"Apa maksudmu?" Fang Jianheeng jelas tidak terima, mengapa ia dikatakan buaya betina. "Jangan pura-pura bodoh, semua orang tau tempat ini hanya bisa dimasuki oleh pengusaha-pengusaha kaya raya, tentunya kamu ingin menemukan salah satu yang bisa digoda bukan?" cibir wanita itu lagi. "Nona, sadar dirilah, jangan upayakan segala cara hanya untuk memacari pria kaya!" salah satu tamu ikut bicara, meski bukan dengan nada mengejek namun tatapannya sangat menyepelekan Fang Jianheeng. "kamu ini cantik, tapi bukan orang kaya... Maka pacarilah orang yang sesuai dengan levelmu!" lanjutnya. "Aku memang bukan orang kaya, tapi kalian tidak berhak menuduhku seperti itu, aku datang bersama pasanganku!" kali ini Fang Jianheeng melawan, ia tak bisa seterusnya diam dihina seperti itu. "Hahaha... Lalu dimana pasanganmu Nona? Jangan bilang dia sedang ada di mobil atau melakukan sesuatu yang penting, apa kamu akan beralasan seperti itu?" "Dia memang sedang dimobil!!" "Alasan yang sangat basi Nona,
Raja Saetan tersadar ketika mendengar beberapa suara ramai, ketika ia menoleh ia mendapati Fang Jianheeng sedang dipeluk seseorang dan ia dengan jelas kenal pemuda itu. "Jian, kamu tidak apa-apa?" tanya Gu Liang, tubuhnya basah karena melindungi Fang Jianheeng dari amukan tamu wanita. "Aku tidak apa-apa, kamu basah Liang! Bagaimana ini?" kata Fang Jianheeng panik. "Siapkan baju ganti untuk Tuan Muda keluarga Gu dan usir tamu ini!" tunjuk Raja Saetan dengan datar. "Beraninya mengusirku? Belum tau aku dari keluarga Xue!!" tamu wanita ini adalah putri sulung keluarga Xue, Xue Lian dan suaminya dari keluarga Chen, Chen Lai. "Apa peduliku kamu dari keluarga mana aku tidak punya urusan dengan keluarga besarmu!! Mao Jihan!!" "Iya Yang Mulia!!" Mao Jihan dengan sigap tunduk di hadapan Raja Saetan, membuat semua yang melihatnya jelas terperangah. "Hentikan urusanmu dengan semua keluarga wanita ini!!" perintah Raja Saetan. "Baik Yang Mulia!!" Meski merasa sayang, Mao Jihan tentun
Raja Saetan begitu menikmati kebersamaannya dengan Fang Jianheeng, baru kali ini pula ia merasakan nafsu yang bergejolak di dalam tubuh. "Hentikan!!" Namun Fang Jianheeng jelas tidak menyukainya, bukan karena ia tidak suka Raja Saetan. Hanya saja ia takut dipermainkan! "Jian ada apa? Kamu tidak suka?"Fang Jianheeng menangis, "kamu mempermainkanku ya? Hanya dalam beberapa hari kamu berubah, awalnya ingin membunuhku, kemudian mengajakku bertunangan, sekarang kamu dengan mudahnya mencumbuku? Kamu kira aku gadis murahan? Dengan seenaknya kamu menciumku!" sahut Fang Jianheeng. Raja Saetan tertegun, apa ia melakukan kesalahan? Sedari awal ia memang salah, tapi semua kelembutan yang ia perlihatkan memang dasar dari hatinya sendiri. Bukan karena dibuat hanya untuk mempermainkan Fang Jianheeng. "Jian, aku tidak mungkin mempermainkanmu, aku serius!""Kalau begitu seharusnya kamu tidak menyentuhku sekarang, seharusnya kamu bisa menahan nafsumu!" "Aku masih sekolah, ini bahkan ciuman pertam
Fang Jianheeng terduduk dengan tenang, bukankah ia sedang diculik? Mengapa para penculik malah memperlakukannya dengan sangat baik? "Nona, ini makananmu. Silahkan disantap..." seorang pelayan mengantarkan Fang Jianheeng makanan. Kini Fang Jianheeng sedang berada di dalam kamar. "Terima kasih..." sahut Fang Jianheeng, pelayan itu mengangguk dan tersenyum. Kemudian keluar dari kamar yang kini ditempati Fang Jianheeng. Beberapa jam yang lalu terjadi sebuah ledakan, ketika lampu mati Fang Jianheeng ditarik dan disekap. Kemudian di sinilah ia berada, sebuah tempat yang tidak kalah mewah dari rumah Raja Saetan namun tidak diketahui di mana kini ia berada. Para penculik memperlakukannya dengan hormat, Fang Jianheeng curiga kalau mereka salah satu dari pasukan alam Jien. "Apa tidak masalah kita menculiknya?" tanya Badara kepada Cacao yang memberi ide penculikan ini. "Sepertinya tidak masalah, kita harus tau mengapa Raja Saetan yang membenci manusia selalu menjaga gadis ini, a
"Maaf Nukud, Raja Saetan lebih dulu datang jadi aku hanya memperhatikan dari kejauhan!" kata murid Nukud yang Larasati perintahkan untuk menjemput Fang Wei. Larasati terlihat kesal kali ini, ia kira ia akan lebih cepat dari Raja Saetan untuk menjemput Fang Wei, meski begitu senyumnya kembali terukir. Ia bisa menghipnotis Fang Wei kapanpun itu, masih banyak waktu. Lagipula beberapa mata-matanya telah ia tempatkan di rumah Raja Saetan sebagai pelayan. ."Tidak masalah, hanya saja pantau terus laki-laki itu!" perintah Larasati. "Baik Nukud!"Sementara itu Fang Wei terlihat kikuk saat ditatap Raja Saetan. Sisu dan Bibo langsung menghubunginya begitu Fang Wei mengaku sebagai ayah Fang Jianheeng. "Kamu ayahnya Jian?" tanya Raja Saetan. Fang Wei mengangguk meski tak nyaman rasanya dipandang oleh seorang pemuda yang bahkan tak ia kenal. "Anak muda, aku adalah ayah Jian. Aku bersalah karena meninggalkannya, bisa kamu beritahu sekarang dimana Jian? Aku akan membayar hutang yang kalian baya
"Apa tidak masalah kita masih menahannya di sini?" tanya Badara kepada Cacao. "Apa boleh buat, sudah terlanjur. Aku akan mencari cara untuk bernegosiasi dengan gadis itu." Cacao menatap Fang Jianheeng yang terlihat sedang menonton TV. "Anak itu sudah kita tahan selama seminggu, ia sudah mulai mengkhawatirkan sekolahnya." Cacao kemudian mendekati Fang Jianheeng, melihat Cacao mendekat. Fang Jianheeng mematikan TV dan menatap Cacao dengan wajah cemas. "Apa kalian akan melepaskanku hari ini?" tanya Fang Jianheeng. "Nona, apa kamu mau membantu kami? Kami akan melepaskanku jika mau membantu." jelas Cacao. "Bantuan seperti apa? Aku harus mendengarnya terlebih dulu sebelum menyetujuinya." Fang Jianheeng jelas tidak ingin tertipu dua kali seperti saat ia membantu Sisu maupun Bibo dulu. "Jadi begini, kami akan memgantarmu pulang. Bisakah kamu tidak memberitahu Raja Saetan kalau kami yang menculikmu, kamu hanya perlu bantu kami untuk mengatakan kepada Raja Saetan kalau kami y
"Ayah, kamu benar-benar akan pergi?" tanya Fang Jianheeng, setelah membayar hutangnya kepada Bao, Fang Wei memutuskan untuk kembali pergi dan bekerja di tempat lain. "Jian, ayah hanya tidak ingin terlena dalam kesedihan, jika ayah masih di sini, kenangan bersama ibumu akan kembali teringat, ayah tidak mau kembali menjadi pencandu minuman lagi." jelas Fang Wei. Fang Wei merasa tenang, terlebih ketika Raja Saetan bisa meyakinkannya kalau ia akan menjaga Fang Jianheeng. Fang Wei percaya, bukankah selama ia menghilang Raja Saetan telah menjaga Fang Jianheeng, bahkan Fang Wei baru kali ini bisa mendapatkan tawa ceria dari Fang Jianheeng. Jadi ia tak ingin mengganggu kehidupan tenang anaknya. Lagipula jaman sudah modern, bisa saling telpon jika rindu. Bahkan sekarang bisa video call. "Ayah, jaga kesehatan. Saat kau ingin pulang, aku akan menyambutmu di rumah kita." jelas Fang Jianheeng. "Baiklah, jaga kesehatanmu anakku, jangan khawatirkan ayah, pemuda itu memberi banyak modal unt
"Nnnggghhh...!!" Fang Jianheeng tersadar dalam keadaan tangan dan kaki terikat, mulutnya juga ditutupi dengan kain. Napas Fang Jianheeng menderu, mencoba menelusuri setiap area kamar, siapa yang menculiknya? Namun ia bisa menebak, siapapun yang menculiknya adalah orang yang berniat jahat kepadanya. Karena jelas berbeda saat Badara dan Cacao yang menculiknya, mereka memperlakukannya dengan baik. (Jian!! Jian kamu mendengarku?) suara Raja Saetan menggema di dalam pikiran Fang Jianheeng. Mendengar suara Raja Saetan, Fang Jianheeng langsung meneteskan air mata. Entah mengapa mendengarnya membuat Fang Jianheeng bersyukur kali ini. (Raja Sae, aku tidak tau ada dimana! Mereka mengurungku di dalam kamar, tidak ada jendela di sini!) Raja Saetan langsung berbinar begitu mendengar jawaban Fang Jianheeng, sedari Fang Jianheeng menghilang Raja Saetan selalu mencoba mengontaknya lewat pikiran. Setelah mendengar suara Fang Jianheeng di dalam pikirannya, Raja Saetan terduduk di sisi kasur,