Belum habis menyantap bubur, mendadak perutku kembali mual-mual. Aku beranjak ke westafel dan memuntahkannya disana.
Hueek ... Hueek ...
Mas Hasbi memandangku dengan tatapan iba. Dia mengisik bahuku.
"Kita ke Bu bidan aja ya dek, aku kasihan lihat kamu kayak gini."
"Ini kan hari Minggu mas, praktek bidan juga libur."
"Eh iya ya, lupa. Berarti besok ya, kalau kamu masih kayak gini terus, kita periksa ke dokter."
"Iya mas."
"Kamu istirahat saja dulu dek, mas ke apotik sebentar."
Aku mengangguk. Mas Hasbi bergegas pergi dengan langkah yang terburu-buru. Karena gamisku kotor, segera kuganti dengan piyama tidur. Biar sajalah hari ini aku malas-malasan di dalam kamar. Mencium aroma masakan saja sudah membuat perutku mual. Entah apa sebabnya.
Aku membaca artikel di internet, tentang ciri-ciri kehamilan. Benar, semuanya mengarah padaku kali ini. Apakah sekarang aku benar-benar hamil? Kalau itu benar, entahlah
Di ruang perawatan Melati."Mas, kamu kenapa gak memberitahu kami kalau Keysha melahirkan?" tanyaku."Aku gak ingin merepotkan kalian lagi, kalian sudah banyak membantu kami," sahut Mas Rizki sambil menunduk.Aku menghela nafas dalam-dalam."Siapa nama bayi kalian, Mas?" tanyaku lagi."Cinta Salsabila"Aku hanya mengangguk sembari tersenyum. Baby Cinta, sangat lucu dan menggemaskan. Tapi sedari tadi ia tampak tenang, bahkan tidak rewel sedikitpun."Dek, coba gantian, mas juga ingin menggendongnya," ucap Mas Hasbi.Aku mengangguk. Sekejap kemudian baby Cinta sudah berada di gendongan Mas Hasbi. Ia tampak senang saat menggendong bayi mungil itu. Mungkin ekspresinya akan terlihat lebih bahagia kalau menggendong anaknya sendiri."Mas ..." suara lirih Keysha membuyarkan keheningan.Tubuhnya tampak lemah dan terlihat lebih kurus. Melihatnya seperti ini aku jadi merasa iba padanya.
Dua hari dirawat, akhirnya Keysha diperbolehkan pulang. Aku ikut mengantarnya. Aku hanya khawatir, bayinya kurang perhatian. "Makasih ya Tante, udah jengukin dan anterin Keysha pulang," ucapnya ketika aku berpamitan dengannya. "Iya. Kamu istirahat yang cukup ya, makan yang banyak. Ingat kamu harus jaga kesehatan untuk kamu dan anakmu." "Iya Tante." "Ya sudah tante pamit pulang ya. Assalamualaikum ..." "Waalaikum salam." Kulangkahkan kaki keluar dari rumah kontrakannya. Aku tak pernah menyangka mereka akan tinggal di tempat sederhana seperti ini. Mas Hasbi yang kebetulan baru pulang bekerja, ia menjemputku di gang masuk perumahan. Aku masuk ke dalam mobilnya. "Gimana keadaannya?" tanya Mas Hasbi. "Alhamdulillah, sudah baikan mas." "Syukurlah. Kamu juga harus jaga kesehatan, jangan diporsir tenaganya. Apalagi ini kehamilan pertamamu." Aku tersenyum mendengar ucapannya. Mungkin itu be
Hidupku lebih tenang setelah meminta maaf pada Nadia dan juga Hasbi. Mulai sekarang aku ingin memperbaiki hidup lebih baik lagi bersama Keysha. Benar, baby Cinta adalah penyatu hubungan kami kembali, walau bagaimanapun juga aku harus bertanggung jawab memberi nafkah untuk mereka. Dengan segenap hati dan usaha yang tak kenal lelah, akhirnya kehidupan kamipun jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku kembali mendapatkan pekerjaan, meskipun hanya seorang karyawan biasa. Tapi ini jauh lebih baik dari bulan-bulan yang lalu aku menjadi pengangguran maupun kerja serabutan tak tentu arah. "Key, akhirnya mas dapatkan pekerjaan," ucapku padanya. "Syukurlah." "Ya, meskipun cuma karyawan biasa. Tapi kamu gak apa-apa kan?" Dia hanya mengangguk, pandangannya fokus ke baby mungil kami, Cinta. Bulan berganti bulan, akhirnya aku mampu menyewakan rumah yang lebih besar dari sebelumnya. Baby Cinta pun tumbuh dengan baik. Saat ini usiany
Seminggu berlalu, Cinta sudah diperbolehkan pulang. Cinta sudah melewati masa kritisnya, walaupun keadaannya sangat lemah. Aku bersyukur Cinta masih hidup. Namun masih ada yang mengganjal hatiku. Benar-benar membuatku tak bisa tidur. Mengenai Cinta. Ya, apakah benar dia putriku? Hal itu terus terngiang-ngiang dalam otakku. Tanpa sepengetahuan Keysha, aku berencana akan melakukan tes DNA. Aku harus mengetahui dan memantapkan hatiku yang beberapa hari ini meragu. Kudatangi rumah sakit, untuk melakukan dua test sekaligus. Test DNA sekaligus test kesuburan. Ya, aku benar-benar penasaran dengan hasilnya. Pihak rumah sakit bilang, untuk hasilnya lima hari lagi setelah pemeriksaan. *** "Mas kamu mau kemana?" tanya Keysha saat ia sedang menyuapi Cinta. "Ada urusan sebentar," jawabku. Aku berlalu mengendarai motorku menuju rumah sakit. Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu, hasil tes DNA itu akan keluar. Pun juga hasi
Dering ponsel mengagetkan kami yang tengah berkumpul bersama menikmati sarapan pagi. Segera kuperiksa ponsel yang tergeletak di atas nakas. Tampak nomor kantor yang tertera di layar benda pipih ini. "Ada telepon dari kantor, sebentar ya," ucapku. Nadia mengangguk, masih sambil menyuapi Zikri makan. Bocah kecil itu memang aktif sekali, ia tak mau diam. Seringkali berlarian kesana kemari sambil membawa mainannya. "Hallo selamat pagi, Pak. Ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak, katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan." "Tamu? Siapa?" "Dia tidak mau memberi tahu namanya, Pak. Hanya bilang pasti Pak Hasbi akan mengenalinya kalau sudah bertemu. Dia menunggu di lobi, Pak." "Bisa kau tanyakan lagi, maksud dan tujuannya ingin menemuiku?" "Katanya perihal penting tentang kerjasama perusahaan kita dengan PT Bintang Jaya, Pak." "Baik, saya segera kesana," sahutku. Apakah ada masalah dengan kontrak ke
Nadia tersenyum sambil mengangguk. Segera kupeluk tubuhnya dengan erat. Kukecup puncak kepalanya berkali-kali. Ah, rasanya begitu bahagia. Sama seperti saat kehadiran Zikri dulu."Makasih, Sayang. Mas gak nyangka kamu bakalan hamil lagi. I love you. I love you," ungkapku penuh suka cita.Nadia masih menyandarkan kepalanya di dadaku."Di rahim ini akan tumbuh buah cinta kita yang kedua. Kamu harus jaga kesehatan ya," ucapku lagi seraya mengusap perutnya yang masih terlihat rata."Iya Mas, tapi aku mual banget kalau bau masakan. Kepalaku juga pusing. Padahal tadi baik-baik saja," keluhnya."Kita ke dokter ya, biar kamu diberi obat anti mual sama vitamin. Biar kita juga bisa pastiin kondisi si kecil di dalam rahimmu gimana."Nadia mengangguk lemah."Ya sudah kamu siap-siap, kita check-up ke dokter, mas daftarin dulu lewat online ya.""Iya, Mas." Nadia bangkit, lalu berganti baju.Aku memperhatikannya denga
"Tante, tidak perlu seperti ini. Aku gak ingin repotin Tante lagi. Selama ini Tante sudah banyak membantu keluarga kami. Tan, aku permisi dulu ya.""Tunggu, Key!"Keysha menghentikan langkahnya."Tante ingin ketemu sama Cinta, boleh kan?""Boleh, Tante. Ayo!"Nadia menggamitku, mengikuti langkah keponakannya. Tak jauh dari tempat parkir Rumah Sakit, terlihat Cinta tengah digendong oleh ayahnya."Sayang, coba lihat siapa nih yang dateng bersama bunda?" ujar Keysha pada putrinya. Ia meraih Cinta dari gendongan sang suami."Hallo Cinta, ya Allah lucu banget, makin menggemaskan aja nih!" seru Nadia.Kulihat Rizki menatapnya tak biasa. Aku tahu, lelaki itu pasti masih menyimpan perasaannya pada sang istri. Keysha, Nadia dan Cinta sedang bercengkrama bersama.Aku berjabat tangan dengan Rizki. "Bagaimana kabarmu?" tanyaku."Aku baik Hasbi, Keysha yang memang sedang sakit. Kalian sendiri gimana? Sehat? Kenapa
"Mas, kau tidak apa-apa?" Andin mengulangi pertanyaannya. Ia mendekat ke arah Hasbi. Lelaki itu hanya memegangi kepalanya."Nadia ..." racaunya. "Nadia, kau kah itu?" Kesadaran Hasbi mulai luntur. Ia sudah tak bisa berpikir jernih.'Dalam kondisi seperti ini pun kau masih memikirkan istrimu yang udik itu? Hah! Menjengkelkan sekali!' gerutu Andin."Iya, Mas. Ayo kita pulang," ucap Andin."Ah iya, ayo kita pulang. Aku sudah kangen banget sama kamu Nadia," racau Hasbi lagi.Ia mulai memapah pria itu yang berjalan sempoyongan, bahkan tak bisa menopang dirinya sendiri.Andin memesan kamar hotel yang lokasinya tak jauh dari Cafe Clarissa. Ia membaringkan pria itu di ranjang yang begitu empuk dan istimewa, dengan sprei dan bedcover warna putih.Ia menyeringai puas. Usahanya mencampur minuman Coca-Cola dengan Vodka membuahkan hasil. Hasbi langsung mabuk berat."Dasar kau jadi pria polos sekali! Apa kamu tak pernah mengalami ini s
"Nadia ... dingiiiin ..."Nadia panik, ia langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuh sang suami agar tak kedinginan. Ia pun berlalu ke belakang, mengambil air panas di baskom dan juga handuk kecil untuk mengompres kening sang suami.Setelah hampir dua puluh menit, rasa dingin mulai mereda. Hasbi bangkit, kepalanya terasa begitu pening dan berputar-putar."Mas, kamu sudah mendingan? Sudah gak dingin lagi?"Hasbi mengangguk. "Iya tapi pusing banget.""Masih kuat kan buat sholat?""Masih sayang.""Ini diminum dulu air hangat, Mas. Biar badanmu hangat.""Makasih, Dek." Hasbi meraih gelas air minum itu lalu meneguknya pelan. Nadia membantunya meletakkan gelas di meja."Ya sudah sekarang sholat dulu. Aku buatin bubur buat kamu ya, Mas."
Nadia berkaca di depan cermin riasnya. Dia berputar-putar sejenak, melihat pantulan dirinya di depan cermin."Mas, kayaknya aku gendutan deh, nih lihat lemak di perut gak ilang-ilang!" ujar Nadia sembari memanyunkan bibir.Hasbi tersenyum dan menghampirinya. Memeluk tubuh sang istri dari belakang.“Gak papa kok kamu gendutan, hatiku masih muat tuh buat kamu.”"Iiih, berarti beneran dong aku gendut!" cebik Nadia kesal."Sayang, di perutmu ini kan sudah lahir buah cinta kita. Dia tumbuh di rahimmu selama sembilan bulan lamanya, ya wajar saja kalau perutmu sudah gak kayak dulu lagi.""Tapi kan--""Sssttt ... Aku akan menerima kamu apa adanya sayang. Tak peduli dengan perubahan bentuk fisikmu, aku tetap mencintaimu."Kecupan lembut kembali mendarat di puncak kepala Nadia. Nadia mengulum senyum. Merasa berarti dengan perhatian yang suaminya berikan."Yakin kamu gak akan berpaling meskipun aku berubah g
Mobil mereka memasuki kawasan wisata Pantai Tanjung Lesung yang terletak di Pandeglang, Banten. Waktu yang ditempuh sampai ke lokasi hampir menghabiskan waktu 3,5 jam.Satu persatu dari mereka turun dan meregangkan otot tubuhnya. Lalu beranjak menuju ke homestay yang sudah direservasi oleh Hasbi satu hari sebelumnya.Terlihat wajah-wajah yang riang dan gembira, untuk berlibur melepaskan rasa penat karena aktivitas.Begitu pula dengan Nadia dan anak-anak, mereka masuk ke dalam villa yang spesial dipesankan oleh Hasbi."Bunda, ayo kita main ke pantai!" ajak Cinta. Dia menarik tangan Nadia untuk beranjak bangun."Iya, sebentar sayang. Istirahat dulu di sini ya.""Bunda, aku mau main pasir putih," sahutnya lagi."Iya sayang. Sebentar, bunda ganti baju dulu nih biar santai.""Yeayy asyiiikkk ..." Zikri dan Cinta saling ber-tos ria, berjingkrak senang seperti tak ada lelah."Panas-panas mau main di pantai?" tanya Hasbi.
"Hei ... kalian habis dari mana saja, Sayang?" sambut Hasbi ketika sampai di rumah.Dua bocah kecil itu menghambur ke arahnya. Memeluknya dengan sangat erat dan antusias."Ayah, aku dapet ini!" seru Zikri seraya menunjukkan boneka Frog ke ayahnya."Aku juga dapat ini, Yah!" timpal Cinta sembari menunjukkan boneka beruang miliknya."Bunda hebaaat ... Bunda bisa ambil ini di permainan capit boneka," puji Zikri lagi."Wah, bunda kalian memang hebat ya," sahut Hasbi menanggapi dua bocah kecil itu.Nadia tersenyum melihat celotehan mereka.Rasanya bahagia, kebahagiaan yang sederhana."Nah, sekarang kalian mandi dulu ya, udah sore. Mak Piah dan Mbak Sarni akan memandikan kalian.""Yeaaay ... Horeee ...!"Dua bocah kecil itu berlarian ke dalam. Nadia dan Hasbi ters
"Mas, aku dengar kabar kalau katanya jenazah Andin mengeluarkan bau tak sedap bahkan kejadian-kejadian aneh lain saat di pemakaman."Hasbi menoleh ke arah istrinya. Menghentikan aktivitasnya yang tengah memeriksa pekerjaan di laptop. Memang benar, desas desus berita tentang kematian Andin santer terdengar."Aku gak nyangka wanita secantik dia harus mengalami kejadian mengenaskan seperti ini.""Sssttt ... Jangan dibicarakan lagi. Itu adalah aib. Kita lupakan saja. Doakan yang terbaik untuk almarhumah.""Iya, Mas. Maaf.""Iya, tak apa. Aku tahu kok perasaanmu. Mulai sekarang kita fokus sama kehidupan kita saja ya, yang berlalu biarlah berlalu."Nadia mengangguk."Ambil hikmahnya saja, setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, baik maupun buruk."Nadia tersenyum dan langsung mem
" ... Musibah kebakaran terjadi di kawasan elit tengah kota xxx ... Melanda kawasan apartemen mewah. Sementara, penyebab kebakaran diduga karena korsleting listrik, petugas polisi sedang menyelidiki kasus ini ... Seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun menjadi korban meninggal atas tragedi kebakaran petang tadi ..."Sebuah tayangan televisi menampilkan berita kebakaran hebat yang cukup memprihatinkan."Mas, kamu kenapa?" tanya Nadia saat menghampirinya dan memberikan segelas teh manis hangat untuk sang suami."Ada berita kebakaran di tengah kota, Dek." Kedua mata Hasbi masih belum terlepas dari layar benda datar itu.Nadia menoleh dan melihat tayangan berita di televisi."Seorang korban sudah berhasil diidentifikasi, nama Andin Yozita 28 tahun, berprofesi sebagai staff kantor, menjadi korban tewas dalam insiden kebakaran kali ini."Nadia dan Hasbi saling berpandangan."Mas, apa yang dimaksu
Praaannkk ....!! Wanita itu memecahkan barang-barang di sekitarnya. Rasa amarah, dendam, benci yang tak berkesudahan menguasai hatinya."Semua gara-gara kamu, Nadia! Semua gara-gara kamu!!" teriaknya geram.Hari itu setelah kondisi badannya kembali fit, dan sembuh dari alergi, ia menyelidiki siapa pengirim paket misterius itu hingga mendapatkan informasi kalau pengirimnya adalah Nadia."Kau benar-benar licik, Nadia! Awas saja, aku akan membalasnya lebih menyakitkan!"***"Maaf Andin hubungan kita, kita sudahi sampai di sini," pungkas Roy dengan raut wajah serius."Kenapa? Kenapa kau memutuskan hubungan ini secara sepihak, Mas?"Roy hanya tersenyum masam. "Tanyalah pada dirimu sendiri, kau berhubungan tak cukup dengan seorang laki-laki, padahal selama ini aku sudah memenuhi semua kebutuhanmu, gaya hidupmu, aku menanggung semuanya. Tapi hatimu justru kau berikan pada pria lain.""Pasti bukan itu saja alasannya!"
"Mas, kenapa bisa seperti ini?""Aku gak tau Nadia, saat pulang ke rumah aku menemukannya pingsan di halaman belakang, Cinta menangis gak jauh dari tempat ibunya terjatuh.""Ya Allah ..." Mendengar ucapan mantan suaminya, tanpa terasa kedua mata Nadia kembali menitikkan air mata, ia merasa sangat iba."Apa Keysha tidak mengeluh apa-apa?""Tidak, dia cuma bilang pusing. Tapi dia juga bilang tak ingin merepotkanku ataupun kamu. Aku yakin dia berusaha sekuat mungkin menyembunyikan rasa sakitnya."Nadia menghela nafas dalam-dalam. Ia tak menyangka keponakannya pergi begitu cepat."Oh iya, Mas Rizki, Cinta mana?"Rizki tergagap. "Ah tadi dia diajak sama suster."Nadia mengangguk sembari tersenyum tipis. "Mas, aku cuma mau bilang kamu yang sabar ya. Aku tahu ini berat, tapi ini semua sudah suratan takdir Yang Maha Kuasa.""Iya, terima kasih Nadia.""Mas, aku cari Cinta dulu. Biar kuambil dari perawat."
Rizki sudah membeli buket bunga mawar untuk diberikan pada istrinya. Ya, hari ini Keysha ulang tahun. Dia akan memberikan sedikit kejutan untuknya. Kasihan wanita itu, selama ini harus ikut bersusah payah dengan kondisi mereka.Rizki bersiul-siul riang, biasanya kalau sore-sore begini, Keysha menunggunya di teras sambil bermain dengan Cinta, buah hati mereka.Lelaki itu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Kenapa sepi sekali? Batinnya bertanya-tanya sendiri."Keysha? Cinta? Kalian dimana?" panggil Rizki. Lelaki itu mencari ke setiap sudut rumah, tapi tak ia temukan mereka dimanapun."Kemana mereka?"Samar-samar terdengar suara anak kecil menangis. Rizki menajamkan pendengarannya. Jangan-jangan itu Cinta?Gegas, dia lari ke belakang. Suara tangisan Cinta terdengar makin kencang. Dari kejauhan ia melihat sosok anak kecil sedang menangis di antara rimbunnya rerumputan."Astaghfirullah hal adzim. Cinta!" teria