Aku menghirup aruma mawar itu dengan rasa syukur. Tidak pernah Rowan memberiku bunga, bahkan sekali pun. Astaga, dia bahkan tidak pernah memperlakukanku sebagai orang penting dalam hidupnya. Di benaknya, aku sangat merepotkan, sayangnya aku adalah Ibu dari anaknya.“Akan kutaruh ini di dalam vas berisi air dulu, lalu ayo kita pergi.” Aku berbalik badan dan menuju dapur.Setelah menaruh bunga itu di vas, kami pergi.Aku gugup dan antusias di waktu bersamaan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan atau katakan. Oh, maksudku, apa yang biasanya kalian lakukan saat kencan? Apa yang kalian bicarakan? Lalu siapa yang seharusnya memulai pembicaraan? Aku sungguh sangat takut mengacaukan ini.“Aneh tidak kalau kukatakan padamu aku takut, meskipun aku sudah kencan beberapa kali sebelumnya?” Ethan bertanya, memecahkan keheningan di antara kami.Aku tertawa, merasa lega. Rasa khawatir yang menyelimutiku sirna.“Tidak juga, aku merasakan hal yang sama. Aku gugup sepanjang hari,” selorohku. “Aku j
Jadi, apa yang menyenangkan dari pekerjaanmu?” Aku mengganti topik.Senyuman terbentuk di wajahnya dan dia mulai memberitahuku mengenai pekerjaannya. Tidak lama kemudian, makanan kami datang dan kami mulai untuk makan.Aku mencoba untuk fokus, tetapi dengan orang-orang yang mulai berdatangan di restoran, aku semakin merasa gugup. Aku mencoba untuk rileks dan fokus pada Ethan, tapi tidak berhasil.“Apakah kamu baik-baik saja Ava? Kamu terlihat gugup.” Dia bertanya padaku perlahan, merasakan ketidaknyamananku.“Gugup?” Tanyaku dengan tercekat.“Iya. Kamu memainkan jemarimu dan matamu terlihat kesana kemari,” katanya. “Apakah kamu merasa tidak nyaman?”Astaga! Aku merasa bersalah sekarang. Apakah aku harus jujur padanya atau apakah ini akan menghancurkan segalanya yang sudah terbangun di antara kami? Hal terakhir yang kuinginkan adalah diriku yang dicap sebagai wanita tidak bersyukur.“Kamu bisa mengatakannya padaku, aku janji aku tidak akan marah.” Tatapannya yang tajam seolah menusuk. S
RowanHari ini aku berharap untuk melalui malam yang luar biasa bersama Emma, tetapi semuanya dihancurkan ketika aku melihat Ava berkencan dengan Ethan.“Rowan?” Emma memanggilku, tetapi otakku benar-benar seakan menjadi macet.Di sana ada Ava tengah bergandengan dengan pria lain. Awalnya kupikir mataku salah liat. Aku senang karena melihat Ethan keluar bersama wanita lain, dan membuktikan dia adalah serigala. Semuanya sirna ketika kusadari wanita yang bersamanya itu adalah Ava.Ava terlihat benar-benar cantik. Belum pernah kulihat dia seperti ini. Kulitnya yang sempurna dan gaun hitam yang dikenakannya menunjukkan bentuk tubuhnya.Aku sudah melihatnya telanjang sebelumnya, tapi ini berbeda. Dia berdandan, sesuatu yang tidak pernah dilakukannya ketika kami bersama. Mungkin karena aku tidak pernah mengajaknya keluar dan masa bodoh dengannya.Aku melihat Ethan menyelipkan rambutnya di telinganya. Darahku seakan mendidih, tetapi hal itu diperparah dengannya yang mengelus pipinya sebelum m
EmmaAku belum bergerak bahkan seinchi pun sejak Rowan pergi. Aku merasa seperti ada tembok di hadapanku yang menghalangiku untuk kabur. Tidak ada yang bisa menenangkan rasa sakit yang kurasakan di dalam sini.Segalanya terasa sakit dan aku tidak tahu bagaimana untuk menghentikannya. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan atau bagaimana cara bereaksi.Mengapa ini semua terjadi padaku? Itu adalah pertanyaan yang kerap kutanyakan pada diriku, tetapi tidak ada jawaban untuk itu. Tidak ada petunjuk mengapa aku masih mengalami hal buruk, bahkan setelah aku mendapatkan Rowan.Aku merasakan tetesan air mataku jatuh di wajahku. Aku benci menjadi lemah. Aku benci menangis. Aku mengusap tangisanku dengan kasar, marah pada diriku karena membiarkannya jatuh.Ketika Ayah meninggal, aku hancur. Aku adalah putrinya dan dia adalah pahlawanku. Aku tidak bisa menghabiskan waktu banyak dengannya karena aku pindah ke kota lain, tetapi ketika kami bertemu, aku sangat senang menghabiskan waktu bersamanya.
Seperti yang kukatakan sebelumnya, Ava bukanlah orang penting bagi kami, lalu mengapa ada orang yang mau menargetnya?Merrisa menghela nafas, “Kalau aku di situ, aku akan memukulmu, Emma. Kamu adalah pengacara dan kamu bersikukuh kalau adikmu mampu melakukan itu semua itu pada dirinya hanya untuk mendapatkan Rowan?”“Justru karena aku pengacara, aku yakin akan itu. Kamu tidak tahu seberapa gilanya wanita hanya untuk mendapat perhatian dari mantannya setelah mantannya melupakan segalanya,”Aku pernah menangani kasus mantan istri dan mantan pacar setelah mereka menyakiti orang lain dan orang yang mereka sayangi demi mendapatkan pria mereka lagi.“Orang-orang melakukan hal gila ketika mencintai, dan gila adalah nama tengah Ava.” Imbuhku.Ketika kami remaja, Ava melakukan apa pun untuk mendapatkan perhatian Rowan. Dia melakukannya sejauh sampai dia menyabotase kencan kami, menghancurkan gaun yang kupilih untuk bertemu Rowan dan dia pernah menaruh cat rambut hijau di sampoku. Itu hanya bebe
Hai para pembaca yang kukasihi, aku ingin meminta maaf sebelumnya karena aku tidak dapat memperbarui buku ini. Aku tahu aku akan bertentangan dengan kata-kata yang aku berikan kepada Anda dan untuk itu aku benar-benar minta maaf. Banyak hal yang terjadi pada diri aku sehingga kondisi mental aku berantakan dan aku tidak bisa fokus atau melakukan apa pun dalam hal ini.Aku menyukai buku ini dan aku memiliki ide-ide hebat untuknya, tetapi dengan kelelahan aku saat ini, aku takut akan merusaknya. Aku sudah merasa buku ini tidak mengalir seperti yang seharusnya. Tidak adil bagi Anda atau buku ini jika aku tidak memberikan yang terbaik atau hanya menulis demi menulis.Tolong pahami bahwa aku tidak meninggalkan atau menyerah pada buku ini, aku hanya butuh sedikit waktu untuk menenangkan pikiran aku sebelum aku bisa kembali menulis. Kalian berhak mendapatkan cerita yang luar biasa dan aku akan kecewa pada diri aku sendiri jika aku tidak memberikannya kepada kalian.Aku tidak akan pergi lama
AvaPikiranku masih melayang pada aksi Rowan beberapa hari lalu. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Apakah dia ingin menghancurkan hubungannya dengan Emma? Apakah dia ingin aku mendapat masalah lebih banyak dengannya?Dia sudah berpikir bahwa aku ingin mendapatkan prianya. Bahwa aku akan melakukan apa pun yang kubisa agar bisa mengambilnya dari dia. Apa yang tidak dimengerti olehnya adalah aku hanya ingin kedamaian. Aku tidak ingin Rowan. Aku sudah mengalaminya, mencobanya dan mendapat batunya.‘Apakah kamu yakin?’ Suara kecil yang menyebalkan itu muncul di kepalaku. ‘Kamu tidak bisa menghindar dari fakta bahwa kamu menyukai ciuman itu. Itulah ciuman yang selalu kamu dambakan. Ciuman yang membara.’Aku membuang pikiran itu. Itu salah. Aku sudah memutuskan untuk melupakan Rowan dan mencari kehidupan serta cintaku sendiri. Hanya karena reaksi tubuhku mengkhianatiku, itu tidak berarti apa pun. Reaksiku benar-benar wajar, tidak ada yang lebih.‘Teruslah berbohong pada dirimu.’ Suara
Kamu berhak untuk dicium seperti bumi dapat berakhir beberapa menit setelahnya.” Perkataan Ruby menarikku ke kenyataan. Tanganku digenggamnya, memberiku dukungan dan semangat.Aku melihatnya dan menghela nafas lega. Dia tidak melihatku dengan kasihan atau simpati. Aku tidak memerlukannya.“Jadi, selain itu, apakah segalanya berjalan lancar?” Tanyanya.“Iya. Walau aku juga melihat Rowan dan Emma. Sepertinya mereka juga sedang berkencan.”“Serius?”“Iya.” Aku menjawab lalu meneguk minumanku. Mencoba melupakan bagaimana mereka sangat cocok bersama.Emma benar. Dia dan Rowan cocok. Semua orang setuju dan aku baru saja sadar.“Yah, kuharap Rowan melihat seberapa cantik dirimu dan kuharap dia menyesal telah melepaskan dirimu yang cantik.”Aku tertawa. Ruby benar-benar bagus bagi kepercayaan diriku. Baru kali ini ada manusia yang tidak terobsesi dengan seberapa cantiknya Emma. Akhirnya, seseorang yang tidak membandingkanku atau mengatakannya cantik di depan mataku.“Itu saja? Tidak ada hal la
Beberapa menit kemudian, kami sudah berada di luar kamar kami, dan tiba-tiba perasaan asing menyergapku. Gabriel membuka pintu dan mendorongnya terbuka. Kami disambut oleh foyer yang dihiasi oleh lantai marmer yang berkilauan di bawah cahaya lembut lampu gantung yang mewah dan mencetak pola menawan di tembok. Lalu, ada area tengah yang luas, dihiasi oleh sofa empuk dan jendela besar yang memanjang dari lantai hingga langit-langit, yang menangkap bayangan kota yang memukau, mereka berkilauan layaknya lautan bintang-bintang. Terdapat juga sistem hiburan yang dapat membuat malam kami semakin nyaman, lalu ada juga dapur cantik dengan peralatan masak dari stainless steel dan meja dapur luas yang sempurna untuk memasak berbagai makanan. Ruang makan yang mewah juga memiliki suasana hangat, diperuntukkan untuk pertemuan antar kerabat. “Sepertinya kamu menyukainya?” tanya Gabriel dengan nada menggoda. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Seperti yang kukatakan, keluargaku juga sempat kaya, ka
Pesawat jet ini sedikit mengalami lonjakan di landasan. Tangan Gabriel menyelamatkanku dari jatuh terjerembab saat pesawat sudah mendarat. “Apakah kamu baik-baik saja?” tanyanya sambil memandangku. “Ya.”Setelah Gabriel memberi tahuku soal wanita yang pernah dicintainya, tidak banyak yang terjadi setelah itu. Dia masih membawa luka yang masih menghantuinya. Luka yang masih membekas dalam dirinya.Aku bisa melihatnya dari sorot matanya setelah dia memberi tahuku segalanya. Dia tidak mau membicarakannya lagi. Dia sudah menceritakan hal soal dirinya yang tidak diketahui oleh orang lain, bahkan oleh saudara kembarnya. Aku tidak mendorongnya untuk melanjutkan ceritanya setelah itu. Aku tidak mendorongnya untuk memberi tahuku apa yang terjadi setelah dia mengetahui kebenarannya, atau apa yang terjadi pada wanita itu. Perasaannya saat ini rentan, dan aku paham bahwa dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya, jadi aku memberikan ruang baginya. Aku menghabiskan setengah waktuku dengan memba
Bukankah cinta itu rasanya indah sekali? Tapi aku merasakan sesuatu telah terjadi. Sesuatu telah berubah. Kalau segalanya baik-baik saja, dia pasti akan bersama dirinya sekarang. Dia tidak akan pernah menikahiku. Suaranya serak saat dia melanjutkan perkataannya. “Segalanya berjalan dengan sempurna. Dia sangatlah luar biasa dan setiap harinya aku terus jatuh cinta lebih lagi padanya. Aku belum memperkenalkannya pada Rowan, sebab aku menginginkannya bagi diriku sendiri. Aku tidak menyembunyikannya, tapi aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya sebelum dia bertemu dengan keluargaku. Setiap hari aku bangun sambil berpikir, betapa beruntungnya diriku bisa menemukan seseorang sepertinya. Kamu tahu dunia kita, Hana, dan kamu tahu menemukan orang yang cocok tidaklah mudah.”Seperti itulah bagaimana cara kerja lingkungan kami. Sulit untuk menemukan seseorang yang benar-benar mencintaimu. Beberapa pernikahan di lingkungan kami hanyalah kesepakatan bisnis semata dan hanya sedikit pern
“Hana?” panggilnya. “Oh, maaf. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri tadi.” Aku lalu menggelengkan kepalaku untuk menepis pemikiranku. “Ya, aku sudah selesai berkemas.”“Baguslah, ayo pergi.”Sejam kemudian, kami sudah duduk di jet pribadi Gabriel. Tapi kali ini, aku menemaninya untuk menandatangani sebuah kesepakatan bisnis. “Apakah segalanya baik-baik saja? Apakah kau membutuhkan sesuatu? Aku bisa memanggil pelayan untuk membawakanmu apa pun yang kamu inginkan,” ujar Gabriel begitu jetnya lepas landas. Lihat apa yang kumaksud? Dia sangat perhatian. Di pernikahan pertama kami, dia tidak seperti ini. Aku tidak mengingat apa yang dilakukan Gabriel pernah menorehkan senyuman padaku. Bahkan, yang terjadi sebaliknya. Dia tidak pernah memikirkan apa yang kubutuhkan atau kuinginkan. Dia tidak pernah peduli apakah aku nyaman atau tidak. Dia tidak pernah peduli apakah aku hidup atau tidak. Dia hanya benar-benar tidak memedulikanku. Tapi sekarang sudah berbeda, itulah mengapa aku merasa ru
“Apakah Ibu benar-benar harus pergi?” tanya Lilly dengan pandangan yang berganti-ganti ke arahku dan koper yang terbuka di kamarku. Aku benci persiapan di menit-menit terakhir, tapi kami benar-benar sibuk di kantor selama beberapa hari terakhir ini, jadi setiap kali aku sampai di rumah, yang bisa kupikirkan hanyalah tidur. Kakiku sangat pegal dan aku tidak memiliki tenaga untuk melakukan hal selain makan dan tidur. “Ya,” balasku dengan lembut. “Ada sebuah kesepakatan penting dan ayahmu harus di sana untuk menandatanganinya ...”“Aku tidak paham mengapa aku tidak boleh ikut dengan Ibu? Aku mau melihat bagaimana cara Ayah melakukannya, cara dia menyetujui sebuah kesepakatan.”Aku tengah melipat sepotong pakaian terakhir, sebuah blus satin berwarna biru sebelum memasukkannya bersamaan dengan baju yang lainnya. Setelah selesai, aku menutup koperku sebelum menaruhnya di lantai.“Kamu pasti paham kalau kamu tidak boleh ikut,” jawabku sambil duduk di kasur. “Kenapa tidak?”“Karena kamu mas
Pernahkah kalian dibuat kehilangan kata-kata oleh perkataan seseorang? Seolah mereka membuatmu tidak bisa mengucap sepatah kata pun dan merasa bodoh di waktu yang sama? Itulah apa yang diperbuat oleh perkataannya padaku. Aku benar-benar membeku mendengar perkataannya sampai aku merasa merinding. Aku melihat sorot mata dan mendengar nada suaranya. Dia benar-benar serius dan baru saja melontarkan sebuah janji. Sebuah janji yang mau dipenuhinya. Apa yang kalian katakan pada situasi seperti ini? Bagaimana kalian menjawabnya? Apa jawaban kalian?Sisi dirinya ini benar-benar asing bagiku. Beri aku Gabriel yang arogan, egois, kasar dan yang suka menyakitiku, maka aku akan tahu bagaimana cara menanganinya. Tapi, sisi dirinya yang ini? Aku sama sekali buta akan sisi yang ini. Aku tidak tahu apa-apa soal bagaimana cara untuk berurusan atau menanganinya. Aku menyetujui pernikahan ini dengan tujuan yang jelas. Aku tahu apa yang sedang kuperbuat. Aku sudah bersiap untuknya, tapi sekarang, dia su
Dia berjalan ke arah bar kecil di pojok kantornya dan mengambil satu pak es serta menyelimutinya dengan handuk sebelum kembali ke arahku. Dengan lembut, dia meraih tanganku dan menempatkan es itu di atasnya. “Apakah sakit?” tanyanya dengan begitu lembut, sampai aku hampir tidak mendengarnya.“Sedikit.”“Aku tidak mengira kalau kamu akan berani untuk meninju seseorang.”Aku tertawa, sebab aku juga tidak mengira aku akan seberani itu. “Aku sudah tidak tahan lagi dan langsung beraksi tanpa berpikir lagi. Maafkan aku, sebab aku membuatmu dalam masalah. Seharusnya aku tidak meninju dia. Perilaku itu tidak menunjukkan citra diri dari seorang istri bos dengan baik.”Dia mendekatkan dirinya dan menatap intens ke mataku. “Jangan pernah minta maaf untuk membela dan mempertahanku dirimu sendiri, Hana. Kamu itu istriku, biarkan mereka tahu bahwa kamu bukanlah orang yang bisa sembarangan diinjak-injak.”“Aku tidak paham. Apakah kamu tidur dengannya?” Aku menyemburkan pertanyaan itu secara tiba-ti
“Perilaku serta sikap burukmu itulah yang membuatmu dipecat. Jangan timpakan kesalahanmu padaku.”“Ini salahmu. Kalau kamu tidak datang kemari, semua ini tidak akan terjadi!”Belum sempat kujawab, dia menerjang ke arahku untuk menyerang, dan aku terkejut dibuatnya. Aku limbung sebelum bisa mengendalikan diriku sendiri. Jalang sialan ini sudah melalui banyak hal, dia tidak akan puas dengan tamparan semata. Tanpa berpikir lagi, aku melayangkan tinjuanku ke arahnya. Kami berteriak di saat yang bersamaan. “Sialan, sakit sekali!” rutukku. “Kamu meninjuku!”Karena dia tidak menduga bahwa aku akan meninijunya, dia terjatuh sambil memegangi hidungnya yang berdarah. Meski aku merasakan sakit di tanganku, aku merasa sangat puas saat melihatnya berdarah dan mendeita. “Hana!” Suara teriakan Gabriel terdengar dari belakangku, tapi pandanganku masih melekat pada Laras, untuk berjaga-jaga kalau dia memutuskan untuk menyerangku lagi. Beberapa detik kemudian, pandanganku yang semula melihat si wa
HanaAku begitu lelah dan lapar, sampai-sampai kupikir aku akan mati. Aku tidak sempat sarapan pagi ini, sebab aku bangun terlambat. Akhir-akhir ini ada pembahasan tentang kesepakatan bisnis yang penting, jadi Gabriel pergi ke kantor lebih awal dariku. Aku tidak tidur nyenyak tadi malam, jadi aku benar-benar melewatkan alarmku.Lilly sudah mulai nyaman di sekolah, dan meskipun aku masih sempat mengantarnya sesekali, sebagian besar waktu, supirnya yang mengantar dia ke sekolah. Tapi, kami tetap makan malam bersama setiap malam. Lalu, Gabriel masih memastikan untuk pulang sebelum dia tidur.Sedangkan untuk hubunganku dengan Gabriel, bisa dibilang cukup tegang. Jangan salah paham, dia tidak bersikap kejam atau semacamnya, malah dia bersikap sebaliknya yang justru membuatku terkejut.Aku terkejut karena itu sangat tidak seperti dia.Aku terus menunggu sifat lamanya seperti saat pernikahan kami yang pertama muncul, tapi sifat itu sama sekali tidak terlihat. Bahkan, aku terus menunggu Gabri