HanaPandanganku jatuh pada foto Eddy, suamiku yang telah meninggal. Sudah dua tahun berlalu dan aku masih merindukannya seperti orang gila.Aku meletakkan sapu sembari menghela nafas dan mengambil foto itu. Aku duduk di sofa tua yang sudah usang dan hanya menatapnya, aku hanya bisa mengelus wajahnya di foto dengan lembut. Kami berusaha untuk melupakannya, tetapi itu tidak mudah. Dia melamarku saat kami masih kuliah dan kami menikah segera setelah aku menyelesaikan kuliahku. Awalnya, aku tidak begitu yakin padanya. Maksudku, aku tidak punya pengalaman dengan pria, kecuali Gabriel, tapi dia tidak dihitung. Pria yang dulunya suamiku memperlakukanku seolah aku adalah virus yang ingin segera dia buang.Eddy tahu segalanya tentang Gabriel. Dia tahu apa yang terjadi dalam pernikahan kami dan juga mengapa dia menceraikanku sebelum mengusirku ke jalanan sehari setelah aku menguburkan saudaraku.Ketika aku pergi ke luar negeri untuk melarikan diri, aku begitu hancur sehingga aku bertanya-tanya
Aku menatapnya dengan benar-benar terkejut. Segera aku menutup mulutku agar tidak terlihat bodoh sebab rahangku ternganga. Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa aku akan kembali bertemu dengan Gabriel. Aku mengira bahwa hari saat dia menceraikanku adalah hari terakhir aku akan melihatnya.Aku tahu kalian mungkin bertanya tentang tabloid dan saluran gosip di TV, tapi itu bukan urusanku. Aku terlalu sibuk untuk fokus pada apa yang terjadi dengan para selebriti.“Apakah kamu tidak akan membiarkanku masuk?” Suaranya yang dalam menginterupsi pikiranku.Aku menarik nafas dalam-dalam dan menenangkan diriku. Sekarang bukan waktunya untuk kehilangan fokus.“Apa yang kamu lakukan di sini?”Kehadirannya di sini lebih dari sekedar kejutan, dan aku juga tahu bahwa ini bukan kebetulan. Tidak sama sekali. Gabriel yang aku kenal tidak melakukan sesuatu tanpa alasan. Jika dia di sini dengan sukarela, maka ada sesuatu yang dia inginkan.‘Apakah kamu benar-benar ingin tahu apa yang dia inginkan?’ tanya
“Tidak!” Seruku, bahkan mengejutkan sekali mendengar diriku sendiri mengatakan itu dengan tegas. Dia menatapku dengan sebuah perasaan yang tidak terungkapkan. Dalam hitungan detik, wajahnya menjadi kosong, dan ekspresi dingin yang menggantikan ekspresi itu.Aku menyadari seketika ruangan ini terasa kelam. Inilah Gabriel yang aku kenal. Gabriel yang aku tahu. Pria keras kepala yang bisa menjadi berbahaya ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.“Begitukah? Kamu bahkan belum mendengarkan apa yang ingin aku katakan serta yang akan aku usulkan” Dia sekarang terlihat tenang, tetapi aku tahu itu hanya topeng semata. Aku tahu ada kelicikan di balik pemikiran itu. Dia terasa seperti seekor hiu yang bergerak tenang sebelum kamu bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi atau bagaimana kamu berakhir terjebak dalam cengkeramannya.“Tidak,” ulangku. “Aku tidak ingin menjadi bagian dari apa pun yang ingin kamu usulkan,” jawabku dengan percaya diri.Membuat kesepakatan dengan Gabriel sepert
“Apa maksudmu?” tanyaku dengan tangan yang gemetaran dan saat rasa sakit baru melanda hatiku.Dia melebarkan kakinya dan memajukan badannya. “Sederhana saja, aku menyelamatkan perusahaan itu dan membangunnya kembali. Tentu saja, aku mengganti namanya dan membangunnya ulang sesuai seleraku. Sekarang perusahaan itu sudah jadi salah satu dari anak perusahaanku.”Kemarahan dan rasa sakit melanda diriku. Seharusnya aku mengetahui ini. Bagaimana bisa aku meremehkan kekejamannya? Dia tahu betapa berartinya perusahaan itu bagiku. Itu adalah satu-satunya hal yang kumiliki bersama keluargaku, namun dia membuatku percaya bahwa itu telah hancur.“Mengapa?” bisikku dengan air mata membanjiri pelupuk mataku. “Mengapa kamu tidak memberitahuku? Mengapa kamu merahasiakannya?”“Aku menyelamatkannya dan merebutnya diam-diam sebagai kompensasi karena harus menikah denganmu dan menghabiskan tiga tahun hidupku bersamamu.”Itu membuatku terkejut. “Dasar brengsek!” Aku menyalangkan tatapan amarahku padanya.K
Sial! Kenapa harus aku? Kenapa harus sekarang? Kenapa harus hari ini dari semua hari yang ada? Takdir sudah menetapkan bahwa Gabriel membenciku, tetapi hal ini sepertinya begitu penting. Kenapa dia membenciku begitu dalam? Sejujurnya, aku takut untuk melihat seluruh kemungkinan yang akan terjadi. Aku takut kalau sampai Gabriel bertemu dengan Lilly. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan detak jantungku yang tidak teratur, tetapi sia-sia. Rasanya seperti aku akan mengalami serangan jantung. Aku bisa merasakan keringat mengalir di punggungku. Kemarahanku terhadap Gabriel sudah lenyap, dan sebagai gantinya hanya ada ketakutan yang tidak bisa kuhilangkan. Ketika aku bangun, aku tidak pernah membayangkan bahwa ini akan terjadi. Bahwa Gabriel tiba-tiba datang ke rumahku tanpa pemberitahuan. Bahwa dia dan Lilly akan bertemu. Pada awalnya, aku berhati-hati karena aku tahu Lilly sedang tidur karena flu-nya, tetapi setelah apa yang diungkapkan Gabriel, aku sepenuhnya melupakan semuanya da
“Kamu tidak mungkin serius,” lirihku sambil berusaha memahami apa yang baru saja dia katakan.Seperti yang kukatakan, aku mengenal Gabriel dan aku tahu ini bukan ancaman yang sembarangan. Mengingat hal itu, aku masih perlu memastikan, karena bagaimanapun juga, ini adalah Lilly yang kita bicarakan. Dia bukan hanya putriku, tetapi juga hidupku. Aku tidak bisa membiarkannya mengambilnya dariku. Itu pasti akan membunuhku.“Apakah aku terlihat seperti sedang bercanda?” tanyanya saat matanya menembusku. “Aku bisa memastikan bahwa aku sangat serius, Hana.”Pernahkah kamu merasa seperti telah dipukul, meskipun tidak ada yang terjadi? Begitulah rasaku saat ini. Aku merasakan perutku tengah dihujam. Aku memaksakan diri untuk bernafas melalui rasa sakit itu. Aku tidak bisa kehilangan kendali sekarang, meskipun aku ingin sekali untuk runtuh, menangis, dan mengutuk Gabriel sampai ke neraka.“Kenapa kamu melakukan ini?” tanyaku dengan hampir menangis. “Kamu sudah menceraikanku dan mengusirku, Gabrie
Emma.Aku ingat pertama kali aku melihat Calvin. Kami saat itu masih SMA, dan dia baru saja pindah ke sekolah kami dengan beasiswa. Aku adalah ketua panitia penyambutan, karena ya, aku pandai dalam segala hal, dan siapa yang tidak ingin aku untuk membantu mereka mengelilingi sekolah? Siapa yang tidak ingin melihat wajahku di hari pertama mereka di sekolah baru?Aku tidak sedang membanggakan diri atau apa pun, tetapi aku tahu siapa diriku dan seberapa hebatnya diriku. Aku populer, ketua kelompok pemandu sorak, dan siswa berprestasi. Aku memiliki segalanya. Kekayaan, kecantikan, dan otak. Yang terpenting, aku rendah hati, jadi aku disukai banyak orang.Tentu saja, aku dibenci oleh beberapa orang, terutama Ava dan gadis-gadis lain, tetapi itu karena aku memiliki sesuatu yang mereka tahu tidak bisa mereka miliki, yaitu Rowan.Setiap gadis menginginkannya. Itu bukan rahasia. Sama seperti setiap pria, kecuali Travis dan Gabe, mereka menginginkanku. Kami adalah pasangan yang sempurna. Kami ti
Gabriel.Sudah seminggu sejak aku bertemu Hana lagi setelah bertahun-tahun terpisah. Aku tidak pernah berpikir akan mencarinya, tetapi hidup memang punya cara lucu untuk memutarbalikkan segalanya.Aku bersyukur saat kami bercerai. Aku ingin dia pergi, dan saat kesempatan itu datang, aku tidak berpikir dua kali. Aku senang bisa menyingkirkannya dan tidak pernah melihat ke belakang. Aku tidak peduli apa yang terjadi padanya atau ke mana dia pergi atau apa yang dia lakukan. Dia bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiranku sejak hari dia meninggalkan apartemenku. Nah, itu sampai para petinggi mulai membuat keributan.Tanganku mengepal saat aku memikirkan langkah-langkah yang harus aku ambil karena mereka. Bukan berarti aku membutuhkan uang atau apa pun. Sial, aku bahkan memiliki perusahaanku sendiri, tetapi Perusahaan Wijaya adalah warisan keluarga. Kalian akan bisa merasakannya kalau bekerja untuk perusahaan yang dibangun oleh nenek moyangmu. Kebanggaan dan kebahagiaan yang datang bersam
Hai pembaca terkasih, aku baru saja membaca komentar kalian dan kalian benar-benar memberi tahuku perasaan kalian. Setiap orang berhak atas pendapatnya masing-masing, dan aku menghormati itu. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah pandangan mereka, dan itu benar-benar tidak masalah.Aku telah menerima beberapa kritik yang sangat baik, dan aku ingin berterima kasih kepada mereka yang telah menunjukkan kesalahanku. Aku selalu kesulitan menulis bagian akhir cerita, dan itulah mengapa kadang-kadang terasa terburu-buru. Jangan khawatir, aku akan bekerja keras untuk memperbaikinya di buku berikutnya.Tentang Emma dan Calvin, aku ingin kalian semua mengerti bahwa ini memang selalu menjadi akhir yang direncanakan, setidaknya di buku ini.Emma tidak mencintai Calvin. Dia menyesal atas apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak pernah mencintainya dengan kedalaman yang sama seperti Calvin mencintainya. Dengan kata lain, dia mencintai Calvin, tetapi dia tidak jatuh cinta padanya. Calvin pan
Hana. Aku seolah sedang melayang dalam langit ketujuh. Aku merasa hangat, damai, dan dicintai. Perlahan, aku terbangun. Gabriel di belakangku dengan tangannya yang merengkuhku. Dia selalu melakukan ini setiap kali kami tidur. Dia terus memegangiku, seolah takut kalau aku akan menghilang kalau dia tidak melakukannya. Aku menggeliat sedikit untuk lepas dari tangannya. Alih-alih melepasku, dia mengeratkan tangannya, yang mendorongku mendekat ke badannya. Aku berhenti ketika merasakannya. Ketika kurasakan kejantanannya yang mengeras, libidoku naik, dan aku segera menginginkannya. Aku ingin merasakannya memasukiku. Kehidupan ranjang kami sehat, tapi selalu ada waktu di mana aku menginginkan lebih. Dengan memiliki tiga anak, kadang sulit untuk mendapat waktu untuk berduaan. “Hmm,” geram Gabriel ketika aku menggesekkan pantatku di kejantanannya. Suaranya menggetarkan klitorisku. Aku melakukannya lagi, dan mengundang desahan seksi darinya. Gabriel mulai membubuhi punggung, pundak, dan
“Tentu,” dia membalas senyumku tepat saat Henry berjalan mendekati kami.“Aku di sini untuk mencuri istriku yang cantik.” Suaranya serak, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak meleleh mendengar nadanya. Suaranya benar-benar seksi.“Dia milikmu.” Calvin melepaskanku dan menyingkir sebelum pergi.Henry menarikku ke dalam pelukannya, memastikan tidak ada jarak di antara kami. “Apakah kamu baik-baik saja? Punggungmu sakit? Kaki-kakimu bagaimana?”Lihat apa yang aku bilang? Dia mendominasi di dunia hukum, tapi perhatian dan penuh cinta sebagai pasangan. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku punya tipe pria seperti ini sampai aku bertemu dengannya.“Aku baik-baik saja, cintaku, berhentilah khawatir,” ujarku sambil terkekeh dan menyeret diriku lebih dekat padanya.“Sudahkah aku memberitahumu bahwa aku mencintaimu?” tanyanya.Aku tidak bisa menahan senyum saat aku berdiri di ujung jari kakiku dan berbisik di bibirnya. “Sudah kamu katakan seribu kali hari ini, tapi aku tidak mengeluh.”“Kamu adal
Merrisa adalah salah satu pengiring pengantin perempuanku, begitu juga Ava, Calista, Ruby, Hana, dan Anjani. Mereka telah menjadi sahabatku selama empat tahun terakhir sejak kecelakaan itu. Tentu saja, aku tidak pernah bisa menggantikan Merrisa, dia sahabat terbaikku, tapi aku bersyukur memiliki mereka.Ditambah lagi, kemarin Merrisa memberitahuku bahwa dia berpikir untuk pindah ke sini. Aku sangat bersemangat. Aku menyayanginya, tapi kami mengakui bahwa menjalani persahabatan jarak jauh itu sulit. Aku benar-benar merasa di atas awan karena dia akan berada di dekatku.Musiknya melambat, dan Guntur mendekat, memecah semua percakapan lain.“Bolehkah aku berdansa denganmu, Ibu?”Seruan riuh para tamu terdengar, dan aku bersumpah hatiku langsung meleleh.“Tentu saja, putra tampanku,” jawabku sebelum menggenggam tangannya.Guntur sekarang sudah empat belas tahun, sudah jadi remaja. Bisa kalian percaya itu? Tingginya sudah sama denganku, dan aku yakin dalam beberapa tahun dia akan lebih ting
Emma. Aku menari dengan Merrisa, membiarkan musik menenggelamkanku. Aku merasakan sedikit rasa sakit di punggungku, tapi masa bodoh, sebab aku merasa sangat bahagia. Gaunku berayun mengikuti irama tubuhku sembari kami meneriakkan lirik lagu Cruel Summer milik Taylor Swift sekuat tenaga. Ava, yang hamil besar bergabung dengan kami. Aku tertawa sebab dia berpikir bahwa dia sedang menari, tapi tidak. Aku bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya. Aku bisa menghitung saat-saat terbahagiaku dengan jari. Satu adalah ketika aku lolos ujian pengacara. Kedua, ketika Guntur memanggilku Ibu untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya, dan yang ketiga adalah hari ini, di hari pernikahanku.Kalian tidak salah dengar. Aku baru saja menikah, dan aku tidak pernah sebahagia ini. Ingat pengacara tampan yang kuberi tahu Ava saat ulang tahun James? Ya, dia tidak mau menyerah, tidak peduli berapa kali aku menolaknya. Dia terus bertanya hampir setiap hari. Aku lelah ditanyai hal yang sama setiap har
Jadi, kalian sudah sampai pada akhir dari Penyesalan Mantan Suami dan cerita sampingannya. Aku hanya mau berterima kasih pada kalian semua atas cinta dan dukungan kalian akan buku ini. Ini adalah buku terpanjang yang pernah kutulis, dan sejauh ini adalah yang paling sukses. Buku ini tidak akan sesukses ini kalau bukan karena dukungan kalian. Maka dari itu, terima kasih banyak. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan buku ini dari awal sampai akhir. Hal ini sungguh berarti bagiku. Sekarang, aku mau mengumumkan bahwa buku Noah akan diunggah selanjutnya. Judulnya ‘Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan’. Aku masih mengerjakan plotnya, tapi akan kuunggah pada pertengahan Oktober, nantikan saja! Kita akan ada cerita sampingan soal Guntur dan mungkin satu lagi soal Lilly. Inilah sedikit intipan dari Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan. Di bawah ini hanyalah cuplikan kasarnya. ***Shella. Aku berjalan ke arah altar. Jantungku berdegup, dan langkahku lambat. Bunga mawa
Tiga tahun kemudian.Emma.“Serius, Emma, kapan kamu akan mulai berkencan?” tanya Ava sambil duduk di sampingku.Aku memandang ke arah halaman belakang, dan aku tak bisa menahan senyum yang muncul di bibirku. Hari ini adalah ulang tahun anak laki-laki Travis dan Ruby. James, dinamai dari ayah kami, yang berusia satu tahun hari ini.Ruby dan Travis menikah sekitar dua tahun yang lalu. Travis langsung melamarnya setelah aku sadar dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Kalian mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi pada pengemudi itu. Dia saat ini sedang menjalani hukuman lima tahun penjara karena mengemudi sembarangan. Aku berharap dia belajar dari kesalahannya.Kembali ke Travis dan Ruby. Kurasa melihatku di rumah sakit membuatnya menyadari betapa singkatnya hidup manusia. Dia melamarnya, dan Ruby setuju. Mereka menikah saat musim semi. Sebagai hasil dari perbaikan hubunganku dengan Ava, aku dibawa masuk ke pertemanan mereka. Calista dan Reaper menikah dalam sebuah pernikahan k
“Tidak! Aku harus mengejan!” seruku sambil menggenggam baju Gabriel. Aku merasa seperti sudah gila. Seolah aku sudah kehilangan akal sehatku. Rasa sakit ini sungguh sudah membuatku gila. Untungnya, kami sampai di kamar sebelum aku melahirkan di koridor rumah sakit sialan ini. Aku menghela nafas lega saat memasuki ruangan, dan mereka mulai mempersiapkanku. Ava sudah di dalam. Aku bersyukur memiliki seseorang yang mengerti rasanya kemaluan terbelah dua agar manusia cilik itu bisa terlahir ke dunia. “Aku tidak bisa menahannya lagi,” ujarku sebelum mengejan sekuat tenaga. Aku bersumpah bisa merasakan belahan pantatku seolah terbelah, yang menambah rasa sakitku.“Ini semua salahmu!” seruku pada Gabriel sambil mencengkeram erat tangannya. Aku menatap tajam padanya dengan nafas yang menderu. Batang hidungku kembang-kempis untuk berusaha meraup sebanyak-banyaknya oksigen ke paru-paruku. “Ayo, Hana, ejanlah!” ujar Ava sambil menyeka keringat dari dahiku. “Jangan pedulikan Gabriel.”“Jaha
“Tidak apa-apa, sayangku. Ibu hanya akan melahirkan. Ingatkah yang Ibu katakan padamu apa yang akan terjadi ketika sudah waktunya?”Dia menganggukkan kepalanya. “Iya. Ibu bilang akan merasa kesakitan, tapi aku tidak seharusnya takut, sebab itu bagian dari melahirkan bayi ke dunia.”“Bagus,” ujarku sambil meringis saat sakit kontraksi kembali menghampiri. “Itulah yang terjadi sekarang, jadi janganlah takut.”Gabriel menggenggam tanganku dan membantuku keluar dari kamar. Aku bernafas melalui hidung dan mulutku, tapi jujur saja. Ini sama sekali tidak membantu, ‘kan?“Aku hanya tidak paham. Kenapa Ibu harus kesakitan? Kenapa bayinya tidak langsung lahir saja tanpa menyakiti Ibu?”Hal terakhir yang kuinginkan adalah menorehkan trauma pada putriku dengan menjelaskan padanya bahwa rasa sakit memang lumrah untuk mengeluarkan bayi dari diriku. Dia pasti akan ingin tahu mengapa bayi harus dikeluarkan dengan mengejan, dan aku harus menjelaskan bahwa bayi itu besar, dan jalan keluarnya lebih kecil