Share

Bab 132

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 08:03:51

"Bagus, besok aku akan mengorek keterangannya!"

Kemudian Prabu Narayana meninggalkan tempat itu tanpa basa-basi lagi. Bayu hanya garuk-garuk kepala melihatnya.

"Apa wataknya memang seperti ini?" gumamnya sangat pelan.

Melihat dari cara kedatangannya, Prabu Narayana jelas memiliki ilmu kanuragan.

***

Esok harinya orang-orang seistana jadi geger setelah tahu ada seorang penyusup masuk. Terlebih para prajurit yang kebagian ronda, mereka merasa kecolongan.

Mungkin karena selama ini belum pernah ada kejadian yang mengganggu keamanan istana.

Gadis penyusup kini sudah diikat pada sebuah tiang yang menancap di pinggir lapangan kecil tempat mengeksekusi orang yang dianggap telah terbukti melanggar aturan kerajaan.

Semua yang melihat tampak heran karena penyusup ini seorang gadis cantik yang pastinya banyak disukai laki-laki.

Prabu Narayana tampak berdiri di depan gadis itu. Tidak ada keramahan di matanya. Bentuk
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 133

    "Sembunyi! Jangan sampai menampakan diri!" perintah Karsa.Semuanya langsung sigap mengikuti perintah termasuk Sangara yang masih keheranan. Semuanya melihat ke arah jalan."Ada apa?" tanya Sangara lagi begitu berada dekat dengan Karsa."Tunggu saja, lihat ke jalan!"Beberapa saat kemudian lewatlah tiga orang berkuda yang berjalan pelan. Salah satunya sangat mereka kenal yaitu Seruni."Seruni!" desis Sangara. "Siapa dua orang yang bersamanya?"Mereka sudah tidak ingat lagi wajah Prabu Surya dan Bayu. Apalagi sekarang penampilan keduanya berbeda."Apa kita tangkap saja?" usul Sangara."Jangan gegabah!" tukas Karsa. "Lebih baik kirim saja pengintai, cari tahu mereka hendak kemana!""Boleh juga!"Beberapa hari sebelumnya mereka terkejut mendapati tawanan mereka hilang begitu saja. Yang sangat mengejutkan kereta kudanya juga ikut menghilang.Tidak ditemukan jejak apapun dari mereka. Bahkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 134

    Seruni sudah menduga akan mengambil arah ini. Sementara Bayu yang tidak tahu jalan hanya ikut saja.Setelah beberapa lama terlihat di tengah jalan, seorang lelaki setengah baya berdiri menghadang. Di tangannya tergenggam tombak pendek bermata pedang.Orang ini berwajah garang, kumis dan jambang bawuknya tebal. Badannya cukup kekar menonjolkan otot yang sering ditempa.Baik Prabu Surya atau Bayu tampak tenang saja. Karena memang ini yang ditunggu sejak kemarin.Sebenarnya perjalanan dari Purwa Sedana ke Girijaya bisa dilalui lewat jalan yang lebih dekat dan menjadi jalan utama penghubung antar dua kerajaan tersebut.Namun, Prabu Surya sengaja mengambil rute berputar yang cukup jauh dan menjadikan Seruni sebagai umpan. Agar orang-orang yang berada di belakang semua ini muncul."Serahkan gadis itu, maka kalian akan kubiarkan hidup!"Prabu Surya tertawa mengekeh. "Aku tidak percaya, maka tidak akan menyerahkan dia!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 135

    Istana kerajaan Girijaya.Kertasinga, putra Prabu Gendrayana tampak sedang menghadang empat orang pejabat yang ternyata pengkhianat kerajaan. Mereka adalah tiga menteri dan satu senapati.Ketiga menteri itu tidak lain adalah Suro, Sangara dan Karsa. Sedang sang senapati yaitu Lembu. Sebelumnya mereka telah memberikan kabar bahwa pamannya yaitu Prabu Surya dari Cundamanik telah disandera mereka.Mereka menuntut Prabu Gendrayana menyerahkan tahtanya kepada senapati Lembu. Di luar istana juga sudah siap ratusan prajurit binaan senapati Lembu yang kebanyakan murid dari perguruan Sagentra.Mereka segera menyerbu istana begitu mendengar kabar dua orang yang membawa Seruni menuju ke sini.Saat ini mereka bukan di istana utama, tapi di tempat terpencil yang letaknya di belakang istana. Di sana terdapat rumah kecil yang digunakan untuk bertapa.Prabu Gendrayana berada di dalam sedang melakukan tapa. Dia masih memegang jabatannya sebagai r

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 136

    Di tempat lainnya ada sekelompok prajurit yang ditugaskan untuk mendatangi kediaman selir Sekarsari. Mereka prajurit Girijaya.Seorang senapati yang masih setia kepada Girijaya mendapatkan kabar secara rahasia dari Purwa Sedana bahwa sebenarnya Prabu Surya tidak disandera kelompok senapati Lembu.Diberitahukan juga bahwa Prabu Surya sedang dalam perjalanan menuju Girijaya secara menyamar.Utusan rahasia dari Purwa Sedana juga menyarankan agar selir Sekarsari ditangkap. Pokoknya semua informasi dan rencananya disampaikan dengan jelas.Sayangnya setelah sampai di kediaman selir Sekarsari, keadaan rumahnya sepi. Hanya ada para pembantu saja yang bekerja di sana.Dipastikan sang selir sudah kabur dan tidak salah lagi dia berlindung di balik ketiak ayahnya, Ki Gandara, guru besar perguruan Sagentra.Maka rencana yang lain dijalankan, salah satu prajurit segera pergi melapor ke pasukan Purwa Sedana lain yang dipimpin langsung Prabu Nar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 137

    "Terima kasih, kau telah membantu urusan di negeri ini. Sekarang kau bisa kembali ke tempat asalmu."Setelah bicara begitu, tiba-tiba sosok Prabu Surya lenyap. Bayu sudah berada di hutan yang semula ia lewati. Anehnya kereta kuda ajaib juga ada disampingnya.Tidak ada lagi hiruk pikuk istana Girijaya. Yang terlihat hanya hutan rimbun dan sepi. Sepertinya waktu tidak bergerak sama sekali. Masih seperti ketika menemukan Prabu Surya di tengah jalan.Pengalaman sebelumnya memang seperti mimpi saja. Entah di alam mana kejadian itu.Ketika menoleh ke kereta kuda, ketiga istrinya sudah berdiri di tempat kusir."Apakah yang kita alami tadi hanya sekadar ilusi?" tanya Bayu."Apakah gadis bernama Seruni itu juga ilusi?" balik tanya Asmarini dengan nada cemburu. Dua istri lainnya juga menunjukkan muka yang sama."Ah!" Bayu tertawa sambil usap-usap dahi. "Kalian masih cemburu, berarti bukan ilusi. Kalau begitu aku ingin kembali ke n

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 138

    Dua orang berteriak keras bersamaan dengan tubuhnya yang terpental dari arena pertarungan. Mereka sempoyongan sambil memegang lehernya yang terasa seperti dicekik. Tiga orang lain tampak panik. Mereka tidak percaya begitu sulit merobohkan satu orang saja, perempuan lagi. Padahal semuanya sudah mengerahkan ilmu paling diandalkan. "Keparat!" "Jangan beri ampun lagi, bunuh jalang ini!" Sementara itu satu orang kawan mereka yang pertama tadi telah terkapar tak bernyawa akibat racun Kelabang Ireng yang ganas. Disusul dua orang lagi yang kini kelojotan di tanah sambil memegang leher dan mengeluarkan suara seperti ayam disembelih. Tiga warok tersisa makin tersulut amarahnya. Mereka kerahkan seluruh tenaga dalam yang dimiliki. Niat yang awalnya hanya ingin bersenang-senang menikmati tubuh Sujiwati berubah menjadi ingin membunuh. Sepasang tangan masing-masing tampak menghitam laksana baja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 139

    Semua sinar hitam tidak ada yang mampu melukai tubuh Soca Srenggi. Tidak satu pun bagian tubuh yang menjadi kelemahan. Bahkan ketika diarahkan pada rongga mulut ketika lelaki tua itu tertawa lebar. Lepp! Sinar hitam masuk ke dalam mulut seperti ditelan saja. Orangnya tetap tegak tak bergeser sedikit pun. Suara tawanya terdengar menyeramkan. "Sialan, dia punya ilmu baru rupanya. Tubuhnya kebal dan sulit menemukan kelemahannya!" gumam Sujiwati. Dia hentikan serangan. Mengatur napas beberapa saat karena tenaganya terkuras. "Kenapa berhenti? Teruskan! Atau kau sudah tidak sabar ingin bersenang-senang. Ha... Ha... Ha...!" "Baiklah, aku tidak ingin berurusan denganmu lagi. Anggap saja di antara kita tidak ada silang sengketa!" Sujiwati berkata seperti itu karena sadar tidak akan mampu mengalahkan musuhnya. Kemudian gadis ini berbalik hendak meninggalkan tempat itu, tapi tiba-tiba saja sosok Soca Sren

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 140

    "Tidak, aku merasa seperti murid tunggal. Atau mungkin guru mendidiknya di tempat lain sehingga aku tidak tahu. Guru juga tidak pernah memberi tahu hal itu.""Bisa jadi. Kita lihat saja dia pasti masih mencari Dinda!""Perasaanku jadi tidak enak. Takut terjadi apa-apa dengan guru!""Kalau begitu kita percepat perjalanan," ujar Bayu.Kemudian Bayu memerintahkan kereta kuda agar menghilang dari pandangan manusia biasa. Lalu bergerak cepat ke tempat tujuan.Sebelum sampai di kampung kecil tempat tinggal Ki Grengseng kereta ajaib tersebut kembali menampakkan diri layaknya kereta kuda biasa memasuki kampung tersebut.Rumah Ki Grengseng berada di pelosok agak terpencil dari yang lainnya. Nindya Saroya langsung melompat turun begitu melihat barang-barang di halaman depan tampak berantakan.Perasaan tidak enak Nindya Saroya menjadi kenyataan. Dia menemukan Ki Grengseng terkapar di tengah lantai hampir sekarat.Kakek tua

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 191

    Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 190

    Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 189

    Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 188

    Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 187

    Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 186

    Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 185

    Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 184

    Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 183

    Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status