Share

Bab 108

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 08:04:28

Akhirnya dengan santai Bayu melangkah menuju gerbang selanjutnya. Nini Padma mengiringi di sampingnya. Namun, setelah ratusan langkah sang pendekar merasakan ada keanehan.

Ya, pintu gerbang di depan sana sepertinya masih dalam jarak yang sama. Tidak mendekat sama sekali. Setelah diperhatikan ke bawah ternyata mereka berjalan di tempat.

"Walah! Aku kira tidak ada rintangan lagi!" umpat Bayu.

Rintangan aneh ini cukup menggelikan. Meski sudah melompat jauh, tapi tetap kembali ke tempat semula. Lalu mencoba berlari, tetap saja berlari di tempat. Akhirnya menggunakan ilmu peringan tubuh.

Memang mereka bisa melewati belasan tombak, tapi jarak ke pintu gerbang tetap sama. Seolah-olah gerbang itu menjauh. Terpaksa Bayu berhenti. Diam di tempat sambil mencari solusi.

Nini Padma hanya angkat bahu ketika majikan mudanya menatap penuh tanya.

"Coba kembali lagi!" Bayu berbalik lalu melangkah pelan saja. Ternyata masih jalan di tempat. Akhirny
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 109

    Akibatnya dua tusukan tongkat menghantam pinggang dan bahu. Tiga lainnya masih bisa ditangkis.Bukk! Bukk!Selanjutnya Bayu disibukkan menghadapi serangan lima tongkat lawan yang gerakannya sangat cepat.Bayu salurkan hawa sakti agar gerakannya lebih gesit lagi. Tidak lupa dia menggunakan berbagai macam perubahan energi agar bisa mengimbangi lawan.Juga membaca dan mencari inti sari jurus lima lawannya.Seperti biasa energi yang memenuhi udara di tempat itu dimanfaatkan menjadi perisai.Secara bertahap, akhirnya dia mampu mengimbangi kelima lawannya. Sekarang dia berpikir cara untuk menangkap tengkuk kelima lawannya.Seperti yang dilakukan pada nenek kembar, Bayu incar salah satu lawan. Mendesak satu orang sambil bertahan dari empat lainnya. Sampai berhasil merebut tongkatnya.Sett!Tangan kosong Bayu mengincar bahu. Begitu dapat langsung dia tarik dan putar sehingga menjadi tameng dari empat lawan lain

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 110

    Tidak ada yang menjadi pemimpin di antara pasukan berjubah hitam ini. Semuanya sama. Bergerak bersama tanpa komando. Tentu saja perintahnya dari Amoksa yang entah berada di mana.Dalam jarak tujuh tombak mereka sudah berhadap-hadapan. Perang dimulai!Dua sosok menyongsong serbuan ratusan prajurit Puri Iblis. Bahkan sepertinya bertambah lagi. Dua tangan Bayu melepaskan ajian Bantai Jagat.Wussh! Dess!Puluhan prajurit terpental.Begitu juga dengan Ki Baplang menggunakan ilmunya untuk memukul mundur lawan.Setiap selesai mengobrak-abrik lawan, Bayu merangsek maju secara perlahan. Prajurit yang terhantam ajian Bantai Jagat bisa bangun dan menyerang lagi.Bayu melihat cara Ki Baplang menghabisi lawannya. Pertama lelaki guriang itu hantamkan pukulan jarak jauh yang membuat puluhan prajurit terpental.Begitu para prajurit itu terjatuh ke tanah, kaki Ki Baplang menggedor bumi. Seketika tanah terbelah. Akibatnya puluhan prajurit

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 111

    Sebab tidak ada sosok lagi yang masuk setelah Nini Padma. Mungkin nenek berwajah seram itu sudah mampus.Sekarang sepasang makhluk guriang bahu membahu berusaha menangkap Amoksa.Apabila berhasil menangkap, mereka kesusahan menggerakkan Amoksa yang seolah-olah terpatok kakinya ke lantai. Tidak bergerak sedikitpun, bagaikan mendorong gunung."Ilmu Patok Jagat!" seru Ki Baplang terkejut."Kalau begitu kita bikin dia loncat-loncat!" ujar Nini Padma sambil memberi aba-aba agar mengambil jarak.Bayu kini bingung melihat dua makhluk guriang berlari-lari mengelilingi Amoksa sambil sesekali mengirim pukulan jarak jauh yang diarahkan ke kaki.Amoksa loncat-loncat menghindari serangan dua guriang, tapi loncatannya lurus. Tidak bersalto atau cara lain yang mengharuskan posisi badannya miring.Sekarang Bayu mengerti maksud mereka. "Buat dia meloncat miring!" teriaknya kemudian.Maka dua guriang itu berbagi tugas, bila yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 112

    Melihat sosok Amoksa yang sudah jadi mayat, nyali para pendekar ini semakin leleh. Sudah tidak mampu melawan para gadis tangguh, ditambah yang ditunggu-tunggu tidak sesuai harapan.Baru saja beberapa hari mereka memiliki pemimpin yang luar biasa, ternyata begitu mudah dikalahkan musuh. Kalau sudah begini untuk apa lagi bertahan di sini.Akhirnya para pendekar pelarian ini segera kabur ke berbagai arah walaupun dalam keadaan terluka, yang penting selamatkan diri terlebih dahulu.Yang tertinggal hanya dua dedengkot pendatang. Soca Srenggi dan Ki Rembong. Mereka juga tampak pasrah. Ke mana harus kabur?Bisa jadi mereka jadi bahan bulan-bulanan para pendekar pelarian kalau ikut kabur. Karena awalnya mereka datang sebagai penakluk. Sekarang sudah tidak ada yang diandalkan."Di saat sedang di atas, selalu datang nasib apes!" ujar Ki Rembong pelan sambil mengatur napas dan jalan darah guna memilihkan tubuhnya."Kalau nyawa kita masih se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 113

    Bukan hanya Radika saja yang terkejut, tapi seisi padepokan seakan gempar dengan kedatangan empat wanita cantik yang tidak lain adalah rombongan Paramita bersama tiga calon menantunya.Walaupun wajah tertutup caping bercadar dan tubuh mengenakan pakaian longgar, tapi tetap saja Asmarini terlihat menawan di mata para lelaki.Bahkan mereka membayangkan seperti apa wajah cantik di balik cadar tersebut.Mereka hanya tahu wanita cantik yang tengah hamil itu. Istrinya Pendekar Angin Petir. Sedangkan tiga gadis lain seperti baru melihatnya hari ini.Radika yang kebingungan bagaimana cara menyambut mereka segera memanggil istrinya. Begitu muncul, Lasmini segera menyambut tamu dengan ramah.Lasmini yang sudah cukup lama tinggal di padepokan sudah tahu sosok Paramita, tapi dia juga baru melihat tiga wanita lainnya.Keempat wanita cantik ini dijamu di ruang depan yang cukup luas. Beberapa hidangan kecil sudah tersaji di sana.Ketik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 114

    Kembali ke Padepokan Cakrabuana. Cerita sebelumnya kita simpan dulu.Sudah dua hari Paramita bersama tiga calon menantunya tinggal di padepokan. Mereka mendiami asrama khusus untuk tamu.Mereka selalu menjadi pusat perhatian murid-murid padepokan terutama laki-laki. Walaupun banyak murid wanita di sana, tapi sepertinya tiga gadis itu menjadi sosok paling menarik.Hari itu padepokan kembali kedatangan tamu. Dua orang luar biasa karena memiliki ilmu tinggi dan sukar dicari tandingannya.Ayah dan anak yang tidak lain Pendekar Angin Petir bersama Bayu Bentar. Bayu yang berarti angin dan Bentar artinya petir.Selain ingin melepas kerinduan kepada Ki Abiasa, ternyata mereka juga ingin menyusul Paramita yang sudah datang lebih dulu.Keluarga pendekar ini akhirnya berkumpul. Paramita yang sudah memiliki satu niat akhirnya tak perlu kembali ke rumah untuk menyampaikan kepada suaminya. Kalau waktunya sudah tepat dia akan segera mengutaraka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 115

    Rupanya pada saat itu telinganya mendengar suara Nini Padma yang menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang terkena sihir yang berupa gendam, teluh, pelet dan lain-lain.Nah, ternyata Bayu menemukan ciri itu pada mereka, tapi tetap kurang jelas karena cirinya agak beda dari yang disebutkan Nini Padma."Jenis ilmu apa itu?" tanya Bayu dalam hati. Firasatnya mengatakan pembunuhnya ada keterkaitan dengan ilmu semacam ini."Sepertinya itu ilmu 'Menjerat Pikiran', semacam gendam jarak jauh!" jawab Nini Padma yang hanya bisa didengar Bayu.Kesimpulannya dari pemeriksaan ini, bahwa pondok Jagabaya dalam keadaan baik-baik saja. Karena dua penjaga selalu dalam keadaan 'terjaga' dan mengecek setiap saat.Perihal pedang milik Purana yang dicuri, tidak ada petunjuk satupun bagaimana senjata itu bisa hilang. Karena tidak ditemukan dinding atau atap yang jebol juga misalnya menerobos dari bawah tanah, tidak ada.Satu-satunya cara mengambil pedan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 116

    Bayu berpikir keras untuk menemukan cara melumpuhkan pohon hidup ini.Tentu saja bukan hidup secara pengertian harfiah. Bayu paham pohon ini berada dalam pengaruh dan dikendalikan dari jarak jauh oleh Ki Sawung."Jangan sungkan-sungkan, Den!" saran Ki Baplang.Bayu tidak mengerti maksudnya. Lalu Ki Baplang melanjutkan bisikannya."Juragan ikuti saja, aku akan menurunkan ilmu 'Membelah Tanah Menarik Sukma'," lalu terdengar guriang ini merapalkan mantera.Bayu ingat ilmu ini pernah digunakan Ki Baplang saat menerobos Puri Iblis. Rupanya ini maksud si guriang agak memaksa ingin mendampinginya.Kemudian si pemuda mengikuti saran Ki Baplang. Setelah membaca mantra dia hantamkan tumit ke tanah dengan kuat.Degh!Tanah yang dihantam tumit retak sedikit demi sedikit kemudian tanah terbelah memanjang ke depan. Pohon yang bisa bergerak ini otomatis terjerembab ke dalam belahan tanah ini.Blass! Blep!Poh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 191

    Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 190

    Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 189

    Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 188

    Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 187

    Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 186

    Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 185

    Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 184

    Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 183

    Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status