“Nama saya Lydia, Nona Santoso.” Suster itu berkata dengan senyuman di wajahnya.Aku melihatnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mataku mengamatinya dengan tajam, lalu aku melirik ke arah Ruby yang melakukan hal yang sama.“Aku tidak pernah merekrut suster,” kataku pada mereka, “Mungkin Anda salah rumah, tetapi ini aneh karena Anda mengetahui namaku, jadi pastilah ada yang merekrut Anda atau Anda hanya sekedar menipu saja.”Jangan salah. Memiliki suster untuk merawatku selama beberapa hari atau beberapa minggu ke depan akanlah sangat membantu, tetapi ini sangat aneh.Lydia menaruh tasnya di bawah sebelum kembalu menatapku. “Saya direkrut oleh Pak Wijaya dan diminta untuk datang segera.”Geraman kekesalan keluar dari bibirku. Aku terkejut sekaligus merasa kesal secara bersamaan karena kelakuannya. Ketika aku memutuskan untuk tidak membutuhkan atau menginginkan bantuannya bersamaan dengannya memutuskan untuk akhirnya menjadi seorang pahwalan. Di mana dirinya selama ini selama pernika
Ruby membalas salam darinya dan aku hanya melihat ke arah mereka berdua. Ternyata, akulah satu-satunya orang yang tidak tahu kalau kakakku memiliki pacar. Aku bertanya-tanya apakah aku akan mengetahuinya jika bukan Ruby sendiri yang datang menemuiku.Aku berdiri perlahan dan memandang ke arah Rowan, “Kuhargai apa yang sedang kamu coba untuk lakukan sebab aku adalah Ibu dari anakmu, tetapi itu tidak penting. Aku sudah memikirkan segalanya.”Dalam hatiku, aku tahu bahwa itulah alasan mengapa dia sedang melakukan hal ini. Bukan karena dia peduli, tetapi karena aku adalah Ibu dari Noah. Lagi pula, bukan sekali dua kali dia menyadarkanku atas fakta itu.Kerutan menghiasi wajahya, “Bukan karena itu...”“Aku benar-benar tidak butuh bantuanmu, jadi bisakah kamu memintanya untuk mengambil kembali mobil tersebut dan membatalkan rekrutannya?” Kupotong bicaranya sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, sembari menunjuk kepada pria berjas itu lalu pada Lydia.“Benarkah kamu tidak butuh bantuan? Aku
Wajahnya mengeras lalu melangkah mendekat, “Berpikirlah dengan wajar sekali saja dalam hidupmu, Ava.”“Aku sedang bersikap wajar. Aku tidak butuh bantuanmu. Aku meminta cerai agar kamu bisa pergi dari hidupmu. Mengapa tiba-tiba kamu tertarik untuk membantuku ketika kamu sebelumnya tidak pernah peduli denganku?”“Kamu adalah Ibu Noah, wajar aku peduli. Lalu, kalau kamu lupa, aku tidak bisa sepenuhnya pergi dari hidupmu karena kita memiliki anak, pastilah hidup kita terikat.” Dia menggeram, matanya memancarkan kilatan amarah.“Hanya selama kurang lebih sepuluh tahun, dan selain menjadi bagian dari hidup Noah, bukan berarti kamu harus menjadi bagian dari hidupku,” bantahku.Aku sangat lelah, hingga akhirnya aku duduk di kursi minibar. Kepalaku rasanya seakan ditimpa beban seberat satu ton. Aku benar-benar hanya ingin tidur.Dia memerintah sekali lagi, “Ambil mobilnya.”Tanpa sadar suaraku menyentak, kehilangan kesabaran, “Mengapa tidak kamu saja yang mengambilnya dan telantarkan di tempat
Aku merapikan topi rajutku agar penampilanku terlihat rapi dan tidak terlihat seperti aku sedang bertarung melawan kematian.“Mengapa Ibu memakai topi rajut?” Tanya Noah sambil melihatku dengan tatapan curiga.Kami melakukan panggilan video melalui Skype setelah aku menundanya beberapa kali. Kebanyakan karena aku tidak dapat membuka mataku selama lebih dari lima menit. Hari ini syukurlah aku sudah merasa lebih baik.Aku menyandarkan diriku ke sandaran ranjangku. Topi rajut ini untuk menyembunyikan perban. Noah masih tidak tahu apa yang terjadi padaku, dan kupastikan dia tidak akan pernah.“Sedikit terasa dingin di sini, Ibu merasa kedinginan.” Tentu saja itu bohong.Aku merasa bersalah karena berbohong kepadanya, tetapi ini untuk kebaikannya. Jadi, dia tidak akan khawatir akan keadaanku.“Kita punya penghangat ruangan, Ibu, nyalakan saja.”“Penghangatnya tidak mau menyala. Ibu lupa memanggil seseorang untuk memperbaikinya.”Astaga, aku benar-benar tidak suka berbohong kepadanya. Sebagi
Ketukan di pintuku membuatku mengalihkan pandanganku dari laptopku.Suara Lydia terdengar, “Ada seseorang yang ingin melihatmu, Ava.”Aku akhirnya dapat membuatnya untuk memanggilku dengan nama, bukan dengan sebutan nona. Aku bersyukur Ruby meyakinkanku untuk membiarkannya tinggal, sebab dia benar-benar sangat membantu. Dia bahkan membantu beberapa pekerjaan rumah. Aku tidak tahu bagaimana aku akan bertahan hidup tanpanya.“Siapa itu, Ibu?”Kubilang pada Lydia untuk membiarkan siapa pun itu masuk dan aku mengembalikan pandanganku ke layar.“Wanita baik bernama Lydia. Dia di sini untuk membantu Ibu mengurus rumah,” jawabku kepadanya. Aku berpikir siapa yang datang berkunjung.Jika tebakanku benar, pasti antara Ruby atau Ethan. Keduanya mampir beberapa kali untuk mengecekku.“Mengapa Ibu butuh bantuan? Ibu tidak pernah membutuhkannya sebelumnya, karena Ibu kuat.” Dia memandangku dengan curiga.Noah tentu saja benar. Aku selalu melakukan segalanya sendiri. Bahkan ketika aku tinggal di man
Rowan.Aku duduk di kursiku, sedang mengurus surat-surat yang perlu kuurus. Aku mencoba untuk fokus, tetapi aku tidak bisa. Pikiranku masih melayang pada fakta bahwa Ava lagi-lagi mengabaikan teleponku. Jika bukan karena telah merekrut Lydia, aku tidak tahu bagaimana kabarnya.Aku masih sulit percaya bagaimana dia sudah berubah. Bisa dibilang bahwa Ava yang kukenal sudah pergi dan yang sekarang menggantikannya adalah orang lain.Ketika Emma memutuskan untuk kembali, aku takut bahwa Ava akan membuat masalah. Takut dia akan membuat keributan seperti yang dilakukannya semasa remaja. Ternyata aku salah.Aku seharusnya senang bahwa dia menjaga jaraknya, sehingga tidak menimbulkan masalah bagiku, tetapi sebagian dari diriku terganggu oleh itu. Sangat aneh rasanya ketika aku merasa terganggu akan itu dan aku benci akan perubahannya sekarang.Akhirnya aku menyerah mencoba untuk fokus, lalu berdiri. Aku berjalan ke arah jendela. Aku memandangi luar, mencoba untuk merilekskan pikiranku dari Ava.
Aku tahu, pasti dia heran apa yang telah terjadi. Semua orang tahu aku tidak pernah benar-benar memedulikan Ava. Astaga, maksudku, kami pernah menikah. Aku terkenal dan memiliki musuh, tetapi aku tidak pernah menugaskan penjaga untuknya, malah Noah memiliki dua orang penjaga.Astaga, Ava sendiri juga bertanya-tanya apa yang terjadi padaku. Mengapa tiba-tiba aku tertarik pada kesejahteraan dan keselamatannya. Aku juga tidak menemukan jawabannya, sebab aku juga bingung mengapa tiba-tiba dia penting bagiku.Aku menghela nafas, merasa lelah.Aku mengecek jamku, sudah pukul enam. Aku harus bertemu dengan Travis dan Gabe untuk minum pukul setengah tujuh sebelum pulang ke rumah.Aku mengambil dokumenku, lalu meninggalkan kantorku. Suasana hatiku sedang jelek, bahkan karyawanku tidak berani untuk mengucapkan selamat sore padaku.Aku sampai di klub tempat waktu, dan langsung menuju ruangan privat. Ini adalah salah satu klub ekslusif yang kumiliki bersama Gabe.“Akhirnya kamu sampai. Bisakah kam
AvaAku benar-benar sangat gugup saat menyiapkan kencanku dengan Ethan. Sudah dua minggu sejak aku keluar dari rumah sakit, dan sekarang aku sudah pulih. Dokter sudah menyatakan aku pulih, bahkan aku sudah kembali bekerja beberapa hari lalu.Dalam dua minggu, banyak hal yang telah berubah. Ruby dan aku menjadi semakin dekat, begitu juga dengan Ethan dan aku. Dia mengajakku keluar beberapa hari lalu, yang kusambut dengan senang hati.Ethan sangat baik untukku. Dia membuatku tertawa dan rileks. Dengannya aku merasa nyaman. Ketika aku bersamanya, aku melupakan Rowan. Aku melupakan hatiku yang hancur.“Rambut diurai atau dikuncir?” Tanyaku kepada Ruby.Kami sedang melakukan panggilan video dan dia membantuku bersiap-siap.Sejujurnya, ini kali pertama aku pergi kencan. Seperti yang kukatakan sebelumnya, laki-laki tidak pernah mengajakku kencan sebelumnya.Di pernikahanku, Rowan tidak pernah mengajakku kencan. Kami bahkan tidak pernah melakukan hal normal yang dilakukan jika mereka jatuh cin
Astaga, seharusnya kulepas saja Rowan begitu dia memutuskan untuk menikahi Ava. Dia tidak harus untuk menikahinya, tapi dia tetap menikahinya, karena mungkin jauh di lubuk hatinya, dia mulai merasakan suatu hal yang berbeda. Seharusnya aku langsung melupakan hubungan kami ketika kusadari bahwa tidak ada masa depan bagi kami. Aku membenci diriku sendiri, karena Mia baru saja menunjukanku hal di mana aku menghancurkan Calvin. Yang dilakukannya hanyalah mencintaiku, sedangkan aku memanfaatkannya dan membuatnya terus melekat padaku alih-alih membiarkannya pergi. “Baik, sepertinya sudah cukup untuk hari ini,” ujar Mia setelah aku sudah menenangkan diri dan tangisanku sudah usai. Hari ini sungguh menyakitkan, tapi ini juga menorehkan cahaya baru bagiku. “Terima kasih,” ujarku sambil terisak dan mengusap hidungku dengan tisu yang diberikannya padaku. “Sama-sama,” balasnya. “Kita akan bertemu lagi lusa.”Saat di sesi keempatku, kami setuju bahwa aku akan menemuinya setiap lusa setelah ses
Emma“Pikirmu kenapa kamu tidak mau melepas Rowan? Coba pikir kenapa kamu tidak bisa melepasnya selama bertahun-tahun bahkan setelah mengetahui dia sudah menikah dengan Ava?”Pertanyaan Mia terus terulang di benakku saat aku berpikir cara untuk menjawabnya. Kenapa aku tidak melepas Rowan begitu dia tidur dengan Ava? Kenapa aku terus berpegang akan hubungan kami meskipun pada faktanya dia menikahi dan menetap bersamanya selama bertahun-tahun?Tentu, semua orang berkata akan betapa sengsaranya Rowan. Berkata bahwa hubungannya dengan Ava tidaklah baik. Semua orang mengatakan padaku bahwa dia masih mencintaiku dan menolak untuk memberi Ava kesempatan. Kalau dilihat kembali, aku tidaklah sebuta dulu. Di luar apa yang semua orang katakan padaku, dia masih saja memilih untuk menikahinya. Dia bisa saja meminta untuk bercerai kapan pun dia mau. Bisa saja dia minta bercerai saat Ava lulus sekolah, cukup mapan dalam pekerjaannya dan Noah sudah sedikit lebih besar. Dia masih bisa untuk hadir dala
“Coba saja.”Dia menggigit bibirnya. Untuk membuktikan kesungguhanku, aku menarik kembali jariku. “Kamu,” suaranya terdengar pelan, seakan gugup.Mataku bertemu dengannya, dan aku bisa melihat jelas kegugupannya. Aku kaget, tapi juga bahagia. Aku tidak bisa mengingat malam itu dengan jelas. Saat itu, aku tidak yakin bahwa dia masih perawan di malam pertama kami tidur bersama.“Setelah Eddy, apa ada orang lain?”Hana menggeleng, pipinya merona lagi. Aku tidak peduli mau itu hanya Eddy, atau ada tiga orang lain selain Eddy. Aku merasa dia adalah milikku dan aku ingin menghapus sisa-sisa sentuhannya dari tubuh Hana sepenuhnya. Jariku kembali masuk ke dalam lubangnya yang sempit, kudorong cukup keras sampai dia terkesiap. Pada saat bersamaan, telapak tanganku menggesek klitorisnya, sampai-sampai dia seakan menunggangi tanganku sambil terengah. Kulitnya terlihat merah muda dan agak berkeringat.Pengakuannya itu menghunus hatiku bagaikan peluru, tetapi aku sudah menyangkanya, dan pada akhi
GabrielAku menarik diriku dari Hana dan menatapnya. Hana, wanita yang merebut hatiku hanya dalam beberapa bulan setelah dia kembali ke hidupku.Setelah Kinan, kupikir aku sudah benar-benar mati rasa akan wanita. Kupikir hatiku tidak akan pernah lagi mendambakan wanita lain. Aku sudah sangat yakin bahwa aku hanya akan berhubungan dengan wanita hanya untuk menggunakan tubuhnya, lalu mencampakkannya setelah aku merasa bosan sebelum mencari wanita lain.Aku tidak pernah mengira Hana akan menjadi sebuah anomali bagi perasaanku. Aku belum mempersiapkan diri akan kehadiran dan perubahan yang akan dibawanya ke dalam hidupku. Dia bagaikan badai yang datang diam-diam. Sebuah badai yang menelanku dan kubiarkan saja, sebab entah mengapa ada sesuatu dalam dirinya yang membuat diriku tertarik.Aku menatapnya sekarang dengan penuh rasa bersyukur. Aku bersyukur sebab dia memutuskan untuk memberikanku sebuah kesempatan. Dia mau memberi kesempatan bagi hubungan kami. Dialah yang kuinginkan. Aku tidak m
Ketika aku sudah selesai membaca semuanya dan menaruhnya di atas meja, tanganku gemetaran dan jantungku berdegup kencang. Aku benar-benar kehabisan kata-kata saat aku ganti melirik dari wajah Gabriel ke dokumen di atas meja. “Gabriel,” ujarku sambil menggelengkan kepalaku. “Aku tidak mengerti.”Dia menautkan tanganku ke tangannya yang lebioh besar. Tatapannya hanya menyiratkan kehangatan dan kasih sayang. “Aku sudah memutar otakku untuk mencoba menemukan cara agar aku bisa membuiktikan padamu bahwa aku menginginkan ini. Bahwa aku menginginkan ‘kita’. Ide ini datang saat kita ada di Rafles. Aku sudah meminta pada pengacaraku untuk membuat dua dokumen baru, lalu membuatnya membawanya kemari. Yang perlu kamu lakukan hanyalah menandatanganinya.”“Tapi, perusahaannya masih milikmu dan kontraknya masih belum usai ...” Aku mengatakan itu dengan tergesa saat otakku menolak untuk bekerja sama. “Aku benar-benar ingin kesempatan kedua bersamamu, Hana. Aku menginginkan pernikahan yang sungguhan
“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Gabriel sambil menarikku ke arah ballroom, di mana semua orang tengah berdansa. Setelah makan malam, ada beberapa sambutan dan kemudian, seluruh orang diperbolehkan untuk bersantai dan menikmati pesta. Mataku seketika tertuju pada Ava dan Rowan. Mereka terlihat berada di dunia mereka sendiri saat menyeretkan langkah mereka untuk menyeberangi ruangan. Pandangan mereka memancarkan kasih bagi satu sama lain. Aku menginginkannya. Aku menginginkan pria yang melihatku seolah akulah pusat semestanya dan tujuan hidupnya satu-satunya. Aku ingin menjadi wanita yang menggenggam hatinya. Aku sangat ingin dicintai begitu dalam sampai seluruh orang menyadarinya dari aura dirinya.Pandanganku kembali pada Gabriel saat dia menarikku mendekat. Sebenarnya sungguh tidak pantas untuk berdansa sedekat ini di acara seperti ini, tapi sepertinya Gabriel tidak memedulikannya. Aku menatap matanya dan hanya melihat rasa kekaguman di dalamnya. Aku juga melihat sesuatu ya
Sementara kami mengobrol, mata Ava terus kembali ke Rowan. Kalian bisa melihat cinta yang ada di sana. Terlepas dari semua yang telah dia alami, dia masih bisa memberinya kesempatan lagi.Pandangan Rowan, tentu saja juga terus melirik istrinya. Sepertinya dia benar-benar tidak bisa mengalihkan pandangannya darinya bahkan tangannya, mengingat dia selalu mencari alasan untuk menyentuhnya.Aku tahu betapa kejamnya Rowan terhadap Ava selama tiga tahun pernikahan mereka dari cerita Gabriel. Dia memperlakukannya seperti dia bukan siapa-siapa. Tapi sekarang, Ava tampaknya menjadi seluruh dunianya. Cintanya kepada Ava bersinar terang, jelas untuk dilihat semua orang. Aku tidak pernah menyangka dia akan berubah terhadap Ava, tapi bukti perubahan dan cintanya terpampang jelas di depan mataku.“Ada sesuatu yang mengganggumu,” bisik Ava yang menarikku dari pikiranku.Aku menoleh ke arahnya, pandanganku mencari sesuatu di wajahnya. “Apa kamu benar-benar sudah memaafkan Rowan? Bagaimana kamu melakuk
“Ayo pergi sebelum kita terlambat,” ujarku setelah kami berdua berhasil mengatur nafas.Dia mengangguk, sementara tangannya meluncur turun dan menggenggam tanganku, lalu menarikku keluar dari kamar kami.“Kamu terlihat menakjubkan, Tante Hana!” seru Shella dengan suaranya yang penuh kegembiraan ketika dia melihatku.“Iya! Kamu cantik sekali, Ibu,” tambah Lilly sambil melompat-lompat penuh semangat.“Terima kasih, sayang,” jawabku. Shella akan pulang nanti malam karena harus sekolah besok. Karena aku dan Gabriel tidak akan ada di rumah saat dia pergi, kami telah mengatur agar sopir kami mengantarnya. Dia akan memastikan Shella pulang dengan selamat.“Sekarang, kalian berdua bersikap baiklah pada Sharon, ya. Jangan bikin masalah, oke?” ujarku dengan nada memperingatkan.“Akan kami lakukan!” jawab mereka serempak.Pandanganku terus tertuju pada Shella sejak aku bertemu dengannya. Seperti yang pernah aku bilang, ada sesuatu tentang dirinya yang menarik perhatianku. Sesuatu yang terasa akr
“Sudah selesai.”Ketika aku tidak dapat menemukan gaun yang cocok untuk acara ini, Gabriel memanggil bantuan. Sebuah tim lengkap tiba sekitar tiga jam yang lalu untuk membantu merias wajah dan menyiapkan gaunku.Riasanku sempurna. Sang penata rias memilih tampilan yang elegan. Mataku dihiasi dengan eyeshadow lembut namun tegas yang memperdalam keindahan alaminya, dikelilingi bulu mata panjang nan lentik yang membuat tatapanku semakin memikat. Sentuhan emas yang berkilauan di sudut dalam mata memberikan kecerahan serta menonjolkan kehangatan tatapanku, sementara rambutku tergerai dalam gelombang natural dan terlihat berkilau seperti sutra di bawah cahaya lembut.Untuk gaunku, kami memilih gaun merah karena merah telah menjadi warna favorit Gabriel saat aku mengenakannya. Gaun itu adalah perpaduan menawan antara seksi dan elegan, dibuat dari satin berwarna merah rubi yang membalut lekuk tubuhku dengan indah. Leher gaunnya menjuntai cukup rendah untuk terlihat menggoda, sementara detail r