"Satu purnama ke depan, Gusti Prabu." ucap Ketua Partai Telaga Emas.
"Untuk keperluan yang tidak tersedia di Paladu akan dibantu oleh Sindang Nagara," ujar Pangeran Mahesa Maheswara. Pemuda itu tampak ramah, tidak seperti Pangeran lain yang terkesan sombong.
Semua pada akhirnya setuju bahwa Paladu akan menjadi tuan rumah Sayembara yang dilaksanakan dua tahun sekali itu. Ini untuk pertama kalinya Paladu diberi mandat, setelah hampir seratus tahun Sindang Nagara menguasai Tanah Suci.
Karena sepuluh tahun terakhir acara selalu dilaksanakan di Sindang Nagara yang notabene kerajaan paling besar di Tanah Suci.
Sebenarnya ada empat kerajaan lain selain Paladu yang selalu mengikuti Sayembara. Namun daerah mereka kurang cocok dijadikan sebagai acara besar. Ditambah ada kerajaan yang sering terkena bencana.
Selain itu ada dua belas Partai di Tanah Suci yang juga akan ikut dalam Sayembara tersebut. Tujuan diadakannya Sayembara ad
Angga tampak tidak mengelak sedikit pun melalui serangan dari lawan yang datang.Angga baru sadar dari lamunannya ketika sudah ambruk ke tanah gembur. Hidungnya mengeluarkan darah, pertanda lawannya memiliki kedigdayaan tinggi. Seketika dadanya sesak, kepalanya berkunang dengan badan yang bergetar hebat.Angga berusaha untuk berdiri, disisa tenaga yang dimilikinya. Si Codet berusaha melihat siapa orang yang telah membuatnya terpental sangat jauh.Pemuda dengan luka codet itu melihat sosok tak dikenal sedang melawan Adhyaksa. Keduanya terlibat dalam pertarungan yang luar biasa sengit."Oh iya, bukankah Adyaksa yang menemaniku ke Gunung Kubang?" tanya Angga kepada dirinya sendiri.PLAK!!Pemuda itu menampar dirinya sendiri berkali-kali, pertanda dia baru sadar. Meratapi apa yang dia lakukan, sehingga termenung begitu rupa."Setan apa yang membuatku seperti ini?" tanya Angga kembali. Dia terus me
BRAKK! Tubuh Adyaksa terpental ke belakang beberapa depa dari tempat pertarungan. Adyaksa terkapar di tanah dengan tubuh penuh darah. Baju serba putih yang dia pakai kini sudah tak terlihat saking kotornya. Membuat tubuh sang pemuda itu berlumuran darah, dia sudah tak bisa berdiri. Tangan kirinya sudah tak bisa digerakkan akibat serangan pertamanya, membuatnya meringis. Ditambah kaki kanan yang sudah robek oleh sabetan pedang, sehingga nyawanya di ujung tanduk. Sekali saja Jeladeri melayangkan pedang miliknya, maka nyawa Adyaksa akan melayang. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Angga kepada dirinya sendiri. Melihat kondisi Adyaksa yang berada di ujung tanduk. Jiwa ingin menolong jelas menggelora dari si pemuda Ada risiko yang harus dia terima dengan pilihan yang dipilih. Angga harus menimbang baik buruknya keputusan yang harus dia pilih. Angga ingat perjanjian dengan Tuan Putri agar tidak mengeluarkan kemampuannya. Nam
"Aku hanya roh yang penasaran, tak senang melihat orang membunuh tanpa alasan," ucap Angga sambil tersenyum sinis."Bedebah. Kau akan menyusul kawanmu itu," ucap Jeladeri sambil melompat ke atas, lalu akan menghantamkan pedang miliknya.Angga melihat kondisi Adyaksa sudah tak sadarkan diri tampak khawatir. Sehingga memutuskan untuk menggunakan jurus pamungkas yang dimilikinya.Jurus itu dinamakan dengan "Kilat Bayangan Macan Kumbang". Sebuah kedigdayaan yang membuat Angga dapat bergerak sangat cepat hingga menjadi bayangan yang terlihat berwarna hitam. Tubuhnya seperti seekor Macan Kumbang yang siap menerjang mangsanya. Bergerak seperti kilat cahaya yang berpindah sangat cepat.KRASS! KRASS! KRASS!Sebuah cakaran menghantam tubuh Iblis Janggut Putih puluhan berapa kali. Teriakan kesakitan dari sosok berpakaian hitam itu terdengar keras. Tubuhnya terjungkal dengan luka cakaran dimana-mana. Pedang sakti miliknya te
“Aduh! Kenapa bisa lupa segala. Setan apa yang masuk ke tubuhku?” tanya Angga pada dirinya sendiri. Menggerutu di depan Adyaksa yang malah tertawa melihat kebodohan Angga.“Terus dengan kondisi seperti ini, apa kita tetap pergi ke Gunung Kubang?” tanya Adyaksa.“Sepertinya kita harus tetap ke sana, kondisiku terkadang tak menentu. Kamu juga masih terluka, yang aku lakukan tadi hanya pengobatan sementara,” ucap Angga.Macan Kumbang sadar jika kondisi dirinya adalah ulah seseorang, meskipun tak tahu siapa. Juga luka Adyaksa perlu disembuhkan sebelum obat sementara, sudah tidak mujarab lagi.“Tunggu apa lagi, ayo kita ke sana? Hari sudah sangat siang, sedangkan perjalanan masih jauh?” tanya Adyaksa.“Ayo. Tetapi kita makan dulu, lapar!” seru Angga sambil menyantap daging ayam hutan yang dipanggangnya.“Kau mau menghabiskannya sendirian, tidak m
KRASS!Sekali sabetan pedang, tiga orang anak buah begal langsung terkapar. Tidak tanggung-tanggung badannya putus sekali tebasan itu, hal tersebut sangat mengerikan."Pedang Tanpa Bayangan?" ucap gadis berpakaian hijau mengenali senjata tersebut.Melihat apa yang terjadi dengan anak buahnya yang sudah kehilangan nyawa. Kini hanya tertinggal pimpinan begal semata yang ketakutan setengah mati. Apalagi ketika melihat senjata yang dibawa oleh Angga, jelas membuat dia tak sanggup menahan pipis."Sudah tua malah mengompol, bagaimana bisa kau berperilaku seperti tadi?" tanya perempuan tersebut mengejek pimpinan begal."Ampun Tuan, ampunilah selembar nyawaku ini. Jika kalian memerlukan harta, silakan ambil semua di markas. Asalkan aku masih diizinkan untuk hidup?" tanya pimpinan begal. Mencoba segala cara agar ketiga orang di hadapannya mau mengampuni dirinya."Prana Sinta. apa kau membutuhkan harta itu?" tanya A
Keduanya kemudian menjelaskan apa yang akan dilakukan, Prana Sinta terpaksa menyanggupi. Karena rasa penasaran ingin tahu kenapa Angga bisa selamat dari kematian ketika diburu oleh tokoh golongan Putih dan pihak pemerintahan.Angga, Adyaksa dan Prana Sinta sepakat untuk menjalankan rencana ke depannya. Yaitu dengan mengikuti Sayembara di Paladu dan berjanji akan memenangkan pertandingan.Sedangkan Adyaksa dan Angga akan kembali ke keseharian mereka di Paladu. Angga akan kembali menjadi ajudan Tuan Putri Lintang Ayu.Namun sebelum kembali ke Paladu, ketiganya sepakat untuk ke Gunung Kubang menemui Tabib Cadar Putih.***Kediaman Tabib Cadar Putih berada di Kota Raja Kubanggiri, ibukota Gunung Kubang Jayagiri. Tak perlu waktu lama untuk menemukan lokasi tersebut karena Prana Sinta adalah murid sang tabib.Selain membuka praktik penyembuhan bagi orang yang terkena penyakit aneh. Namun juga mendirikan perguruan untu
"Mudah-mudahan dewi," ucap Angga pelan."Satu lagi, sepertinya pedang itu yang mampu mengendalikan dirimu ketika terkena ilmu hitam. Senjata itu akan berguna untuk melindungi dirimu," ucap Tabib Cadar Putih lagi.Angga hanya mengangguk pelan, ada ikatan yang sulit dimengerti tentang senjata tersebut. Namun Angga merasa jika senjata itu yang diceritakan gurunya, saat dia akan pergi mengembara.***"Kamu yakin akan melanjutkan penyamaran di Paladu?" tanya Prana Sinta yang mendekati Angga yang sedang melamun di dekat jendela kediaman Tabib Cadar Putih.Perguruan itu memang sedang dalam kondisi paceklik, serba kekurangan. Bahkan usaha Tabib Cadar Putih dalam penyembuhan tidak mampu menutupi kebutuhan Perguruan. Hal itu yang membuat murid pertamanya, Prana Sinta untuk mencari dana bantuan."Tentu saja yakin, apa kamu tidak setuju?" tanya Angga lagi."Bukannya tidak setuju, tetapi di sana banyak orang ber
"Kalau aku terlibat kenapa memberi tahu kalian?" tanya Adyaksa lagi, tampak kesal dia malah dicurigai.Angga hanya garuk-garuk kepala, tanda dia mengiyakan ucapan sahabatnya.Ketiganya kemudian bersepakat untuk pergi ke Paladu secepatnya karena Sayembara semakin dekat. Akan ada banyak tokoh kedigdayaan menuju Paladu. Sehingga situasi di tempat tersebut akan lebih berbahaya dari sebelumnya."Sebelum pergi, ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu, Angga!" seru Tabib Cadar Putih menghalangi jalan ketiganya ketika akan meninggalkan Kubanggiri."Ada apa Dewi?""Apa pun yang terjadi, tolong lindungi Putri Lintang Ayu. Dia adalah kunci dari semua kejadian di Paladu," jawab Tabib Cadar Putih."Kenapa Dewi bisa tahu hal itu?" tanya Angga lagi penasaran."Tentu saja, semua orang tahu hal itu. Semenjak kematian misterius Gusti Permaisuri dan Putra Mahkota. Hanya Putri Lintang Ayu yang keturunan asli Wastu Ken
Setelah itu dilanjutkan dengan adat perkawinan antara Adyaksa dengan Lintang Ayu Wardani. Keduanya dinikahkan oleh sesepuh yaitu tak lain adalah Aki Jati Luhur.Angga harus menjadi wali bersama ayahnya, Prabu Bajra Wastu Kencana.Di tempat itu juga diadakan sebuah adat ketika seorang adik melangkahi kakaknya dalam sebuah pernikahan. Angga harus lari kemudian dikejar oleh Adyaksa sampai dapat. Sebagai bukti bahwa Anggara Wastu Kencana telah rela jika adiknya menikah, sebuah adat yang akan terus dijaga sampai ratusan tahun ke depan."Kenapa aku mau disuruh berlari?" ucap Angga sambil garuk-garuk kepala. Namun dia tampak kaget ketika di antara penonton ada seorang perempuan yang tersenyum kepadanya. Hal itu jelas membuat dirinya kaget bukan main, mungkin takut diajak nikah seperti adiknya."Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ranu Paksi kepada muridnya yang tampak bingung."Ada urusan pribadi yang sedikit mengganggu, paman" ucap Angga."Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ranu Paksi mencoba me
"Tentu saja, sekali gerakan kau akan kehilangan kepalamu.""Kenapa kau paham dengannya?""Tentu saja, ketika kau sibuk di Istana. Aku mengangkat seorang murid yaitu dirinya." ucap Semanik yang seakan membuat Pangeran Mandura tidak percaya hal itu terjadi.Pangeran Mandura tetap menganggap Angga seperti dulu, hanya orang lemah yang tidak punya kemampuan apa-apa."Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku tetap akan berangkat?" tanya Pangeran Mandura yang malah kecewa dengan ayahnya yang justru memberikan kemampuan kepada orang lain. Padahal Pangeran Mandura sendiri yang tak pernah pulang ketika berada di Istana Sindang Nagara dimana akan dilakukan prosesi Raja baru."Aku yang akan membunuhmu!"Jelas semua orang kaget dengan ucapan dari Semanik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh resi yang paling berpengaruh itu."Partai Ngarai Biru adalah milik Anggara Wastu Kencana, jadi akan setia terhadap yang sah apapun yang terjadi!"Beberapa orang yang mendengarkan ucapan dari Seman
"Bukan, aku bukan putra Mahkota. Sudah ada Raja baru yang akan memimpin Nagarawangi ke depannya." ucap Angga yang kini bicara sendiri namun menggunakan suara yang berbeda dengan aslinya.Mendengar hal itu jelas membuat Pangeran Mandura terkejut bukan main, tak mengerti siapa yang akan meneruskan tahta Sindang Nagara."Siapa yang kau maksud?" tanya Pangeran Mandura tampak penasaran."Satu yang pasti bukan dirimu!"Angga malah bicara seenaknya yang membuat Pangeran Mandura jelas tersinggung, lawannya tahu niatnya. Meskipun masih penasaran, namun rasa kesal lebih menumpuk di dirinya.Angga sama sekali tidak menjelaskan bahwa yang akan menjadi Raja adalah Adyaksa yang menikahi Gusti Putri Lintang Ayu Warda
“Maafkan Ayah, Aku sedang urusan penting di Hutan Mati. Sepertinya tempat kita dulu sangat cocok untuk dijadikan tempat perjuangan mendapatkan tahta Sindang Nagara.” ucap sang anak yang tidak merasa sedih akan kematian adiknya sendiri itu.“Mau kau jadikan apa anakku? Bukankah bencana dahsyat itu sudah memperingatkan kita untuk tidak gegabah di sana?” Sang Ayah mencoba untuk memberi masukan kepada anaknya yang semakin hari semakin tidak jelas pikirannya.“Tenang saja ayah, tidak akan terjadi apa-apa. Sindang Nagara sedang kosong, ini kesempatan kita untuk mendapatkan tahta itu.”Anak tersebut adalah Pangeran Mandura semakin bersemangat untuk melancarkan hasrat terpendam nya. Hasrat yang selama ini tertutup oleh sang ayah, yang ternyata adalah seseorang yang mengabdi lama di Sindan
Angga berteriak ketika ada sebuah senjata menyerang, jelas membuat Prana Shinta kaget. Namun dapat ditahan menggunakan tangan, sehingga serangan tidak datang lagi.JLEP!Sebuah anak panah terbang dengan sangat cepat, langsung mengenai pohon. Beruntung tidak kena ke tubuh tiga orang yang sedang berjuang."Hei bayangan hitam, siapa kau? Cepat tunjukan siapa kau?" tanya Prana Shinta sambil mengeluarkan pedang miliknya."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Prana Shinta sambil waspada terhadap serangan."Kita harus berpencar, supaya ketahuan dimana sebenarnya serangan datang!"Keduanya berpencar seraya mencari dari mana asal serangan yang datang. Namun aneh
"Raja, aku di sini," ucap perempuan yang menjadi pasangannya. Tampak jika perempuan itu tertimpa reruntuhan, namun dia bisa selamat dari kematian."Syukurlah kau tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini. Kita tunggu apakah ada orang yang datang atau tidak," ucap Raja yang ternyata masih hidup. "Menurut dugaan pasti ada serangan lain yang akan merebut Nagarawangi!"Keduanya kemudian pergi dari reruntuhan yang membuat mereka terluka. Ada yang lecet, ada juga yang terluka dalam hingga perlu pertolongan temannya.Dua puluh persen dari semua kekuatan memang masih bisa bertahan, mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman Raja. Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raja bahwa akan mengawasi jika serangan datang.***
Lokajaya kemudian menjelaskan tentang keterlibatan Randu Paksi yang menyamar menjadi Topeng Putih. Saka Wulan dan Saka Surya juga muncul selain beberapa orang yang menjadi bagian Paladu lainnya."Tidak mungkin, kau pasti bohong. Mana mungkin Randu Paksi masih hidup?" tanya perempuan dari Sepasang Walet Merah."Dia ternyata hanya pura-pura mati, sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi di Paladu!"Semakin kaget ekspresi wajah semua orang yang ada di ruang pertemuan. Mengingat hal itu jelas sebuah ancaman yang dapat membuat para pimpinan Sindang Nagara kembali kehilangan jabatannya."Aku yakin bukan dia yang menyebabkan dirimu seperti ini, Lokajaya?" tanya Raja lagi terus berkacak pinggang. Terus menatap wajah Lokajaya yang memiliki sorot wajah yang an
"Mohon maaf Raja, ada orang dari Paladu yang menghadap!" ucap salah satu prajurit dengan nada cemas, entah apa yang terjadi sebenarnya."Namun mereka sepertinya terluka parah," tambah prajurit yang satu lagi."Siapa mereka?" tanya Raja sambil berdiri dari tempat duduknya.Kedua prajurit tampak bingung mulai bicara dari mana, mengingat mereka terluka parah. Meskipun pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain jujur kepada junjungan nya daripada kena damprat akibat tidak menaati perintah.“Kenapa diam? Katakan siapa yang datang menghadap?” tanya Raja Sindang Nagara yang baru saja menjadi Raja.“Mereka yang bertugas untuk menaklukan Kerajaan Paladu,” ucap salah satu prajurit sambil memberi hor
"Muridmu harus menerima takdir sebagai penerus Iblis Ular Hijau," ucap Angga pada akhirnya bicara. Jelas membuat perempuan itu terkejut bukan main, bagai petir di siang bolong. "Jadi Lintang Ayu putri Dewi Cadar Putih?" tanya Randu Paksi yang mengenal siapa sebenarnya Dewi Cadar Putih. Perempuan yang menjadi tabib karena memiliki racun dalam tubuhnya. Keterkejutan bertambah jika Dewi Cadar Putih ternyata adalah Cempaka Ayu. "Bukan hanya itu, Cempaka Ayu adalah Gusti Permaisuri yang telah lama hilang!"Angga kemudian menjelaskan hal yang terjadi, jelas membuat Randu Paksi begitu kaget. Namun dia mencoba untuk tenang, memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Setidaknya banyak kesulitan di masa lampau membuat Randu Paksi dan Angga bisa lebih bijak dalam menyikapi suatu hal. Terlebih hal tersebut mengenai urusan dendam atas kematian yang ada."Apa kau punya gagasan untuk menyelamatkan Tuan Putri?" tanya Randu Paksi menunggu ide datang dari Angga. "Orang yang sudah meminum darah