Beranda / Romansa / PENGAKUAN ANAKKU / Bab 134 - Mas Rudi.

Share

Bab 134 - Mas Rudi.

Penulis: Azzila07
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pov Rudi.

Aku menatap lesu deretan tubuh yang berjejer di atas tikar, sesekali menarik nafas panjang agar sedikit mengurai rasa sesak di dalam sanubari.

Waktu menunjukan pukul 02:02. Pelan aku beranjak dari kasur tipis berseprai lusuh, menuju toilet kotor yang ada di sudut ruangan.

Ruang dengan ukuran 7x5 meter persegi, dengan sepuluh kepala di dalamnya.

Rasa sesaknya jangan di tanya, apa lagi rasa bau dan sumpeknya. Namun karna kesalahan, mau tak mau aku harus menjalaninya.

Setelah mengucap, Basmallah ... aku membasahi kedua telapak tangan, mensucikan diri.

Hampir satu bulan, rutin mengerjakan sholat malam. Kehidupan mulai terasa lapang, nafas berangsur lega.

Hidup serba dalam pengawasan, membuat aku sangat frustasi. Apalagi saat pertama kali menginjakkan kaki di lapas ini. Neraka Dunia, benar-benar aku rasakan.

Hampir setiap hari, ada saja yang mencari gara-gara dan berakhir dengan tanda merah kebiruan yang tertinggal di wajah serta tubuh ini.

Rasa dendam dan marah begitu menumpuk u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Isabella
keren ceritamu thoer
goodnovel comment avatar
Arianto Chen Tan
cinta sejati gombal rud, buktinya kau selingkuh dgn hella
goodnovel comment avatar
Anita S
terimakasih ya thoor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 1 - Season 2

    Mataku menatap datar gambar seorang laki-laki bertubuh atletis, dengan seorang wanita cantik di sampingnya. Desir amarah mulai tersulut saat aku melihat lembar demi lembar gambar dengan berbagai pose menjijikan.Ah ... suamiku. Meski usiamu sudah memasuki kepala empat, kau memang masih terlihat gagah dengan wajah yang begitu rupawan.Sementara wanita di sampingnya, terlihat masih muda berparas cantik dengan tubuh sexy menggairahkan. Sungguh pasangan yang sangat ideal, rasanya aku ingin mengabadikan mereka dalam peti dingin berdinding kaca."Namanya Hella Larasati, dia sudah bekerja selama dua tahun diperusahaan Tuan Mahesa," jelas Jordy. Pegawai sekaligus orang kepercayaanku.Menghela nafas berat, kuhempas lembaran gambar terkutuk itu diatas meja.Detak jantung kini bergenderang, tanganku mengepal kuat menahan amarah yang menggolak-golak di dalam dada. Kepala sampai ujung kaki ini terasa dingin membeku, hanya hati yang panas sebab rasa cemburu yang membara, mengobarkan api yang siap m

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 2 - Dipermalukan.

    Matahari telah menjungjung tinggi, ada kehampaan di sanubari saat mengedarkan pandang kesetiap sudut rumah. Anak-anak sudah pergi bersekolah, pun dengan Mas Mahesa yang sejak pagi sudah berangkat menuju kantor.Memandangi pantulan diri didepan cermin besar yang ada dilemari, tubuhku masih terjaga dan menarik dengan wajah putih bersih terawat tanpa celah. Usiaku dan Mas Mahesa terpaut lima tahun, dia lebih tua dariku. Banyak yang bilang, kami adalah pasangan serasi yang penuh dengan keharmonisan dan kebahagiaan.Setiap mengingat gambar menjijikan itu, hati ini selalu bergemuruh. Rasanya ingin kulahap habis, perempuan yang berani mengusik kebahagiaanku.{Menurut informasi, Hella adalah perusak rumah tangga Kakak nya sendiri. Dia bahkan pernah menjadi simpanan Om-Om dan pernah di permalukan dimuka umum.}Pesan dari Jordy membuatku ternganga, itu berarti bukan hal baru dia memacari suami orang?Dan lagi ... dia, tidak pandang bulu dalam mencari mangsa?Cih ... seleramu bahkan murahan seka

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 3 - Rencana Mahesa.

    Wajah, Hella merah padam menahan malu sekaligus amarah. Aku tersenyum manis, sesekali melirik kearah Mas Mahesa yang masih diam terpaku ditempatnya.Mungkin suamiku bingung, harus bagaimana. Mau membela disini banyak staffnya, Hella beberapa kali menatap kearahnya. Sepertinya ingin mendapat pembelaan dari Mas Mahesa.Tiba-tiba aku terkekeh, sambil menutup mulut."Hanya bercanda, jangan terlalu di ambil hati, mana mungkin seorang perempuan cantik seperti kamu mau jadi simpanan laki-laki yang sudah beristri," seruku sambil tersenyum lepas."I-iya Buk ..." sahutnya.Hella menghela nafas, dia ikut terkekeh melihatku yang masih menertawakan ucapanku sendiri."Sudah saya permisi dulu," suamiku bangkit dari duduknya. Aku melirik kearah Vani, dia seperti tidak suka melihat, Hella. Matanya terus saja menyorot, Hella dengan sinis. Sementara yang dilirik terlihat cuek, dan keluar dari ruangan."Van ....""Eh ... iya Buk," Vani berjalan kearahku."Ada apa ya Buk?" tanyanya saat sudah dekat."Tida

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 4 - Mengumpulkan Bukti.

    Mataku terpejam kuat, nafasku memburu setelah membaca sepenggal kalimat perempuan liar itu.Sekejur tubuhku menjadi panas, detak jantung berdetak dengan sangat ngilu. Kepala berdenyut-denyut, dengan pikiran buruk yang melayang kemana-mana.Ahh ... mengapa sakit sekali, tubuhku bahkan terasa lemas. Menarik nafas sedalam-dalamnya, lalu menghempasnya dengan pelan.Tenang ... aku harus tenang. Jangan sampai tanganku terangkat meraih bantal dan membekap wajah, Mas Mahesa. Dia tidak bisa menceraikan aku begitu saja, selama ini aku sudah mendampingi Mas Mahesa dalam suka maupun duka.Benar ucapan orang, di dalam pernikahan hal yang paling menakutkan adalah orang ketiga. Dan yang paling menyedihkan adalah pasangan yang tidak setia.Aku harus bertindak secepatnya, jika tak bisa di sindir secara baik-baik. Aku akan menggunakan rencana B untuk menyadarkannya.Beringsut menuruni ranjang, aku berjalan keluar dari kamar. Waktu menunjukkan pukul 23:00, cukup malam untuk menggaggu tidur seseorang.Su

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 5 - Kejutan di terima.

    Bibirku terangkat sebelah, mataku menatap penuh amarah pada punggung belakang perempuan liar itu.Nikmati kejutan kecil dariku, Hella. Semoga kali ini kau jera dan menjauh dari kehidupanku.Kaki terayun masuk kedalam ruangan, Mas Mahesa cukup terkejut melihat kedatanganku."Sibuk?" tanyaku."Ehm ... ya begitulah," jawabnya gugup. Seperti ada yang dia sembunyikan."Hella.. aku kira, dia terlalu sering masuk ke dalam ruanganmu." sindirku sambil menyilangkan kaki diatas sofa."Dia itu asistenku. Wajar jika sering masuk kesini," Mas Mahesa terlihat tidak suka dengan ucapanku."Begitukah?" suamiku mengangguk tak acuh."Apa tidak ada staf yang layak menjadi asistenmu selain, Hella? Aku rasa dia bukan perempuan dengan otak pintar," ucapku tenang, namun nada suaraku terdengar meremehkan."Kamu tidak tahu apa-apa. Menurut aku dia cukup baik pekerjaannya," tukas Mas Mahesa. Aku tersenyum tipis mendengarnya, lalu mengamatinya dengan lekat.Terus saja membela gundikmu, Mas ....Mas Mahesa kembali

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 6 - Berkaca.

    Kutatap mata menyedihkan itu, berpura prihatin dengan segala cibiran yang terlontar dari rekannya sendiri.Sementara Mas Mahesa, dia membeku ditempat. Menatap layar tanpa berkedip sedikitpun."Tidak ... ini salah faham!" teriaknya nanar, meratap pada suamiku.Hella segera bangkit dari duduknya, dengan cepat dia mencabut sambungan kabel pada alat proyektor. Gambarpun menghilang seketika.Mas Mahesa menatap datar, wajahnya pias. Tersandar dikursinya."Gila ... itu lo kan, La?" seloroh Bayu dengan alis menaut."Bukan ... bukan gue!" seru, Hella."Doyan mabuk juga lo, ajak-ajak dong," sela Kevin dengan tatapan genit."Cih ... murahan banget, mabuk satu perempuan di kamar hotel. Cowoknya ga kehitung," cibir Vani.Ya ... video itu berisikan, Hella yang sedang tercekoki minuman keras, sambil dikelilingi laki-laki yang entah berapa jumlahnya. Aku pun sedikit ngilu melihatnya, takki sangka orang suruhanku bisa bekerja sekeras itu."Apa ada video lain?" kekeh Kevin dengan wajah mesum."Kayanya

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 7 - Banyak Korban.

    "Ada apa Mas? Aku lihat Hella keluar sambil menangis," tanyaku sambil berjalan mendekatinya."He--lla?" Mas Mahesa nampak gugup. Aku mengangguk samar, menikmati expresi salah tingkahnya."Ya ... Hella," gumamnya dengan wajah berfikir. "Tadi dia datang, untuk menjelaskan bahwa itu tidak benar," sahut suamiku kemudian."Untuk apa dia repot-repot menjelaskan padamu?" pancingku."Di-a dia takut dipecat. Ya dia takut aku memecatnya ..." jelasnya sambil meringis tak jelas."Ck ... jelas-jelas itu wajahnya. Mau jelasin apa lagi," cibirku."Sehari-hari kau bersamanya. Pasti hapal luar dalamnya bukan?""Maksud, Mamih?" Alis tebal itu menaut."Yah ... maksudku, kau pasti tahu dia seperti apa. Kaliankan selalu bersama kalau kerja," sahutku.Mas Mahesa tersenyum kecut, lalu menyeka kening yang nampak berkeringat. Padahal ruangan ini cukup sejuk, sepertinya hati Mas Mahesa tengah terbakar. Membuat suhu badannya ikut memanas.Aish ... andai kamu tahu, hatiku lebih panas Mas."Perempuan seperti dia.

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 8 - Berani.

    Pengkhiantan memang sangat menyakitkan, tidak semua orang bisa menerima kepedihan. Aku harap, aku bisa kuat menghadapi semua masalah pelik ini. Demi anak-anak dan juga pernikahan yang sudah ternoda ini, aku akan berjuang sekuat tenaga.Kutinggalkan Mas Mahesa dengan segala kegundahannya, kaki jenjangku melangkah menuju parkiran. Menjatuhkan tubuh dikursi pengemudi, memejamkan mata dengan segala beban yang begitu berat dikedua pundak.Mendongkakkan wajah, mataku nanar menatap jalan. Bayangan kebersamaan dengan Mas Mahesa dari masih pacaran hingga menikah, terbayang diingatan. Begitu manis. Kehidupan kami benar-benar bahagia, tanpa orang ketiga.Kuhempas nafas secara kasar, mengurut kening dengan urat-urat yang terasa menegang. Perselingkuhan ini, sungguh menyiksa batinku. Aku tak tahu, seberapa kuat aku akan bertahan.Dengan lemas aku memutar kunci mobil, melajukan kendaraan menuju tempat Deolina sekolah. Hatiku benar-benar kosong, mungkin saat mata ini melihat buah hati akan kembali b

Bab terbaru

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 62 - Larissa.

    Pov Larissa."Pasien rumah sakit jiwa terlindas truk hingga tewas, kondisi sangat mengenaskan. Saat ini jenazah korban ada dirumah sakit Pelita Keluarga.""Baca, apa sih sayang serius banget?" Mas Bagas yang sedang mengemudi, menoleh singkat lalu kembali fokus menghadap jalan."Baca berita yang lewat dibranda, Mas. Seram ih, aku baca juga komen-komennya. Katanya, tubuh korban tabrakan itu terbelah menjadi dua bagian." sahutku, sambil bergidik ngeri."Innalillahi ... semoga amal ibadahnya diterima Alloh." jawab Mas Bagas dengan wajah prihatin."Aamiin ..." aku hanya menyahut, pandangan fokus pada gawai melanjutkan membaca komentar yang ada di dalam berita.Mengingat rumah sakit jiwa, aku jadi teringat ucapan Nyonya Diana. Dia bilang, Hella terkena gangguan jiwa, dan sekarang tinggal dirumah sakit jiwa. Semoga dia dalam keadaan baik-baik saja, walau aku sangat membencinya tapi aku tak ingin mendoakan keburukan padanya. Aku takut doa buruk itu akan kembali padaku. Naudzubillah."Nyonya D

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 61 - Bagian Special.

    Pov DianaSuara debur ombak beradu dengan karang membuat aku menarik nafas panjang, angin lembut berhembus diwajah dan rambut. Menimbulkan aura menenangkan.Hmm ....Menghembuskan nafas secara perlahan, bibir tersenyum simpul melihat dua sosok kesayangan bermain dengan ceria ditepi pantai.Duhai Tuhan ... trimakasih. Atas izinmu, kau biarkan aku melalui badai yang sangat kuat lagi dahsyat."Mamih, ayok kesini!" seru Deo meski terdengar samar. Aku hanya tersenyum, meraih gelas berisi jeruk hangat lalu menyesapnya pelan.Tangan ini melambai saat melihat pasangan suami istri celingukan mencari seseorang. Aku tersenyum manis, saat mata kami beradu tatap."Hai ..." sapaku ceria."Lama tidak bertemu, Nyonya Diana." wanita cantik menyapa dengan senyuman manis, dia menyodorkan tangan, setelahnya kita berjabat tangan mencium pipi kiri dan kanan."Mbak Larissa semakin cantik saja." ucapku tulus. Karna memang wajah wanita muda yang ada dihadapanku memang selalu cantik."Nyonya bisa saja," ucapny

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 60 - Tamat.

    Pov Hella."Lepass!" aku memberontak saat dua laki-laki berseragam rumah sakit memegangi kedua tangan."Kalian tuli, hah! Lepas aku bilang!" sungutku sambil terus memberontak.Kedua laki-laki itu hanya mendengkus kesal tak mengindahkan ucapanku."Jalan!" ucapnya, lalu menyeret tubuhku keluar dari penjara.Nafasku terengah-engah, terpaan sinar matahari menerjang wajah menimbulkan sensasi hangat dan menenangkan.Otak mulai mencerna apa yang sebenarnya terjadi, aku terbahak menyadari akan keluar dari tempat pengap itu."Hahah ... aku bebas. Aku bebas!" teriakku bersemangat. "Bawa aku pulang ke apartement, aku rindu rumahku. Aku rindu." cerocosku sambil menatap penuh harap kearah dua laki-laki itu.Satu diantaranya membuka pintu bagasi mobil khas rumah sakit, setelah terbuka lebar dia kembali memegangi tanganku."Masuk!" titahnya sambil mendorong tubuhku."Hati-hati, jangan membuatnya marah. Atau kalian akan tersakiti." ucap Polisi gendut. Keduanya saling bertatapan, lalu menoleh kearahku

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 59 - Bertemu Ibu.

    Pov Hella."Tahanan ini benar-benar keterlaluan, dia membunuh Ibunya sendiri saat datang berkunjung menemuinya." ujar petugas gendut sambil melirik kearahku sorotnya memancarkan ketidak percayaan."Ckckck ..." laki-laki berperawakan tinggi besar itu menatap lekat, menggelengkan kepalanya. Aku semakin menundukan wajah, takut tiba-tiba pukulan kembali menyerangku.Tubuh ini menggigil, luka memar terlihat disekujur tubuh. Rasanya sakit dan menyiksa sekali."Teman satu selnya pun ikut dihajar, aku rasa dia mengalami gangguan jiwa." Mataku mendelik, tak terima dengan kata-kata sipir jelek itu."Bawa dia masuk kembali, tempatkan dia diruangan 355 a. Jangan disatukan dengan yang lain, saya mencuim gelagat mengerikan dari tatapan matanya," ucap komandan Polisi."Siap, Dan!" sahut dua petugas sambil menegakkan badan."Cepat!" tubuh ini diseret paksa. Aku hanya bisa menurut, menyeret kaki mengikutinya.Dug!Rasa nyeuri menerjang lutut dan telapak tangan, saat tubuhku didorong masuk oleh petugas

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 58 - Bersyukur.

    "Istri saya sakit apa, Dok?" tanyaku setelah Dokter Murni memeriksa keadaan Diana."Sepertinya hanya terlalu lelah," jawab Dokter Murni sambil tersenyum tipis pada Diana."Jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Bebaskan saja, jangan di pendam nanti tambah sakit," sambungnya sambil mengusap tangan Diana."Iya, Dok. Trimakasih," jawab Diana."Saya hanya meresepkan beberapa vitamin, sama obat pusing ya. Untuk berjaga-jaga, khawatir kepala Nyonya Diana ikut pusing juga karna terlalu banyak berpikir," ucap Dokter Murni sambil terkekeh pelan. Diana tersenyum menanggapinya."Saya permisi, jangan lupa diminum vitaminnya." ucapnya sambil mengemasi alat-alat ke Dokteran yang tadi dia keluarkan."Iya, Dok. Trimakasih ya," sahutku lalu mengekorinya jalan keluar kamar."Kamu tidak apa-apa, Mih?" tanyaku sambil mengusap pucuk kepalanya dengan lembut."Tidak, apa. Aku hanya butuh istirahat saja," jawab Diana."Kamu lagi banyak pikiran ya? Mikirin apa sih?" cecarku berpura bodoh. Padahal aku tahu b

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 57 - Diana Sakit.

    "Mati saja kau, Buk. Hidup pun tak berguna, hanya bisa menyusahkan anak-anakmu saja!" bisikku tepat ditelinganya. Wajah Ibu terlihat membiru, dengan lidah menjulur dan suara nafas yang tercekat ditenggorokan.Aku semakin bersemangat, bibir melengkung sempurna saat melihat Ibu menghadapi sarakatulmaut."Mati, kamu Buk. Mati!" desisku dengan suara tertekan."Hei ... mau apa kamu!" suara sumbang mengganggu kesenanganku. Tangan lemah Ibu terus memukul tangan ini, dan meminta pertolongan. Aku semakin kalap saat beberapa orang mulai mendekat, cengkraman tangan dileher Ibu semakin aku tekan.Dia harus lenyap, aku tak ingin hidup menderita sendirian.Tubuh Ibu mulai lemas, tangannya terkuai tidak lagi melakukan perlawanan.Kedua tanganku ditarik paksa, seruan dari suara sumbang terus saja mengusik pendengaranku."Hei, sudah gila kamu ya!" hadrik suara seseorang."Lepas!""Pak, tolong ...."Plakk plakk!!Rasa panas langsung menjalar dipipiku, setelah memastikan Ibu tak lagi bergerak aku baru m

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 56 - Tak Tahan.

    "Mas ...."Langkah Mas Mahesa terhenti mendengar panggilanku.Mamah menatap jengah, Diana menampilkan wajah datar berpura tak melihat kehadiranku.Sombong sekali, perempuan tua itu. Merasa menang dariku? Tak tahu malu.Mas Mahesa mengangguk kecil pada dua perempuan busuk itu, Mamah menatap khawatir, tapi akhirnya pergi juga bersama Diana."Ada apa?" tanyanya datar, tanpa melihat wajahku. Tangannya sibuk merapihkan dasi yang menjerat dilehernya."Aku ..." mata ini memanas, melihat perubahannya. Mas Mahesa melirik sekilas, menghela nafas panjang."Katakanlah, aku tidak punya banyak waktu. Mamah dan istriku sudah menunggu diluar," ucapnya sambil menatap lurus kearah pintu, dimana berdiri Mamah Hana juga Diana."Aku juga istrimu ..," sahutku dengan suara parau. Mas Mahesa terkekeh, lalu menatapku tajam."Istriku?" tanyanya dengan tatapan mengejek. "Oh ya ... kau benar. Aku belum mengucap talak untukmu," sambungnya dengan senyum tipis."Mas ..." selaku dengan wajah memelas."Aku minta maaf

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 55 - Bertemu Mas Rudi.

    ByurrrLimpahan air menerjang wajah, aku tergelagap dengan nafas terengah-engah."Hm ... saya bilang apa? Dia terlalu manja, dikit-dikit pingsan!" cibir seorang petugas wanita sambil berkacang pinggang.Dengan kasar, aku menyeka sisa air yang menempel diwajah. Hatiku pilu diperlakukan serendah ini."Bersihin sisa airnya! Jangan manja. Atau saya pindahkan ketahanan yang penghuninya sapleng semua." ketusnya dengan senyum miring menyerigai.Tubuhku benar-benar lemas, mata berkunang saat mencoba bangkit dari atas lantai."Cepeeet. Lelet banget!" Petugas bermana Mira itu menarik kasar, lalu mendorong keras tubuhku hingga mendarat kencang disudut tembok."Lelet!!" cebiknya sembul meninggalkan ruang tahananku."Dia emang terkenal brutal. Ga punya perasaan. Kalau dia lagi kontrol, jangan sesekali memasang wajah sakit. Dia ga suka," jelas Ira tanpa aku minta.Aku hanya diam, mata memanas menahan bulir air mata."Sana ganti baju, nanti masuk angin." titahnya, sok perhatian.Aku mengangguk pelan

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 54 - Sesak.

    Pov Diana.Suara bel rumah mengusik ketenanganku dengan Mas Mahesa. Aku segera beranjak dari sofa berjalan untu membuka pintu utama."Mah ..." Aku tersenyum tipis saat melihat kedatangan Mamah Hana."Kurang ajar sekali perempuan liar itu, bukti sudah di depan mata. Masih saja berkelit-kelit," gerutunya sambil berjalan melewatiku. Aku yang mengerti maksud ucapannya, hanya bisa mengekori dari belakang."Nasib Mamah buruk sekali bisa bertemu dengan orang seperti itu, Di." Keluhnya sambil menjatuhkan tubuh diatas sofa."Gimana, Mah. Sidangnya?" tanya Mas Mahesa sambil melipat koran yang tadi dia baca, lalu menaruhnya dibawah meja."Nyebelin!" sembur Mamah. "Ngeles saja kaya belut. Kesel banget Mamah," gerutunya."Ngeles gimana, Mah?" tanyaku penasaran."Dia masih tidak mau ngaku. Padahal ada saksi mata, Dokter yang kemarin itu, dia sudah meluangkan waktu untuk datang di persidangan pagi tadi." jawab Mamah panjang lebar.Mas Mahesa menyimak dengan antusias, sesekali dia mimijat pelipisnya.

DMCA.com Protection Status