Kyai Rangga memegang dengan erat anak panah yang ujungnya sudah merah membara di tangan kanannya. Hulk masih mengamuk, menabrak dan merusak semua yang ada di depannya. Kyai Rangga mengambil napas dalam-dalam, kemudian melemparkan anak panahnya dengan kekuatan penuh ke arah Hulk. Anak panah itu meluncur dengan deras, besi membara di ujung anak panah itu meninggalkan jejak berupa cahaya merah di udara. Anak panah itu terus meluncur dengan deras tak berkurang sedikitpun kecepatannya, dan arahnya tetap lurus menuju ke punggung Hulk yang sedang mengamuk.Jllebbb!! Anak panak itu menembus punggung Hulk terus menuju dadanya.“Haaarg!!” Hulk menjerit kesakitan sambil memegangi dadanya yang tertembus anak panah.Hulk masih berdiri dengan matanya yang merah, memegangi anak panah yang menancap di dadanya, mencoba untuk mencabutnya.“Berikan anak panah lagi,” pinta Kyai Rangga.Seorang prajurit Mataram segera memberikan anak panah. Kyai Rangga sekali lagi membakar ujung anak panah itu sampai memb
Bhre Wiraguna dan Lembu Sora melompat ke arah Kapten Holland secara bersamaan untuk mencegahnya melakukan kerusakan lebih banyak. Lembu Sora menggunakan pedangnya untuk menyerang Kapten Holland, tetapi dapat dengan mudah ditangkis oleh Kapten Holland dengan tamengnya. Terdengar dentingan keras dan percikan bunga api di udara ketika pedang Lembu Sora bertabrakan dengan tameng Kapten Holland. Lembu Sora kembali menyerang, kali ini diarahkan ke kaki Kapten Holland, tetapi gerakan Kapten Holland lebih cepat. Dia mengangkat kakinya dan ganti menyerang Lembu Sora dengan tamengnya. Lembu Sora mundur untuk menghindar, tetapi serangan Kapten Holland lebih cepat sehingga Lembu Sora terbentur tameng Kapten Holland, membuatnya mundur beberapa langkah.Melihat Lembu Sora terkena serangan balik, Bhre Wiraguna segera ikut menyerang dengan pedangnya mengarah lurus ke kepala Kapten Holland. Melihat hal itu, Kapten Holland dengan sigap mengangkat tamengnya, tak ayal lagi terjadi benturan keras antara p
Sarip jatuh terguling dan terdiam dalam posisi telungkup. Pukulan tameng Kapten Holland membuatnya tak sadarkan diri.“Kanda!!” teriak Lasmini sambil berlari ke arah Sarip. Lasmini sangat mengkhawatirkan keadaan Sarip sampai tidak mempedulikan keselamatan dirinya. Dia berlari mendekati Sarip tanpa menghiraukan Kapten Holland yang sedang mengamuk.“Lasmini! Berhenti!” teriak Tumenggung Jatibarang yang mengkhawatirkan keadaan anaknya.Lasmini terus berlari menghampiri Sarip. Pada saat itu Kapten Holland juga berlari ke arah Sarip sambil terus menerjang apa yang ada di depannya. Lasmini sudah berada di dekat Sarip, dia memegang tubuh Sarip yang lemas dan membalikkan tubuh Sarip. Pada saat itu, kapten Holland sudah berada di dekat Lasmini dan Sarip. Tameng Kapten Holland sudah terangkat di udara, siap menghantam Lasmini.“Lasmini!!” teriak Tumenggung Jatibarang dengan ketakutan.Braaagh!! Sedetik sebelum tameng menge
Saat Kyai Rangga, Lembu Sora, Bhre Wiraguna dan yang lainnya sedang memperhatikan Mlaar yang sedang bertarung dengan pasukan Mataram, datanglah Jampang, Pitung, Rais, dan Ji’i. Mereka segera berdiri di samping Kyai Rangga dan rombongannya. “Ah, kalian datang juga,” sapa Kyai Rangga. “Maaf kami terlambat, ada yang dapat kami bantu?” tanya Pitung. “Sementara tidak ada, kalian lihat sendiri, orang aneh itu sulit dikalahkan!” kata Kyai Rangga. “Mereka adalah pasukan khusus yang disuntik dengan serum kehidupan,” jawab Pitung. “Serum kehidupan? Apa itu?” tanya Kyai Rangga. “Serum buatan ilmuwan Belanda yang membuat manusia yang disuntik mempunyai kekuatan yang luar biasa,” jelas Pitung. “Hmm darimana kalian tahu?” tanya Kyai Rangga. “Dari Ballan,” jawab Pitung. “Ballan? Pemuda yang pernah kita tolong itu?” tanya Kyai Rangga. “Ya, benar, Ballan telah disuntik cairan itu, te
Pelabuhan Sunda Kelapa. Lewat tengah malam. Pasukan berpakaian hitam-hitam menyerbu benteng darurat tempat perbekalan pasukan Mataram. Bhre Wiraguna segera menyiapkan pasukannya untuk menghadapi pasukan yang baru datang itu. Lembu Sora, Arya Tejawungu, Narapaksa, Jampang, Pitung, Rais, Ji’i, Sarip, dan Lasmini langsung turun tangan membantu pasukan Mataram lainnya dalam menghadapi pasukan pimpinan Kanigoro itu. Kyai Rangga hanya berdiam diri di kejauhan memikirkan langkah apa yang harus ditempuhnya menghadapi serangan bergelombang itu.Bhre Wiraguna langsung menyerbu ke arah pasukan hitam yang datang menyerang. Pedangnya berkelebat mencari sasaran. Dua orang pasukan hitam langsung terkena pedang Bhre Wiraguna dan membuat mereka terkapar. Bhre Wiraguna terus menerjang, dia mencari Kanigoro pimpinan pasukan hitam itu. Dalam beberapa lompatan, akhirnya Bhre Wiraguna dapat menemukan Kanigoro.“Hai, pengkhianat, ajalmu akan segera tiba!” teriak Bhre Wiraguna sambil menyabetkan pedangnya.“
Pelabuhan Sunda Kelapa. Menjelang fajar. Pasukan Mataram membersihkan sisa-sisa kerusuhan. Kyai Rangga mengumpulkan para pemimpin pasukan di bawah pohon besar di dekat benteng darurat.“Pasukan Mataram akan melakukan penyerangan setelah subuh. Seharusnya pagi ini makanan sudah siap, tapi karena ada serangan, kita jadi terlambat menyiapkan makanan untuk pasukan. Sekarang kita harus menyiapkan masakan dalam waktu yang singkat. Sedangkan dapur kita sudah berantakan. Maka dari itu aku minta kalian untuk membantu memasak. Makanan harus siap sebelum matahari bersinar!” perintah Kyai Rangga.“Sendiko dawuh!” kata para pemimpin pasukan. Seketika itu juga, para pemimpin pasukan memerintahkan anak buahnya untuk mulai menyiapkan bahan-bahan untuk memasak. Prajurit mataram bergerak dengan cepat mengumpulkan kayu bakar untuk tungku pembakaran. “Kita butuh banyak kayu bakar, kumpulkan sebanyak mungkin, dan bagi menjadi beberapa titik!” perintah Bhre Wiraguna pada pasukannya.
Teluk Batavia. Tepat pada saat matahari terbit. Tumenggung Bahurekso memerintahkan pasukan Mataram untuk menyerang benteng Hollandia. Berduyun-duyun pasukan Mataram berangkat ke arah benteng Hollandia dengan senjata terhunus. Pasukan berjalan kaki paling depan membawa tombak, pedang dan tameng. Di belakangnya, pasukan panah berjalan dalam satu barisan. Paling belakang adalah pasukan berkuda berderap meninggalkan kepulan debu di udara.Di benteng Hollandia pasukan VOC sudah bersiaga di tempatnya, siap menghadang pasukan Mataram yang akan menyerang. Pasukan pembawa senapan berada di barisan depan membentuk pagar manusia. Dibelakangnya pasukan pedang sudah siap dengan senjata terhunus. Siap menghadang siapa pun yang datang menyerang. Sementara itu puluhan meriam juga disiapkan untuk menghadang pasukan Mataram.Suara gemuruh derap kaki pasukan Mataram terdengar dari arah teluk. Mereka terus berjalan menuju benteng Hollandia. Dengan penuh semangat menggebu mereka berjalan, dengan satu tuju
Sarip memacu kudanya dengan cepat agar segera sampai di pelabuhan. Sesampainya di pelabuhan Sarip langsung melompat dari kudanya dan berlari menghampiri Kyai Rangga yang sedang sibuk mengatur pasukan untuk mengangkut perbekalan.“Siapkan sepuluh kereta kuda dan segera bawa ke teluk!” perintah Kyai Rangga.“Kanjeng Tumenggung!” kata Sarip menghadap Kyai Rangga.“Apa yang terjadi di teluk?” tanya Kyai Rangga sebelum Sarip sempat melanjutkan kata-katanya.“Seluruh pasukan VOC berada di benteng Hollandia untuk menahan serangan Mataram!” lapor Sarip.“Apakah sudah terjadi pertempuran?” tanya Kyai Rangga.“Sudah, pasukan Mataram sudah menyerbu benteng Hollandia tepat saat matahari terbit,” jawab Sarip.“Hmm, kalau begitu pasukan pengangkut perbekalan harus segera diberangkatkan! Lembu Sora, segera berangkatlah ke teluk!” perintah Kyai Rangga.“Kamu juga ikut membantu mengawal!” kata Kyai Rangga pada Sarip.“Baik, Kanjeng Tumenggung!” jawab Sarip sambil bergegas menuju ke kudanya.“Saya bole