Share

PART 84

Penulis: Emde Mallaow
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-22 11:20:26

  Yue Yin, Ming Wei, dan Shun Shin menatap wajah La Mudu bersamaan.

        Yue Yin menggeleng-geleng. “Tidak Mudu, tempat ini sudah tak cocok lagi dengan kami. Terlalu banyak kenangan di tempat ini bersama Jenderal Hongli. Lagi pula kami makin kesulitan hidup di kota yang keras ini, sementara Gong Fai dan Ming Wei terbiasa hidup sebagai petani saja di desa.”

        “Umpama saya kasih Lao Ma modal yang cukup untuk hidup di sini dan memulai usaha, apakah Lao Ma tetap menolak untuk tinggal di sini?”

       “Kami tidak akan hidup di sini, Pendekar Mata Lebar! Sebagai apa kami ini tinggal di rumah sebesar ini?!”spontan Shun Shin alias Gong Fai berkata dengan nada yang tinggi. “Kalau Pendekar Mata Lebar mau membawa orang-orang itu untuk ikut ke negerimu, mengapa k

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 85

    “Keadaan cuaca dan angin sedang bagus-bagusnya saat ini,” ucap Ama Taka sembari mengarahkan pandangannya ke arah depan, tanpa menoleh kepada La Mudu dan La Turangga. “Mudah-mudahan kita bisa sampai lebih cepat dari waktu kita tempo hari.” “Saya pun sangat berharap demikian, Ama Taka,” sahut La Mudu. “Baiklah, kami akan kembali dulu ke ruangan utama. Nanti akan saya suruh La Pabise dan La rangga Jo untuk menemani Ama Taka di sini.” “Baiklah, Ananda Jawara.” Sebelum melangkah menuju ruangan utama, La Mudu dan La Turangga menyempatkan diri untuk turun ke lantai bawah. Di sana keempat sahabatnya, Gong Fai, serta para pemuda dari Desa Xianghu sedang bergembira dengan hasil pancingan mereka yang besar-besar. Ole

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 86

    “Baiklah!” ucap La Mudu, “Yang penting sekarang semuanya tak ada masalah lagi. Kalian berempat tidur saja di ruangan bawah bersama yang lain. Karena besok semua laki-laki yang ada dalam semua kapal akan bekerja secara bergantian selama kita berlayar, mengingat anak buah kapal sudah dibagi-bagi dengan kelima kapal yang baru.” “Baiklah, Pendekar Muda. Permisi kami....” Belum sempat Qiang menyelesaikan ucapannya, terdengar teriakan para anak buah kapal yang bekerja di atas, bahwa ada sebuah kapal yang sedang mengejar mereka. Mendengar itu, kepanikan di seluruh penumpang wanita kembali terjadi. “Tak apa-apa, kalian tenang saja,”La Mudu berkata tanpa ditujukan secara khusus kepada siapa pun sebelum keluar dari ruangan kapal.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-27
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 87

    Jauh di Desa Tanaru, Dato Hongli memanggil Bumi Osu dan segenap pekerjanya serta keenam penyamun insyaf ke Istana Sandaka, dan meminta agar mereka mengosongkan dermaga utama. “Muridku akan segera tiba,”ucap Dato Hongli. Bukan saja Bumi Osu dan keenam penyamun insyaf yang gembira mendengar kabar itu, namun seiisi Istana Sandaka (Uma Na’e) pun merasakan hal yang sama, lebih-lebih Meilin dan Putri Mantika. “Kira-kira kapan kapal Kak Mudu berlabuh, Kek?” tanya Meilin. “Iya, Kek, kapan...?” tanya Putri Mantika pula. Dato Hongli memejamkan kedua matanya lalu ia menghela nafas panajang seolah-olah i

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-28
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 88

    Saat itu, Dato Hongli sedang duduk di sebuah kursi di beranda depan. Ia sedang dikelilingi oleh orang-orang yang baru datang dari negerinya dan mengajak mereka berbincang-bincang dengan penuh keakraban. Di situ juga ada Meilin dan kedua orang tuanya, Baojia dan Fang Yin. Wajah-wajah mereka terlihat sangat bahagia, tentunya. Mereka tak menduga bisa bertemu kembali dengan keluarga dan handai tolan mereka. Suasananya demikian riuh karena sekali-kali dibumbui dengan tawa-tawa bahagia mereka. Ketika melihat kemunculan murid kesayangannya, dan rombongannya, Dato Hongli, juga Meilin dan kedua orang tuanya, langsung bangkit berdiri. Mereka menyambut kepulangan La Mudu dan para sahabatnya dengan wajah bahagia dan senyum sumringah. Begitu dekat, sang mantan jenderal perang itu langsung memeluknya dengan erat dan cukup lama. Kemudian k

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-29
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 89

    Hal yang paling membuat La Mudu, terutama, dan seluruh penduduk Tanaru bahagia adalah ketika melihat orang yang sangat mereka hormati dan tuakan, Dato Hongli, telah bersatu kembali dengan keluarganya, anak-anak dan istrinya. Wajah dari sang mantan jenderal perang di kekaisaran Dinasti Ming itu terlihat sumringah dan lebih bersemangat. Sebagian jiwa dan hatinya yang tertinggal jauh kini telah kembali padanya. Hanya saja, ketika sang gurunya itu menyampaikan keinginan untuk tinggal terpisah dari Uma Na’e, La Mudu, Meilin, dan Putri Mantika serentak menolak. “Mengapa Ato mau tinggal di salah satu rumah itu lagi sedangkan istana ini sangat luas? Ada banyak kamar yang masih kosong. Ato dan Lao Ma adalah orang tua kami yang sesungguhnya,”ucap La Mudu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 90

    La Mudu terdiam untuk beberapa saat. Tak ada sedikit pun kekagetan dari ekspresi wajahnya. Yang ada hanya sedikit tersenyum. “Sebenarnya...,”ucapnya kemudian, “saya sudah menyadari hal itu, Ato. Bahkan Mei Mei juga berpendapat demikian. Namun selama ini saya hanya mengingatkan dia agar tidak boleh berprasangka demikian kepada Kak Wei Wei.” Dato Hongli menoleh dan menatap wajah muridnya beberapa saat lamanya dan bertanya, “Mei Mei menaruh rasa cemburu...?” “Tidak, Ato. Bahkan dia merasa tidak ikhlas jika Kak Wei Wei akan dinikahi oleh pemuda-pemuda yang melamarnya itu. Dia malah lebih setuju jika saya yang melamar dan menikahi Kak Wei Wei. Karena menurutnya, di Sinae pun orang-orang besar memiliki istri lebih dari satu, bahkan banyak. Saya katakan, bahwa saya sangat mencintai dia dan t

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 91

    Pada tahun keenam sejak Desa Tanaru dibangun kembali atau tahun kelima sepulang dari Daratan Sinae, pengiriman hasil laut berupa ikan, mutiara, dan sebagainya yang dilakukan oleh para pengusaha dari desa tersebut ke berbagai wilayah dan pulau, baik ke wilayah kepulauan timur, utara, maupun ke barat seperti Jawa dan Andalas. Selanjutnya, para pengusaha Tanaru bukan lagi hanya menjual hasil laut mereka, tetapi sudah berkembang ke arah usaha perdagangan berbagai barang lainnya, seperti rempah-rempah, dendeng rusa, madu, serta ternak. Jika mereka menjual hasil lautnya ke wilayah timur, makan mereka akan membawa pulang hasil rempah-rempah yang sangat banyak dan mahal harganya, lalu rempah-rempah itu dijual lagi ke berbagai negeri. Untuk barang ternak yang menjadi mata dagangan utama pengusaha Tanaru adalah kuda. Berkapal-kapal kuda tunggangan dan kuda perang dapat mereka angkut ke berbagai pulau atau k

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-04
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 92

    Hari telah sore saat mereka sampai di pelabuhan Semarang. Malam itu mereka merencanakan akan berlayar kembali menuju Tanaru. Akan tetap tiba-tiba La Mudu berkata kepada Gong Fai, kelima sahabatnya, dan lain-lain, bahwa ia belum ikut kembali ke Tanaru. Ia ingin menjelajahi dulu Pulau Jawa, dan akan menyusul kemudian. Walau semuanya menampakkan kekagetan, namun mereka tak berminat untuk mengomentari keinginan Sang Pendekar itu. Mereka tau bahwa keputusan yang telah diambil oleh La Mudu itu sudah dipikirkannya matang-matang, dan tentu ada suatu tujuan tertentu yang tak perlu mereka tanyakan. “Katakan kepada Mei Mei, Wei Wei, Dato, dan yang lain, bahwa kemungkinan saya akan berada di Jawa agak sedikit lama. Selama saya berada di Jawa, seluruh urusan di Tanaru biarlah Dato yang tangani dulu,”ucap La Mudu tanpa melihat kepada siapa pun, karena

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06

Bab terbaru

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 151

    Melihat keadaan perkembangan Tanaru yang demikian pesat dengan kekayaan dan pendapatannya yang demikian tinggi dan ditambah dengan pelabuhan lautnya yang makin ramai itu, maka Raja Mbojo pun menetapkan Tanaru sebagai pusat pemerintahan untuk wilayah timur Kerajaan Mbojo, dan La Mudu diangkat langsung sebagai Galara Na’e (setingkat gubernur zaman sekarang). Akibat kepemimpinan Galara Na’e Mudu sangat dimuliakan oleh rakyat Mbojo di wilayahnya, menjadikan Tanaru mengalami perkembangan yang makin pesat. Sejak diresmikan sebagai pusat pemerintahan di wilayah kerajaan bagian timur, Tanaru benar-benar telah menjelma sebagai sebuah bandar yang sangat ramai. Pelabuhan Wadu Mbolo yang merupakan pelabuhan terakhir dan persinggahan, pun makin ramai, dan menjadikannya sebagai pintu utama masuknya rejeki dan pendapatan bagi Bandar Tanaru. Kapal-kapal dagang besar antarnegeri pun makin banyak yang keluar masuk di pel

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 150

    Tugas pertama yang diberikan oleh Baginda Raja kepada Lalu Galising memperbesar dan memperkuat lagi angkatan perang kerajaan. Atas perintah dan petunjuk dari sang Baginda Raja, Lalu Museng selaku pelaksana panglima perang lalu melakukan perekrutan anggota prajurit baru secara besar-besaran, baik untuk prajurit darat maupun prajurit laut. Dan atas petunjuk dari sang panglima utama, Lalu Galising merumbak seluruh kepemimpinan dari segala tingkatan angkatan perang dari pejabat yang kurang kinerjanya dengan perwira-perwira dan bintara-bintara yang cerdas dan sangat loyal. Ribuan tamtama dan bintara baru itu oleh Lalu Galising digembleng terlebih dahulu dengan ilmu kependekaran dalam taraf tertentu, sehingga prajurit-prajurit itu kelak akan menjadi prajurit yang sangat tangguh dan militan. Untuk mewujudkan kebijakannya itu, Lalu Galising mendatangkan ratusan pendekar jebolan Padepokan Tanaru yang merupakan saudara seperguruannya untuk me

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 149

    Sebuah prosesi pernikahan yang tergolong mewah dan besar dilangsungkan satu bulan kemudian setelah acara lamaran. Pestanya berlangsung selama dua hari berturut-turut dan digelar tak ubahnya sebuah perkawinan di kalangan putra-putri raja-raja. Itu bisa dimaklumi, karena soal biaya bagi La Mudu atau Tanaru secara umum tak menjadi masalah. Kebetulan juga Ang Bei dan Ming Mei, orang tuanya An Bao Yu, adalah salah seorang juragan kaya di Tanaru. Namun demikian, semua biaya perkawinan berikut pestanya itu sudah ditanggung sepenuhnya oleh pihak Uma Na’e (Galara Mudu). Dalam pesta walimah itu dipersembahkan berbagai hiburan dan pertunjukan dari dua bangsa, yaitu dari Bangsa Sinae (Tiongkok) maupun Bangsa Mbojo. Berpuluh-puluh ekor kerbau dan kambing dipotong untuk dinikmati oleh para tamu dari berbagai kalangan. Para tamu yang hadir dalam pesta walimah itu bukan

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 148

    Di kota kerajaan yang luas dan ramai itu, Lalu Galising, yang ditemani Lalu Rinde dan saudara-saudara seperguruannya, mengajak Ambayu untuk menikmati berbagai hiburan di lingkungan istana maupun di sekitar kota, atau berbelanja berbagai barang yang disukai oleh sang kekasih. Jika sewaktu-waktu pergi berburu rusa, terkadang Lalu Galising mengajak sang kekasih untuk ikut serta. Ambayu bukan gadis yang lemah. Dia juga adalah calon seorang pendekar yang memiliki kekuatan fisik jauh di atas yang dimiliki oleh gadis biasa umumnya. Ia juga sangat lihai dalam berburu. Dengan menggunakan kuda pacu tunggangannya, ia berkali-kali mampu memburu rusa liar dan membunuhnya dengan cara ditombak atau dipanah. Keberhasilannya itu selalu mendapat pujian dari sang kekasih, Lalu Galising, dan juga para murid-murid padepokan yang menyertai mereka. Setahun kemudian, atau 5 tahun genap L

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 147

    Keberhasilan muridnya, Lalu Galising, dalam memimpin dan menumpak gerombolan pemberontak di kerajaan seberang sangat membanggakan bagi La Mudu. Artinya, hasil didikannya secara khusus terhadap muridnya itu tak sia-sia, sudah sangat terlihat nyata hasilnya. Dan hal itu pun membuat kebanggan juga bagi segenap murid Padepokan Tanaru. Baik kakak-kakak seperguan maupun adik-adik seperguruannya, langsung memberikan ucapan selamat kepada Lalu Galising. Setelah mencapai usia 24 tahun, atau setelah 4 tahun ia menjadi murid Pendekar Tapak Dewa alias La Mudu, Lalu Galising telah tumbuh menjadi pemuda yang matang dan sempurna. Wajahnya makin tampan dengan bangun tubuhnya yang tinggi lagi kekar. Dan namanya pun makin terkenal di kalangan masyarakat Tanaru, lebih-lebih di kalangan seperguruannya di Padepokan Tanaru. Setiap ada permintaan bantuan dari kerajaan-kerajaan di Kepulauan Tenggara kepada pihak Ta

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 146

    Sementara itu, perkembangan kawasan pemukiman di penghujung timur Pulau Sumbawa itu ramainya nyaris sama dengan ramainya ibu kota kerajaan. Terlebih dengan kesibukan yang terjadi di Pelabuhan Wadu Mbolo yang paling mendukung munculnya banyak saudagar-saudagar baru yang kuat. Kehidupan masyarakat di kawasan itu benar-benar aman dan tenteram, karena semua berada dalam kepatuhan pada pemimpin mereka, yaitu La Mudu alias kepala Desa Mudu alias pendekar Tapak Dewa. Tak ada satu pun penjahat atau kelompok penjahat mana pun di kawasan Kepulauan Tenggara yang berani coba-coba membuat kerisauan di kawasan itu. Baru mendengar nama sang pemimpin dari kawasan itu saja hati mereka sudah ciut lebih dahulu. Berani melakukan tindakan konyol di kawasan penghujung timur Pulau Sumbawa itu, sama halnya mereka melakukan tindakan bunuh diri. Sementara dari pihak Kompeni Belanda pun enggan untuk mengusik atau berurusan dengan Tanaru. Lagi pula, tak sediki

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 145

    Kepulangan La Mudu menjadi kebahagiaan bagi segenap rakyat Tanaru. Keberadaannya sebagai seorang pemimpin di tengah-tengah mereka merupakan kekuatan tersendiri bagi mereka. Lebih-lebih yang merasakan kebahagiaannya itu adalah seisi Uma Na’e (Istana Sandaka), yaitu kedua istri dan anak-anak mereka, juga kedua pasang mertuanya. Indra Kelana (anak La Mudu dengan istrinya Meilin) dan Dewi Samudra (Anak La Mudu dengan istrinya Ming Wei) menyambut kehadiran ayah mereka dengan sangat riang gembira. Keduanya langsung menggelayut dalam gendongan di kedua sisi rusuk sang ayah. Lalu kedua bocah itu mendominasi cerita apa pun tentang mereka terhadap ayahnya, termasuk tentang ilmu beladiri yang mereka miliki makin tinggi serta hafalan Al Quran mereka yang sama-sama mencapai beberapa juz. “Luar biasa kedua anak-anak Ayah,” puji La Mudu sembari mencium pipi kedua buah hatinya. “Kalian harus terus belajar sama K

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 144

    Pendekar Tapak Dewa bersama seluruh warga Desa Sera Guar mengantarkan rombongan pasukan bhayangkara yang akan membawa seluruh anggota penyamun Dewa Lenge itu ke kota raja di batas desa. Ada kelegaan namun juga perasaan rihatin serta kecewa yang dalam di dada setiap orang saat itu. Lega karena gerombolan yang sangat meresahkan itu telah berhasil dibekuk, dan prihatin serta kecewa yang dalam karena kenyataan bahwa pemimpin gerombolan penyamun malam itu ternyata adalah pemimpin mereka sendiri, Lalu Lojang, orang yang sangat mereka percaya, hormati, dan kagumi selama ini. Namun demikian, mereka hanya berharap, semoga Baginda Raja tidak sampai menjatuhkan hukuman gantung kepada pemimpin mereka itu. Mereka yakin, Lalu Lojang hanya sedang tersesat dan terjerumus. Mereka sangat tahu, sebelum kemunculan gerombolan penyamun malam di bawah pimpinannya itu, sang kepala desa itu adalah orang yang sangat baik, pen

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 143

    Tentu saja mereka tak akan mendapatkan sahutan, karena rumah-rumah itu telah ditinggalkan oleh penghuninya. “Rumah ini kosong! Ke mana para penghuninya...!?” Rata-rata demikian pertanyaan spontan yang terlontar dari mulut para anggota gerombolan itu. Namun anehnya, saat mereka menyalakan obor di tangannya masing-masing, mereka menemukan butir-butir emas yang tergeletak begitu saja di atas tempat tidur. Dan tanpa ragu-ragu mereka mengambil butir-butir emas itu dan memasukkannya di kantong dalam pakaian mereka. “Bagaimana, apakah kalian keluar dari rumah-rumah warga dengan membawa hasil?” Itu yang bertanya adalah Gumang Lanang, ketika seluruh anggota gerombolan telah berkumpul kembali di sebuah tanah yang kosong dalam de

DMCA.com Protection Status