"Hmmm, mari kita ke sana!"
Amoksa memutar badan menghadap ke timur. Hari sudah semakin terang. Pemuda ini sama sekali tidak merasa silau saat sinar surya menerpa wajahnya.Kemudian sosok Amoksa melayang satu tombak dari atas tanah, lalu bergerak maju ke arah timur. Nini Manjeti memberi isyarat agar mengikuti.Kini terlihat satu sosok terbang di depan yang diiringi tiga orang berlari di belakangnya.Di sebelah timur pulau memang menjadi tempat pelarian para pendekar dari wilayah timur pulau Jawa. Semuanya dari golongan hitam yang menjadi buronan baik para pendekar golongan putih atau buronan pemerintah.Mereka lebih memilih sembunyi karena para pendekar yang mendukung pemerintahan baru lebih kuat-kuat. Tidak seperti ketika Majapahit masih berdiri, mereka masih mampu melawan para pendekarnya.Namun, setelah Demak berdiri, para pendekar yang masih memeluk keyakinan lama lebih banyak menyeberang ke pulau Bali walaupun masih ada yang"Aku Sujiwati si Kelabang Ireng!" garis mata dan bibir wanita ini berwarna hitam, tapi tetap menarik. Di pinggang sebelah kanannya menggantung sebuah kantung yang lebarnya menutupi lingkar paha kanan.Di dalam kantung yang terbuat dari kulit binatang ini tersimpan puluhan kelabang hitam beracun yang menjadi senjata andalannya."Hmm, menarik. Kemarilah, kau menjadi pendampingku dan layani aku seperti seorang istri kepada suami!" kata Amoksa langsung.Sujiwati si Kelabang Ireng pun segera mendekat. Tentu saja hatinya senang mendapat lelaki lebih muda yang menyukainya. Apalagi memiliki kekuatan besar. Ini akan menguntungkan baginya."Aku siap melayani Gusti," ucap Sujiwati lembut sambil tidak ragu-ragu melingkarkan tangannya ke tengkuk Amoksa."Bagus, bawa aku ke rumahmu. Aku akan tinggal bersamamu!"Kelabang Ireng menarik Amoksa ke tempat tinggalnya. Nini Manjeti memerintahkan agar semuanya kembali ke tempat masing-masing sampai ad
Amoksa dan Nini Manjeti dikepung di tengah-tengah oleh pasukan duyung. Tidak ada yang memakai senjata. Semuanya melepaskan pukulan jarak jauh secara bersamaan dan teratur.Dari pukulan yang dilancarkan, melesatkan jutaan sisik ikan yang menjadi senjata andalan pasukan duyung. Sisik ikan ini bukan sembarangan. Satu sisik saja sangat kuat dan tajam mampu menembus kulit badak sekalipun.Akan tetapi Amoksa tampak tenang saja. Lalu sosoknya melayang seperti biasa dua tombak dari daratan dan berubah menjadi enam. Keenamnya menyebar ke setiap arah.Dari setiap sosok dilapisi uap panas yang mampu menahan setiap serangan yang datang. Tubuh enam sosok Amoksa kebal dari segala pukulan musuh.Sebaliknya dengan bebas titisan Naga Sangkala ini melepaskan hawa panas. Dalam sekali sentak, hawa panas menghanguskan sisik-sisik ikan yang beterbangan.Bahkan bisa tembus sampai menghantam pasukan duyung, ratusan makhluk berbentuk manusia setengah ikan ini len
"Bayu!" teriak Miranti langsung menghambur memeluk si pemuda yang tampak kaget dan kebingungan karena tiba-tiba saja muncul tiga orang di tempat itu.Walaupun wajah Bayu tampak jelek karena ditutup oleh penyamaran, tapi Miranti tahu kalau itu memang Bayu. Selain sudah hapal bentuk tubuh si pemuda, permata biru tidak akan salah menunjukkan jalan.Jadi Miranti yakin bahwa pemuda itu adalah Bayu. Maka dia langsung memeluk pemuda itu meluapkan kerinduannya.Sementara Nini Padma langsung tahu begitu melihat sosok Sakayuni karena mereka masih satu golongan. Dari hawa yang memancar dari tubuh gadis itu adalah hawa makhluk alam gaib."Miranti, Eyang!" Bayu sudah melepaskan pelukan gadis itu dengan pelan. Sementara Miranti senang bukan main bisa bertemu lagi dengan lelaki pujaan hatinya.Tanpa basa basi Eyang Ismaya segera menceritakan keadaannya setelah memperkenalkan Sakayuni. Setelah itu dia pamit kembali ke alam dimensi lain. Sementara Miranti
Angin kecil basah seketika menerpa ke wajah Bayu yang membuat bahan yang melapisi wajah Bayu tersapu bersih sehingga tampaklah muka asli si pemuda yang mempesona.Bayu sempat terkesiap, tidak menyangka dan tidak siap dengan apa yang dilakukan Asmarini tadi."Nah, begitu! Karena sekarang percuma kalau masih ditutupi!" ujar Nini Padma. "Tiga calon istrimu tidak akan tertipu!"Awalnya Asmarini dan Nindya Saroya tidak bisa menebak siapa di antara Sakayuni dan Miranti yang disebut calon istri Bayu.Nini Padma dalam wujud wanita setengah baya. Sakayuni berdiri dekat wanita guriang itu. Sedangkan Miranti berada lebih dekat dengan Bayu. Dugaan mereka mengarah kepada cucunya Eyang Ismaya itu.Entah kenapa mulut Bayu jadi terasa kelu. Bingung apa yang harus dikatakan. Perasaannya tidak karuan. Asmarini dan Miranti jelas sudah tahu perasaan dua gadis itu, lalu apakah Nindya Saroya juga memiliki perasaan yang sama?"Sudah jelas mereka pasti
Bayu sudah diberi tahu Nini Padma tentang kedua orang ini."Sudah lama kita tidak merasakan kehangatan tubuh wanita, sekarang mereka datang menyerahkan sendiri. Ha... Ha... Ha...!" Yang lain menimpali.Pikiran kotornya langsung mencuat begitu melihat empat wanita yang semuanya berparas cantik."Kami datang untuk mengubur kalian semua di sini!" Teriak Nini Padma. "Jangan anggap sepele walau kami sedikit!"Ucapan Nini Padma disambut tawa merendahkan."Dasar Nenek tua, sudah bau tanah masih banyak bacot! Kau dan pemuda itu yang pertama kami kirim ke akhirat!" damprat yang lain.Sakayuni menoleh ke arah tiga gadis. "Kita berempat siap-siap menghabiskan mereka semua, karena calon suami kalian akan menghadapi pemimpin mereka di alam siluman bersama Nini Padma!"Tiga gadis calon istri Bayu hanya mengangguk kecil. Mereka sudah menghitung kekuatan musuh yang lebih banyak berkali lipat. Namun, mereka sepertinya yakin bisa melewati
Entah sudah berapa lama, akhirnya Nini Padma memberi tahu bahwa di depan sana adalah gerbang pertama Puri Iblis.Dari jauh Bayu sudah melihat penjaga gerbang pertama tampak dua sosok. Mereka ternyata sosok nenek yang rupanya sama persis alias kembar.Nenek kembar ini berwajah pucat dan menyeramkan.Nini Padma sudah mengambil jarak. Bayu berdiri tegap menatap tajam dua nenek yang berdiri empat tombak di depannya. Mereka memegang tongkat kayu yang lurusnya tak beraturan.Bayu siapkan kekuatan.Sepasang nenek kembar mulai bergerak. Mereka meloncat sambil berputar satu ke kiri satu ke kanan. Tongkat diputar cepat dan kuat. Mereka bertemu di satu titik, yaitu sasaran mereka.Bayu jongkok, melindungi dirinya dengan Ilmu Perubahan Energi yang dibentuk menjadi perisai. Dua tongkat nenek kembar datang menggebuk lapisan pelindung tak kasat mata.Dukk!Kejap berikutnya sepasang tongkat membabat ke bagian bawah. Bayu yang s
Bayu menjatuhkan diri ke pasir karena tenaganya cukup terkuras. Dadanya terasa sesak. Kemudian segera duduk bersila dan menyalurkan hawa sakti.Di sana tidak ada hujan lagi. Suasana seperti biasa, langit tetap terang tanpa matahari. Entah sudah berapa lama Bayu berada di alam ini. Tantangan selanjutnya adalah penjaga gerbang ke dua.Jarak menuju gerbang itu sekitar dua puluh tombak lagi, tapi Bayu sudah melihat sosok yang menjaga gerbang tersebut. Tampilannya masih muda seumuran dia. Berjubah hitam dan membawa tongkat sepanjang tinggi tubuhnya.Bayu sudah berdiri dalam jarak lima tombak dari penjaga gerbang kedua."Siluman ini siapa namanya?" tanya Bayu."Dia disebut Rangrang Geni!"Kemudian Nini Padma sudah mengambil tempatnya sendiri. Mengapa wanita guriang ini belum juga membantu Bayu? Mungkin belum saatnya.Rangrang Geni bersikap dingin sedingin wajahnya yang pucat pasi. Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut
Akhirnya dengan santai Bayu melangkah menuju gerbang selanjutnya. Nini Padma mengiringi di sampingnya. Namun, setelah ratusan langkah sang pendekar merasakan ada keanehan.Ya, pintu gerbang di depan sana sepertinya masih dalam jarak yang sama. Tidak mendekat sama sekali. Setelah diperhatikan ke bawah ternyata mereka berjalan di tempat."Walah! Aku kira tidak ada rintangan lagi!" umpat Bayu.Rintangan aneh ini cukup menggelikan. Meski sudah melompat jauh, tapi tetap kembali ke tempat semula. Lalu mencoba berlari, tetap saja berlari di tempat. Akhirnya menggunakan ilmu peringan tubuh.Memang mereka bisa melewati belasan tombak, tapi jarak ke pintu gerbang tetap sama. Seolah-olah gerbang itu menjauh. Terpaksa Bayu berhenti. Diam di tempat sambil mencari solusi.Nini Padma hanya angkat bahu ketika majikan mudanya menatap penuh tanya."Coba kembali lagi!" Bayu berbalik lalu melangkah pelan saja. Ternyata masih jalan di tempat. Akhirny
Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark
Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak
Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K
Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta
Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya
Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika
Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak
Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K
Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.