“Aku masih tidak menyukainya, bahkan sepertinya aku tidak akan menyukainya, tapi aku mengerti, Ibu,” akhirnya dia berucap setelah beberapa saat. “Akan kuundang dia, tapi jangan harap aku akan berteman dengannya.”Aku menganggukkan kepalaku dan senyumku melebar. “Terima kasih, anakku.”Dia memelukku dan hatiku terasa lega. Aku belum memeluk putraku ini lebih dari seminggu setengah lamanya. Senang rasanya akhirnya bisa memeluknya kembali. “Aku mencintai Ibu,” gumamnya di dadaku. Hatiku terasa berbinar. Rasanya menyenangkan sekali mendengar anakmu memanggilmu ‘Ibu’ meskipun dia bukanlah bayi kecil lagi. Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi itu adalah satu dari sekian banyak perasaan yang menyenangkan. “Ibu juga mencintaimu, nak,” bisikku kembali. “Sekarang cepatlah atau kamu akan terlambat sekolah.”Kami melepaskan pelukan kami. Setelah mengecup keningnya, aku keluar dari kamarnya dan menuruni tangga. Aku menyapa Teresa yang tengah sibuk memasak sarapan sebelum mengambil segelas air, be
“Aku tidak menggunakanmu, Ava. Aku menginginkanmu,” ujarnya saat dia mengantongi kuncinya. Sepertinya aku tidak akan bisa keluar dari sini.“Kamu menginginkanku? Lalu mengapa kamu langsung mandi setelah tidur denganku? Kenapa kamu selalu menggunakan kondom? Kenapa kamu selalu menahan diri? Astaga, bahkan kamu jarang mencium bibirku! Lalu kamu bisa berkata bahwa kamu menginginkanku? Pasti kamu sedang membodohiku.”Semua hal yang aku coba kubur muncul ke permukaan, dan aku benci bagaimana mereka membuatku merasa rentan, jadi sebagai gantinya, aku menggantikannya dengan kemarahan.“Salah satu kenangan yang aku miliki setelah kencan kita adalah tidur dengan Ethan. Itu adalah segala sesuatu yang seharusnya ada dalam seks, penuh gairah dan nafsu. Saat bersamanya, aku merasa diinginkan dan diidamkan, sedangkan saat bersamamu, aku merasa hubungan kita seperti hanya sebuah kewajiban, hanya sebuah tugas semata. Kamu bilang kamu menginginkanku, tetapi itu bohong. Ethan menunjukkan padaku apa arti
Aku masih tidak bisa melupakan akan apa yang dikatakan Rowan padaku. Apa yang dikatakannya itu terdengar masuk akal, tapi aku tidak tahu apakah aku bisa memercayai perkataannya apa tidak. Pikiranku menjadi kacau sejak itu. Aku tidak tahu apakah aku harus memercayainya atau tidak. Aku paham bahwa dia kesulitan untuk melupakan apa yang telah dirinya dan Emma rancang untuk masa depan mereka. Aku juga paham bahwa dia sulit melupakan cinta yang dipikirnya merupakan cinta abadi. Astaga, aku mengerti bahwa kalau aku di posisinya, aku juga akan sulit mengerti perasaanku, tapi bagaimana dengan diriku?Bagaimana soal nasibku yang didera lara oleh tangannya? Bagaimana soal rasa sakit yang sudah kualami dan sampai memengaruhiku ini? Aku bahkan mencintai Rowan saat aku tahu aku seharusnya tidak mencintainya, dan aku sampai memikirkan di saat aku menyadari bahwa aku seharusnya melepaskan ini semua. Aku mau menyongsong masa depan bersamanya, tapi bagaimana caraku untuk bertarung melawan kilas ingat
“Kamu bisa membicarakan pada kami soal apa pun itu yang membebanimu. Kami akan mendengarkannya,” imbuh Theo dengan senyuman kecil di wajahnya. Aku mengambil nafas dalam-dalam lalu membuka suara. “Ini soal Rowan.”Nora tengah berbicara kecil pada Liliana sebelum menatap ke arahku. “Ah, Ibu sudah menebaknya.”“Kalau menurut Ayah dan Ibu, dia bagaimana? Dia sudah menyakitiku, tapi aku juga menyadari beberapa perubahannya. Masalahnya adalah, aku tidak tahu apakah aku harus memaafkannya dan tetap melanjutkan hidupku atau tidak. Kami sudah membicarakan ini, dan dia angkat bicara soal suatu hal. Hal yang aku tidak yakin harus kuterima atau tidak.” Aku tidak tahu lagi apakah perkataanku terdengar masuk akal atau tidak, tapi aku segera menumpahkannya persis dengan apa yang ada di pikiranku. Mereka menatap satu sama lain sebelum menatapku kembali. Theo-lah yang berbicara terlebih dahulu. “Ayah tidak menyukai Rowan. Ayah harus jujur soal ini, tidak setelah mengetahui segala perlakuannya padamu
Aku menetap di rumah orang tuaku sedikit lebih lama. Liliana terlihat menikmati seluruh perhatian yang diberikan padanya dari Kakek dan neneknya. Meskipun dia masih bayi, dia menyukai perhatian, apalagi jika orang yang memberinya perhatian menciumi perutnya. Aku menatap Liliana, dan kuharap hidupku semudah dirinya. Apakah hanya aku yang pernah berharap menjadi anak kecil? Mereka tidak harus mengkhawatirkan apa-apa di dunia ini kecuali makanan dan popok yang kotor. Kepolosan mereka seolah menjadi obat bagi jiwa yang bermasalah dan terluka. Seiring mereka bertumbuh, saat itulah kehidupan yang sebenarnya terjadi, dan jiwa mereka mengalami keretakan. Kalau aku bisa menyelamatkan kedua anakku dari cinta yang penuh derita ini, akan kulakukan, tapi aku tahu pasti kalau tidak bisa kulakukan sebab takdir mereka sudah dituliskan oleh semesta, entah itu penuh dengan kebahagiaan, sakit hati, atau campuran dari keduanya. Aku terus menyaksikan orang tuaku yang bermain dengan putriku di atas rerum
“Ceritakan!” seru Ruby sambil hampir terlonjak dari bangkunya. “Tumpahkan saja ceritanya, Calista. Jangan gantung kami.”Aku sebelumnya tidak tertarik, tapi hal ini membuatku tertarik. Aku tidak mengira Calista akan benar-benar melakukannya, tapi sepertinya aku salah. Bahkan ketika dia mengatakan dia akan menganggapnya sebagai bentuk perlawanan terhadap ayahnya, aku tidak menganggapnya serius. “Yah, dia menemuiku lagi. Aku membiarkannya masuk lalu dia benar-benar membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa,” ujar Calista sambil tersenyum miring. Jelas sekali dia masih melayang di langit ke sembilan. “Yang benar saja? Kamu hanya memberi tahukan kami ini saja?” Ruby terlihat tersinggung oleh ini. “Aku mau detailnya lebih lanjut. Seperti seberapa besar dia, posisi yang dia gunakan, berapa lama dia bertahan, dan berapa kali kamu klimaks?”Aku tertawa kecil mendengarnya. Ruby terlihat seakan dia akan mati kalau dia tidak mendapat jawaban akan pertanyaannya. Dia terlihat begitu penasara
RowanSial, aku benci ini! Aku benci ketegangan dan kecanggungan antara aku dan Ava. Aku benci bahwa setiap kali kami berjumpa, dia menatapku seolah dia tidak tahu harus apa denganku. Sudah beberapa hari berjalan sejak pagi itu. Kupikir segalanya akan baik-baik saja di antara kami setelah aku menjelaskan segalanya, tapi aku benar-benar salah. Setelah kukatakan segalanya padanya, yang terjadi malah sebaliknya sejak itu. Aku kembali ke rumah dan segalanya tidak sama lagi. Jangan salah, amarahnya belum meledak-ledak, atau yang lainnya, tapi pada titik ini, aku lebih memilih dia hanya bersikap dingin padaku. Ketakutanku akan kehilangan dirinya semakin menguat setiap harinya. Aku tidak bisa berhenti bertanya-tanya akan apa yang akan terjadi kalau dia sudah mengingat semuanya dan mengetahui bahwa kami sudah bercerai, bahwa aku sudah menipunya. Ketakutanku sekarang seolah mencekik jantungku. Aku tidak mau kehilangan dirinya, dan aku takut itulah yang akan terjadi kalau tabir kebenaran suda
AvaAku sudah benar-benar lelah. Jangan salah, aku menyayangi Noah, tapi aku tidak sabar agar pestanya cepat selesai agar aku bisa istirahat. Beberapa hari belakangan ini aku sibuk menyiapkan pestanya. Persiapan pesta ini cukup menyita perhatianku, walau tidak terlalu banyak. Aku masih merasa gundah akan apa yang harus kulakukan. Setiap kali kulihat Rowan, aku tidak bisa menepis pemikiran akan apakah aku harus memberinya kesempatan atau tidak. Aku mencintainya, tapi aku tidak yakin apakah aku akan sepenuhnya sembuh dari masa lalu dan melupakan segala yang telah dilakukannya padaku. Aku menepis pemikiranku, lalu aku mengirimi Kate pesan dan mengatakan padanya bahwa dia boleh membawa Emma. Travis sudah jelas datang, begitu juga dengan orang tua Rowan dan Kate. Mereka selalu menghadiri seluruh pesta ulang tahun Noah. Jahat sekali kalau mereka tidak diundang karena masalahku pada mereka. Lagipula, Noah ingin agar mereka ada di sini. Kate langsung membalas dan berkata mereka akan datang
Hai pembaca terkasih, aku baru saja membaca komentar kalian dan kalian benar-benar memberi tahuku perasaan kalian. Setiap orang berhak atas pendapatnya masing-masing, dan aku menghormati itu. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah pandangan mereka, dan itu benar-benar tidak masalah.Aku telah menerima beberapa kritik yang sangat baik, dan aku ingin berterima kasih kepada mereka yang telah menunjukkan kesalahanku. Aku selalu kesulitan menulis bagian akhir cerita, dan itulah mengapa kadang-kadang terasa terburu-buru. Jangan khawatir, aku akan bekerja keras untuk memperbaikinya di buku berikutnya.Tentang Emma dan Calvin, aku ingin kalian semua mengerti bahwa ini memang selalu menjadi akhir yang direncanakan, setidaknya di buku ini.Emma tidak mencintai Calvin. Dia menyesal atas apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak pernah mencintainya dengan kedalaman yang sama seperti Calvin mencintainya. Dengan kata lain, dia mencintai Calvin, tetapi dia tidak jatuh cinta padanya. Calvin pan
Hana. Aku seolah sedang melayang dalam langit ketujuh. Aku merasa hangat, damai, dan dicintai. Perlahan, aku terbangun. Gabriel di belakangku dengan tangannya yang merengkuhku. Dia selalu melakukan ini setiap kali kami tidur. Dia terus memegangiku, seolah takut kalau aku akan menghilang kalau dia tidak melakukannya. Aku menggeliat sedikit untuk lepas dari tangannya. Alih-alih melepasku, dia mengeratkan tangannya, yang mendorongku mendekat ke badannya. Aku berhenti ketika merasakannya. Ketika kurasakan kejantanannya yang mengeras, libidoku naik, dan aku segera menginginkannya. Aku ingin merasakannya memasukiku. Kehidupan ranjang kami sehat, tapi selalu ada waktu di mana aku menginginkan lebih. Dengan memiliki tiga anak, kadang sulit untuk mendapat waktu untuk berduaan. “Hmm,” geram Gabriel ketika aku menggesekkan pantatku di kejantanannya. Suaranya menggetarkan klitorisku. Aku melakukannya lagi, dan mengundang desahan seksi darinya. Gabriel mulai membubuhi punggung, pundak, dan
“Tentu,” dia membalas senyumku tepat saat Henry berjalan mendekati kami.“Aku di sini untuk mencuri istriku yang cantik.” Suaranya serak, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak meleleh mendengar nadanya. Suaranya benar-benar seksi.“Dia milikmu.” Calvin melepaskanku dan menyingkir sebelum pergi.Henry menarikku ke dalam pelukannya, memastikan tidak ada jarak di antara kami. “Apakah kamu baik-baik saja? Punggungmu sakit? Kaki-kakimu bagaimana?”Lihat apa yang aku bilang? Dia mendominasi di dunia hukum, tapi perhatian dan penuh cinta sebagai pasangan. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku punya tipe pria seperti ini sampai aku bertemu dengannya.“Aku baik-baik saja, cintaku, berhentilah khawatir,” ujarku sambil terkekeh dan menyeret diriku lebih dekat padanya.“Sudahkah aku memberitahumu bahwa aku mencintaimu?” tanyanya.Aku tidak bisa menahan senyum saat aku berdiri di ujung jari kakiku dan berbisik di bibirnya. “Sudah kamu katakan seribu kali hari ini, tapi aku tidak mengeluh.”“Kamu adal
Merrisa adalah salah satu pengiring pengantin perempuanku, begitu juga Ava, Calista, Ruby, Hana, dan Anjani. Mereka telah menjadi sahabatku selama empat tahun terakhir sejak kecelakaan itu. Tentu saja, aku tidak pernah bisa menggantikan Merrisa, dia sahabat terbaikku, tapi aku bersyukur memiliki mereka.Ditambah lagi, kemarin Merrisa memberitahuku bahwa dia berpikir untuk pindah ke sini. Aku sangat bersemangat. Aku menyayanginya, tapi kami mengakui bahwa menjalani persahabatan jarak jauh itu sulit. Aku benar-benar merasa di atas awan karena dia akan berada di dekatku.Musiknya melambat, dan Guntur mendekat, memecah semua percakapan lain.“Bolehkah aku berdansa denganmu, Ibu?”Seruan riuh para tamu terdengar, dan aku bersumpah hatiku langsung meleleh.“Tentu saja, putra tampanku,” jawabku sebelum menggenggam tangannya.Guntur sekarang sudah empat belas tahun, sudah jadi remaja. Bisa kalian percaya itu? Tingginya sudah sama denganku, dan aku yakin dalam beberapa tahun dia akan lebih ting
Emma. Aku menari dengan Merrisa, membiarkan musik menenggelamkanku. Aku merasakan sedikit rasa sakit di punggungku, tapi masa bodoh, sebab aku merasa sangat bahagia. Gaunku berayun mengikuti irama tubuhku sembari kami meneriakkan lirik lagu Cruel Summer milik Taylor Swift sekuat tenaga. Ava, yang hamil besar bergabung dengan kami. Aku tertawa sebab dia berpikir bahwa dia sedang menari, tapi tidak. Aku bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya. Aku bisa menghitung saat-saat terbahagiaku dengan jari. Satu adalah ketika aku lolos ujian pengacara. Kedua, ketika Guntur memanggilku Ibu untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya, dan yang ketiga adalah hari ini, di hari pernikahanku.Kalian tidak salah dengar. Aku baru saja menikah, dan aku tidak pernah sebahagia ini. Ingat pengacara tampan yang kuberi tahu Ava saat ulang tahun James? Ya, dia tidak mau menyerah, tidak peduli berapa kali aku menolaknya. Dia terus bertanya hampir setiap hari. Aku lelah ditanyai hal yang sama setiap har
Jadi, kalian sudah sampai pada akhir dari Penyesalan Mantan Suami dan cerita sampingannya. Aku hanya mau berterima kasih pada kalian semua atas cinta dan dukungan kalian akan buku ini. Ini adalah buku terpanjang yang pernah kutulis, dan sejauh ini adalah yang paling sukses. Buku ini tidak akan sesukses ini kalau bukan karena dukungan kalian. Maka dari itu, terima kasih banyak. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan buku ini dari awal sampai akhir. Hal ini sungguh berarti bagiku. Sekarang, aku mau mengumumkan bahwa buku Noah akan diunggah selanjutnya. Judulnya ‘Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan’. Aku masih mengerjakan plotnya, tapi akan kuunggah pada pertengahan Oktober, nantikan saja! Kita akan ada cerita sampingan soal Guntur dan mungkin satu lagi soal Lilly. Inilah sedikit intipan dari Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan. Di bawah ini hanyalah cuplikan kasarnya. ***Shella. Aku berjalan ke arah altar. Jantungku berdegup, dan langkahku lambat. Bunga mawa
Tiga tahun kemudian.Emma.“Serius, Emma, kapan kamu akan mulai berkencan?” tanya Ava sambil duduk di sampingku.Aku memandang ke arah halaman belakang, dan aku tak bisa menahan senyum yang muncul di bibirku. Hari ini adalah ulang tahun anak laki-laki Travis dan Ruby. James, dinamai dari ayah kami, yang berusia satu tahun hari ini.Ruby dan Travis menikah sekitar dua tahun yang lalu. Travis langsung melamarnya setelah aku sadar dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Kalian mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi pada pengemudi itu. Dia saat ini sedang menjalani hukuman lima tahun penjara karena mengemudi sembarangan. Aku berharap dia belajar dari kesalahannya.Kembali ke Travis dan Ruby. Kurasa melihatku di rumah sakit membuatnya menyadari betapa singkatnya hidup manusia. Dia melamarnya, dan Ruby setuju. Mereka menikah saat musim semi. Sebagai hasil dari perbaikan hubunganku dengan Ava, aku dibawa masuk ke pertemanan mereka. Calista dan Reaper menikah dalam sebuah pernikahan k
“Tidak! Aku harus mengejan!” seruku sambil menggenggam baju Gabriel. Aku merasa seperti sudah gila. Seolah aku sudah kehilangan akal sehatku. Rasa sakit ini sungguh sudah membuatku gila. Untungnya, kami sampai di kamar sebelum aku melahirkan di koridor rumah sakit sialan ini. Aku menghela nafas lega saat memasuki ruangan, dan mereka mulai mempersiapkanku. Ava sudah di dalam. Aku bersyukur memiliki seseorang yang mengerti rasanya kemaluan terbelah dua agar manusia cilik itu bisa terlahir ke dunia. “Aku tidak bisa menahannya lagi,” ujarku sebelum mengejan sekuat tenaga. Aku bersumpah bisa merasakan belahan pantatku seolah terbelah, yang menambah rasa sakitku.“Ini semua salahmu!” seruku pada Gabriel sambil mencengkeram erat tangannya. Aku menatap tajam padanya dengan nafas yang menderu. Batang hidungku kembang-kempis untuk berusaha meraup sebanyak-banyaknya oksigen ke paru-paruku. “Ayo, Hana, ejanlah!” ujar Ava sambil menyeka keringat dari dahiku. “Jangan pedulikan Gabriel.”“Jaha
“Tidak apa-apa, sayangku. Ibu hanya akan melahirkan. Ingatkah yang Ibu katakan padamu apa yang akan terjadi ketika sudah waktunya?”Dia menganggukkan kepalanya. “Iya. Ibu bilang akan merasa kesakitan, tapi aku tidak seharusnya takut, sebab itu bagian dari melahirkan bayi ke dunia.”“Bagus,” ujarku sambil meringis saat sakit kontraksi kembali menghampiri. “Itulah yang terjadi sekarang, jadi janganlah takut.”Gabriel menggenggam tanganku dan membantuku keluar dari kamar. Aku bernafas melalui hidung dan mulutku, tapi jujur saja. Ini sama sekali tidak membantu, ‘kan?“Aku hanya tidak paham. Kenapa Ibu harus kesakitan? Kenapa bayinya tidak langsung lahir saja tanpa menyakiti Ibu?”Hal terakhir yang kuinginkan adalah menorehkan trauma pada putriku dengan menjelaskan padanya bahwa rasa sakit memang lumrah untuk mengeluarkan bayi dari diriku. Dia pasti akan ingin tahu mengapa bayi harus dikeluarkan dengan mengejan, dan aku harus menjelaskan bahwa bayi itu besar, dan jalan keluarnya lebih kecil