi kan--""Sssttt ... Aku akan menerima kamu apa adanya sayang. Tak peduli dengan perubahan bentuk fisikmu, aku tetap mencintaimu."Kecupan lembut kembali mendarat di puncak kepala Nadia. Nadia mengulum senyum. Merasa berarti dengan perhatian yang suaminya berikan."Yakin kamu gak akan berpaling meskipun aku berubah g
Mobil mereka memasuki kawasan wisata Pantai Tanjung Lesung yang terletak di Pandeglang, Banten. Waktu yang ditempuh sampai ke lokasi hampir menghabiskan waktu 3,5 jam.Satu persatu dari mereka turun dan meregangkan otot tubuhnya. Lalu beranjak menuju ke homestay yang sudah direservasi oleh Hasbi satu hari sebelumnya.Terlihat wajah-wajah yang riang dan gembira, untuk berlibur melepaskan rasa penat karena aktivitas.Begitu pula dengan Nadia dan anak-anak, mereka masuk ke dalam villa yang spesial dipesankan oleh Hasbi."Bunda, ayo kita main ke pantai!" ajak Cinta. Dia menarik tangan Nadia untuk beranjak bangun."Iya, sebentar sayang. Istirahat dulu di sini ya.""Bunda, aku mau main pasir putih," sahutnya lagi."Iya sayang. Sebentar, bunda ganti baju dulu nih biar santai.""Yeayy asyiiikkk ..." Zikri dan Cinta saling ber-tos ria, berjingkrak senang seperti tak ada lelah."Panas-panas mau main di pantai?" tanya Hasbi.
"Hei ... kalian habis dari mana saja, Sayang?" sambut Hasbi ketika sampai di rumah.Dua bocah kecil itu menghambur ke arahnya. Memeluknya dengan sangat erat dan antusias."Ayah, aku dapet ini!" seru Zikri seraya menunjukkan boneka Frog ke ayahnya."Aku juga dapat ini, Yah!" timpal Cinta sembari menunjukkan boneka beruang miliknya."Bunda hebaaat ... Bunda bisa ambil ini di permainan capit boneka," puji Zikri lagi."Wah, bunda kalian memang hebat ya," sahut Hasbi menanggapi dua bocah kecil itu.Nadia tersenyum melihat celotehan mereka.Rasanya bahagia, kebahagiaan yang sederhana."Nah, sekarang kalian mandi dulu ya, udah sore. Mak Piah dan Mbak Sarni akan memandikan kalian.""Yeaaay ... Horeee ...!"Dua bocah kecil itu berlarian ke dalam. Nadia dan Hasbi ters
"Mas, aku dengar kabar kalau katanya jenazah Andin mengeluarkan bau tak sedap bahkan kejadian-kejadian aneh lain saat di pemakaman."Hasbi menoleh ke arah istrinya. Menghentikan aktivitasnya yang tengah memeriksa pekerjaan di laptop. Memang benar, desas desus berita tentang kematian Andin santer terdengar."Aku gak nyangka wanita secantik dia harus mengalami kejadian mengenaskan seperti ini.""Sssttt ... Jangan dibicarakan lagi. Itu adalah aib. Kita lupakan saja. Doakan yang terbaik untuk almarhumah.""Iya, Mas. Maaf.""Iya, tak apa. Aku tahu kok perasaanmu. Mulai sekarang kita fokus sama kehidupan kita saja ya, yang berlalu biarlah berlalu."Nadia mengangguk."Ambil hikmahnya saja, setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, baik maupun buruk."Nadia tersenyum dan langsung mem
" ... Musibah kebakaran terjadi di kawasan elit tengah kota xxx ... Melanda kawasan apartemen mewah. Sementara, penyebab kebakaran diduga karena korsleting listrik, petugas polisi sedang menyelidiki kasus ini ... Seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun menjadi korban meninggal atas tragedi kebakaran petang tadi ..."Sebuah tayangan televisi menampilkan berita kebakaran hebat yang cukup memprihatinkan."Mas, kamu kenapa?" tanya Nadia saat menghampirinya dan memberikan segelas teh manis hangat untuk sang suami."Ada berita kebakaran di tengah kota, Dek." Kedua mata Hasbi masih belum terlepas dari layar benda datar itu.Nadia menoleh dan melihat tayangan berita di televisi."Seorang korban sudah berhasil diidentifikasi, nama Andin Yozita 28 tahun, berprofesi sebagai staff kantor, menjadi korban tewas dalam insiden kebakaran kali ini."Nadia dan Hasbi saling berpandangan."Mas, apa yang dimaksu
Praaannkk ....!! Wanita itu memecahkan barang-barang di sekitarnya. Rasa amarah, dendam, benci yang tak berkesudahan menguasai hatinya."Semua gara-gara kamu, Nadia! Semua gara-gara kamu!!" teriaknya geram.Hari itu setelah kondisi badannya kembali fit, dan sembuh dari alergi, ia menyelidiki siapa pengirim paket misterius itu hingga mendapatkan informasi kalau pengirimnya adalah Nadia."Kau benar-benar licik, Nadia! Awas saja, aku akan membalasnya lebih menyakitkan!"***"Maaf Andin hubungan kita, kita sudahi sampai di sini," pungkas Roy dengan raut wajah serius."Kenapa? Kenapa kau memutuskan hubungan ini secara sepihak, Mas?"Roy hanya tersenyum masam. "Tanyalah pada dirimu sendiri, kau berhubungan tak cukup dengan seorang laki-laki, padahal selama ini aku sudah memenuhi semua kebutuhanmu, gaya hidupmu, aku menanggung semuanya. Tapi hatimu justru kau berikan pada pria lain.""Pasti bukan itu saja alasannya!"
"Mas, kenapa bisa seperti ini?""Aku gak tau Nadia, saat pulang ke rumah aku menemukannya pingsan di halaman belakang, Cinta menangis gak jauh dari tempat ibunya terjatuh.""Ya Allah ..." Mendengar ucapan mantan suaminya, tanpa terasa kedua mata Nadia kembali menitikkan air mata, ia merasa sangat iba."Apa Keysha tidak mengeluh apa-apa?""Tidak, dia cuma bilang pusing. Tapi dia juga bilang tak ingin merepotkanku ataupun kamu. Aku yakin dia berusaha sekuat mungkin menyembunyikan rasa sakitnya."Nadia menghela nafas dalam-dalam. Ia tak menyangka keponakannya pergi begitu cepat."Oh iya, Mas Rizki, Cinta mana?"Rizki tergagap. "Ah tadi dia diajak sama suster."Nadia mengangguk sembari tersenyum tipis. "Mas, aku cuma mau bilang kamu yang sabar ya. Aku tahu ini berat, tapi ini semua sudah suratan takdir Yang Maha Kuasa.""Iya, terima kasih Nadia.""Mas, aku cari Cinta dulu. Biar kuambil dari perawat."
Rizki sudah membeli buket bunga mawar untuk diberikan pada istrinya. Ya, hari ini Keysha ulang tahun. Dia akan memberikan sedikit kejutan untuknya. Kasihan wanita itu, selama ini harus ikut bersusah payah dengan kondisi mereka.Rizki bersiul-siul riang, biasanya kalau sore-sore begini, Keysha menunggunya di teras sambil bermain dengan Cinta, buah hati mereka.Lelaki itu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Kenapa sepi sekali? Batinnya bertanya-tanya sendiri."Keysha? Cinta? Kalian dimana?" panggil Rizki. Lelaki itu mencari ke setiap sudut rumah, tapi tak ia temukan mereka dimanapun."Kemana mereka?"Samar-samar terdengar suara anak kecil menangis. Rizki menajamkan pendengarannya. Jangan-jangan itu Cinta?Gegas, dia lari ke belakang. Suara tangisan Cinta terdengar makin kencang. Dari kejauhan ia melihat sosok anak kecil sedang menangis di antara rimbunnya rerumputan."Astaghfirullah hal adzim. Cinta!" teria