Setelah itu, dia menautkan tangan kami dan berbalik badan serta menarikku keluar dari ruangan. Hal terakhir yang kulihat sebelum kami pergi adalah Laras yang dilanda ketakutan. Ketakutannya sudah cukup memberiku penjelasan. Yap, hasil investigasinya tidak akan menyelamatkannya. Kami menuju ke lift dalam diam dan naik ke sana. Ketika pintu lift terbuka, Gabriel mengarahkanku ke kantornya. “Apakah kamu baik-baik saja?” tanyanya ketika kami sudah di dalam. “Aku menyuruh tim sosial media kami untuk mengumumkan pernikahan kita. Aku ke bawah untuk memberi tahumu sebab kamu tidak ada di kantormu ketika aku datang di ruang santai tadi.”Aku menarik tanganku darinya kemudian menatapnya. “Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku.”“Benarkah?”“Iya.”Kami kembali terdiam selama beberapa saat. Aku tahu bahwa dia mau mengatakan lebih lagi, tapi sesuatu menahannya untuk berbicara. Tatapan tajamnya membuatku merasa tidak nyaman. “Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, aku mau p
Gabriel Aku menatap kosong ke arah dokumen di depanku. Aku masih sangat-sangat merasa kesal. Maksudku, memang Laras pikir siapa dirinya sampai bisa menghina Hana?Aku tidak bisa fokus jadi aku berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir di dalam. Benakku berkecamuk oleh banyak hal. Aku sedang berpikir dan mencoba untuk memikirkan segala cara untuk membuat dirinya mencicipi rasa neraka di dunia. ‘Kenapa kamu semarah ini? Bukankah kamu memperlakukan Hana sama buruknya ketika pernikahan pertama kalian beberapa tahun lalu?’Suara hatiku menghantuiku, tapi aku tidak mau mendengarnya, sebab suara hatiku benar. Aku sama sekali tidak memikirkan perasaannya sebelumnya dan dia terus menerus kusakiti, jadi apa yang sudah berubah?Aku melihat sorot mata Hana yang syok dan terkejut ketika kutarik dirinya ke tengah ruangan dan mengancam siapa pun yang berani untuk menyakitinya. Ketika kami di kantor, dia memandangku seolah tidak mengenaliku. Seolah dia tidak mengerti diriku dan itulah kenapa aku mem
Aku memutuskan untuk mengabaikan mereka, lalu aku berdiri untuk mengambil mantelku dan meninggalkan kantorku. Aku tahu, aku tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaanku sekarang, jadi untuk apa repot-repot kucoba selesaikan sekarang?Aku mengirim pesan pada supirku untuk menyiapkan mobilku sebelum menuju lift. Beberapa menit kemudian, aku sudah ada di parkiran bawah tanah. “Pak Wijaya,” ujarnya sambil sedikit menunduk saat membukakanku pintu. Aku mengangguk padanya saat aku masuk. Dia juga turut masuk dan segera saja kami menjauh dari gedung. Untuk menghabiskan waktu, aku memutuskan untuk mengecek tabloid. ‘Gabriel Wijaya Akhirnya Menikah, Disadur dari Pernyataan yang Dirilis Oleh Forum Sosial Media Perusahaan Wijaya’‘Bujangan Paling Berharga di Kota Ini, Gabriel Wijaya, Sudah Tidak Melajang Lagi’‘Sang Penakluk Wanita, Gabriel Wijaya, Akhirnya Mengikat Janji Suci’‘Gabriel Wijaya Dinyatakan Sudah Laku’‘Siapa Wanita Beruntung yang Bisa Membuat Seorang Gabriel Wijaya Mengikatnya deng
HanaKeesokan paginya, Gabriel tidak terlihat saat aku sarapan dan bersiap-siap untuk pergi bekerja. Saat masuk ke mobil dan bertanya pada supir di mana Gabriel, barulah aku tahu bahwa dia sudah berangkat kerja lebih dulu.Ini pertama kalinya kami pergi bekerja secara terpisah sejak aku mulai bekerja untuknya. Aku tidak tahu apakah aku harus merasa lega atau justru sebaliknya.Karena dia tidak ada, aku memutuskan untuk mengantar Lilly ke sekolah terlebih dahulu. Antusiasmenya belum juga surut. Sepanjang perjalanan ke sekolah, dia terus berbicara tentang Shella. Aku mengenal putriku, dan aku tahu dia belum pernah sesemangat atau sebahagia ini ketika menyangkut seorang teman perempuan.Tentu saja, dia punya teman-teman di tempat kami yang lama, tapi tidak ada yang pernah dia bicarakan sebanyak ini. Aku bisa berkata bahwa teman-teman itu lebih seperti kenalan semata daripada sahabat untuk putriku.Dia tidak pernah mengundang mereka untuk menginap, dan jika ada yang mengundangnya, dia akan
“Ya, tolong bantu aku,” jawabnya. “Boleh tolong ambil laporan mingguan dari setiap divisi? Karena kejadian kemarin, aku tidak bisa mengambilnya.”“Tentu, akan kulakukan. Aku akan menaruh tasku dulu di kantor, baru akan kuambil laporan itu.”Aku pergi setelah dia mengangguk. Aku bergegas ke kantorku lalu dengan cepat menaruh barangku sebelum pergi ke divisi lain. Ketika aku sampai di divisi pertama, atmosfir di ruangan itu terasa tegang begitu aku melangkah masuk ke sana. Semuanya menatapku. Aku benci diperhatikan dan aku harap mereka mengurus urusannya sendiri. Kuabaikan mereka, lalu aku melakukan keperluanku di sana sebelum pergi. Aku tidak bisa berteman, sebab Laras menyebarkan rumor bahwa aku merupakan seorang jalang yang tidur dengan Gabriel. Rumor itu cukup bagi yang lain untuk menghakimi dan menjauhiku. Aku menghela nafas lega saat aku sampai di divisi terakhir. Ada beberapa dari mereka yang memberiku senyuman hangat, tapi aku mengacuhkannya. Karena beritanya sudah tersebar, t
Nada suaranya yang tegas membuat siapa pun yang mendengarnya tidak bisa mendebatnya. Mereka yang mendengarnya harus setuju. “B ... Baik, Pak Wijaya,” ucapnya sambil terbata-bata. Raut wajahnya dihiasi oleh ketakutan akan ancamannya. “Sekarang, kembalilah bekerja. Kamu tidak dibayar di sini untuk mencari teman untuk bisa dimanfaatkan.”Pipinya merona karena malu sebelum dia berbalik badan dan bergegas menjauh. Orang di sekeliling bersikap seolah-olah mereka tidak melihat kejadian itu. Setelah itu, dia mengarahkanku ke dalam lift dengan lembut. Setelah pintunya tertutup, aku menoleh padanya. “Kamu dan kembaranmu kadang bisa begitu menakutkan,” ujarku dengan jujur. Aku sudah mendengar mereka. Mendengar soal duo dari Keluarga Wijaya. Bahkan orang tuaku takut akan mereka dulu, dan mereka bahkan saat itu belum berusia dua puluh tiga tahun. Mereka dengan mudah bisa membuat orang merasa terintimidasi. Mereka yang berani macam-macam dengan kembaran itu, tidak akan pernah pulih. Maksudku, a
“Sudah diputuskan, Shella dan aku sekarang teman baik,” ujar Lilly saat dia berjalan masuk ke dapur di mana aku tengah minum kopi saat koki kami menyiapkan sarapan. Hari ini hari Sabtu, jadi aku tidak bekerja dan dia libur sekolah. Hari ini kami hanya bersantai dan bermalas-malasan di rumah dan merilekskan diri. Setelah hari sibuk di kantor, aku perlu istirahat. “Wow, kamu sangat menyukainya ya?” tanyaku sambil menyesap kopiku dan mencoba menyembunyikan senyumanku. “Tentu,” ujarnya sambil duduk di meja bar sebelum mengambil sebuah pisang. “Ada banyak persamaan di antara kami. Dia suka menjelajah dan membaca sepertiku.”Ketika pertama kali dia mengatakan Shella, aku tidak berpikir mereka akan menjadi sepasang sahabat. Aku seharusnya tidak terkejut akan itu, sebab Lilly selalu membicarakannya setiap hari saat makan malam. Putri tercintaku tidak pernah memiliki sahabat. Seperti yang kukatakan, dia tidak berhubungan secara dekat dengan teman-temannya di sekolah lamanya. Aku tidak meng
“Bukankah itu gadis yang dibenci oleh Noah?” tanya Gabriel sambil menaikkan alisnya. Aku terkejut akan pertanyaannya, jadi aku melontarkan pertanyaan, “Kamu mengenalnya?”“Iya. Aku ingat Noah mengundang semua orang, kecuali dia ke pesta ulang tahunnya. Ava tidak menyukai idenya dan mereka sempat bertengkar hebat karena itu. Noah akhirnya mengalah, yah namanya juga Ava, dan dia mencintai ibunya. Shella datang ke pesta, tapi Noah mengabaikannya sepanjang waktu. Dia menghabiskan waktu di pesta dengan menjelajah atau menempel ke Ava.”Lilly, seperti biasanya, memutar bola matanya sebelum berkata. “Noah membencinya hanya karena Shella menyukainya. Aku tidak mengerti itu, tapi dia keren dan aku menyukainya. Kemarin kami resmi menjadi sahabat baik.”Gabriel tersenyum hangat padanya. “Kamu boleh mengundangnya menginap di sini kapan pun, Lilly. Apa pun buatmu.”Kali ini akulah yang memutar bola mataku. Gabriel jelas akan memanjakan Lilly. Syukurnya, aku akan ada di sini untuk memastikan dia ti
Hai pembaca terkasih, aku baru saja membaca komentar kalian dan kalian benar-benar memberi tahuku perasaan kalian. Setiap orang berhak atas pendapatnya masing-masing, dan aku menghormati itu. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah pandangan mereka, dan itu benar-benar tidak masalah.Aku telah menerima beberapa kritik yang sangat baik, dan aku ingin berterima kasih kepada mereka yang telah menunjukkan kesalahanku. Aku selalu kesulitan menulis bagian akhir cerita, dan itulah mengapa kadang-kadang terasa terburu-buru. Jangan khawatir, aku akan bekerja keras untuk memperbaikinya di buku berikutnya.Tentang Emma dan Calvin, aku ingin kalian semua mengerti bahwa ini memang selalu menjadi akhir yang direncanakan, setidaknya di buku ini.Emma tidak mencintai Calvin. Dia menyesal atas apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak pernah mencintainya dengan kedalaman yang sama seperti Calvin mencintainya. Dengan kata lain, dia mencintai Calvin, tetapi dia tidak jatuh cinta padanya. Calvin pan
Hana. Aku seolah sedang melayang dalam langit ketujuh. Aku merasa hangat, damai, dan dicintai. Perlahan, aku terbangun. Gabriel di belakangku dengan tangannya yang merengkuhku. Dia selalu melakukan ini setiap kali kami tidur. Dia terus memegangiku, seolah takut kalau aku akan menghilang kalau dia tidak melakukannya. Aku menggeliat sedikit untuk lepas dari tangannya. Alih-alih melepasku, dia mengeratkan tangannya, yang mendorongku mendekat ke badannya. Aku berhenti ketika merasakannya. Ketika kurasakan kejantanannya yang mengeras, libidoku naik, dan aku segera menginginkannya. Aku ingin merasakannya memasukiku. Kehidupan ranjang kami sehat, tapi selalu ada waktu di mana aku menginginkan lebih. Dengan memiliki tiga anak, kadang sulit untuk mendapat waktu untuk berduaan. “Hmm,” geram Gabriel ketika aku menggesekkan pantatku di kejantanannya. Suaranya menggetarkan klitorisku. Aku melakukannya lagi, dan mengundang desahan seksi darinya. Gabriel mulai membubuhi punggung, pundak, dan
“Tentu,” dia membalas senyumku tepat saat Henry berjalan mendekati kami.“Aku di sini untuk mencuri istriku yang cantik.” Suaranya serak, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak meleleh mendengar nadanya. Suaranya benar-benar seksi.“Dia milikmu.” Calvin melepaskanku dan menyingkir sebelum pergi.Henry menarikku ke dalam pelukannya, memastikan tidak ada jarak di antara kami. “Apakah kamu baik-baik saja? Punggungmu sakit? Kaki-kakimu bagaimana?”Lihat apa yang aku bilang? Dia mendominasi di dunia hukum, tapi perhatian dan penuh cinta sebagai pasangan. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku punya tipe pria seperti ini sampai aku bertemu dengannya.“Aku baik-baik saja, cintaku, berhentilah khawatir,” ujarku sambil terkekeh dan menyeret diriku lebih dekat padanya.“Sudahkah aku memberitahumu bahwa aku mencintaimu?” tanyanya.Aku tidak bisa menahan senyum saat aku berdiri di ujung jari kakiku dan berbisik di bibirnya. “Sudah kamu katakan seribu kali hari ini, tapi aku tidak mengeluh.”“Kamu adal
Merrisa adalah salah satu pengiring pengantin perempuanku, begitu juga Ava, Calista, Ruby, Hana, dan Anjani. Mereka telah menjadi sahabatku selama empat tahun terakhir sejak kecelakaan itu. Tentu saja, aku tidak pernah bisa menggantikan Merrisa, dia sahabat terbaikku, tapi aku bersyukur memiliki mereka.Ditambah lagi, kemarin Merrisa memberitahuku bahwa dia berpikir untuk pindah ke sini. Aku sangat bersemangat. Aku menyayanginya, tapi kami mengakui bahwa menjalani persahabatan jarak jauh itu sulit. Aku benar-benar merasa di atas awan karena dia akan berada di dekatku.Musiknya melambat, dan Guntur mendekat, memecah semua percakapan lain.“Bolehkah aku berdansa denganmu, Ibu?”Seruan riuh para tamu terdengar, dan aku bersumpah hatiku langsung meleleh.“Tentu saja, putra tampanku,” jawabku sebelum menggenggam tangannya.Guntur sekarang sudah empat belas tahun, sudah jadi remaja. Bisa kalian percaya itu? Tingginya sudah sama denganku, dan aku yakin dalam beberapa tahun dia akan lebih ting
Emma. Aku menari dengan Merrisa, membiarkan musik menenggelamkanku. Aku merasakan sedikit rasa sakit di punggungku, tapi masa bodoh, sebab aku merasa sangat bahagia. Gaunku berayun mengikuti irama tubuhku sembari kami meneriakkan lirik lagu Cruel Summer milik Taylor Swift sekuat tenaga. Ava, yang hamil besar bergabung dengan kami. Aku tertawa sebab dia berpikir bahwa dia sedang menari, tapi tidak. Aku bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya. Aku bisa menghitung saat-saat terbahagiaku dengan jari. Satu adalah ketika aku lolos ujian pengacara. Kedua, ketika Guntur memanggilku Ibu untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya, dan yang ketiga adalah hari ini, di hari pernikahanku.Kalian tidak salah dengar. Aku baru saja menikah, dan aku tidak pernah sebahagia ini. Ingat pengacara tampan yang kuberi tahu Ava saat ulang tahun James? Ya, dia tidak mau menyerah, tidak peduli berapa kali aku menolaknya. Dia terus bertanya hampir setiap hari. Aku lelah ditanyai hal yang sama setiap har
Jadi, kalian sudah sampai pada akhir dari Penyesalan Mantan Suami dan cerita sampingannya. Aku hanya mau berterima kasih pada kalian semua atas cinta dan dukungan kalian akan buku ini. Ini adalah buku terpanjang yang pernah kutulis, dan sejauh ini adalah yang paling sukses. Buku ini tidak akan sesukses ini kalau bukan karena dukungan kalian. Maka dari itu, terima kasih banyak. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan buku ini dari awal sampai akhir. Hal ini sungguh berarti bagiku. Sekarang, aku mau mengumumkan bahwa buku Noah akan diunggah selanjutnya. Judulnya ‘Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan’. Aku masih mengerjakan plotnya, tapi akan kuunggah pada pertengahan Oktober, nantikan saja! Kita akan ada cerita sampingan soal Guntur dan mungkin satu lagi soal Lilly. Inilah sedikit intipan dari Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan. Di bawah ini hanyalah cuplikan kasarnya. ***Shella. Aku berjalan ke arah altar. Jantungku berdegup, dan langkahku lambat. Bunga mawa
Tiga tahun kemudian.Emma.“Serius, Emma, kapan kamu akan mulai berkencan?” tanya Ava sambil duduk di sampingku.Aku memandang ke arah halaman belakang, dan aku tak bisa menahan senyum yang muncul di bibirku. Hari ini adalah ulang tahun anak laki-laki Travis dan Ruby. James, dinamai dari ayah kami, yang berusia satu tahun hari ini.Ruby dan Travis menikah sekitar dua tahun yang lalu. Travis langsung melamarnya setelah aku sadar dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Kalian mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi pada pengemudi itu. Dia saat ini sedang menjalani hukuman lima tahun penjara karena mengemudi sembarangan. Aku berharap dia belajar dari kesalahannya.Kembali ke Travis dan Ruby. Kurasa melihatku di rumah sakit membuatnya menyadari betapa singkatnya hidup manusia. Dia melamarnya, dan Ruby setuju. Mereka menikah saat musim semi. Sebagai hasil dari perbaikan hubunganku dengan Ava, aku dibawa masuk ke pertemanan mereka. Calista dan Reaper menikah dalam sebuah pernikahan k
“Tidak! Aku harus mengejan!” seruku sambil menggenggam baju Gabriel. Aku merasa seperti sudah gila. Seolah aku sudah kehilangan akal sehatku. Rasa sakit ini sungguh sudah membuatku gila. Untungnya, kami sampai di kamar sebelum aku melahirkan di koridor rumah sakit sialan ini. Aku menghela nafas lega saat memasuki ruangan, dan mereka mulai mempersiapkanku. Ava sudah di dalam. Aku bersyukur memiliki seseorang yang mengerti rasanya kemaluan terbelah dua agar manusia cilik itu bisa terlahir ke dunia. “Aku tidak bisa menahannya lagi,” ujarku sebelum mengejan sekuat tenaga. Aku bersumpah bisa merasakan belahan pantatku seolah terbelah, yang menambah rasa sakitku.“Ini semua salahmu!” seruku pada Gabriel sambil mencengkeram erat tangannya. Aku menatap tajam padanya dengan nafas yang menderu. Batang hidungku kembang-kempis untuk berusaha meraup sebanyak-banyaknya oksigen ke paru-paruku. “Ayo, Hana, ejanlah!” ujar Ava sambil menyeka keringat dari dahiku. “Jangan pedulikan Gabriel.”“Jaha
“Tidak apa-apa, sayangku. Ibu hanya akan melahirkan. Ingatkah yang Ibu katakan padamu apa yang akan terjadi ketika sudah waktunya?”Dia menganggukkan kepalanya. “Iya. Ibu bilang akan merasa kesakitan, tapi aku tidak seharusnya takut, sebab itu bagian dari melahirkan bayi ke dunia.”“Bagus,” ujarku sambil meringis saat sakit kontraksi kembali menghampiri. “Itulah yang terjadi sekarang, jadi janganlah takut.”Gabriel menggenggam tanganku dan membantuku keluar dari kamar. Aku bernafas melalui hidung dan mulutku, tapi jujur saja. Ini sama sekali tidak membantu, ‘kan?“Aku hanya tidak paham. Kenapa Ibu harus kesakitan? Kenapa bayinya tidak langsung lahir saja tanpa menyakiti Ibu?”Hal terakhir yang kuinginkan adalah menorehkan trauma pada putriku dengan menjelaskan padanya bahwa rasa sakit memang lumrah untuk mengeluarkan bayi dari diriku. Dia pasti akan ingin tahu mengapa bayi harus dikeluarkan dengan mengejan, dan aku harus menjelaskan bahwa bayi itu besar, dan jalan keluarnya lebih kecil