Beranda / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Bab 69 : Cerita Rahu

Share

Bab 69 : Cerita Rahu

Penulis: Freya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-06 23:29:24

"Terimakasih,"Rangga mengembalikan bumbung bambu itu pada Retno.

Retno diam-diam mengamati Rangga yang saat itu keadaannya tampak kumal dan kotor. Kumis dan jenggot tumbuh tak beraturan di wajahnya. Kukit tubuhnya tampak menghitam karena daki dan keringat yang menyebarkan bau asem.

"Siapa namamu?"tanya Retno.

"Aku Rangga,"Rangga menjawab sambil mengunyah umbi Garut.

Perutnya sekarang sudah lebih enak, asam lambungnya sudah diredam oleh umbi Garut yang bisa mengurangi produksi asam lambung.

"Ikutlah ke rumahku, nanti kamu bisa mandi dan berganti baju."

"Nggak usah repot-repot, aku harus segera pulang ke kampungku. Bunga Ungu ini harus segera kuberikan pada ibuku untuk obat."

"Di mana kampungmu?"tanya Retno.

"Aku tinggal di Lembah Hantu, kampungku jauh dari sini."

"Sebentar lagi hari gelap dan kabut akan turun. Kamu akan kesulitan mencari jalan pulang. Bisa-bisa kamu akan tersesat di kampung gaib,"tutur Retno.

Rangga berhenti mengunyah sekarang dia bisa merasakan tubuhnya begitu lelah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 70 Sosok Misterius Berbaju Hitam

    "Kitab itu telah lama menghilang, tapi aku pernah mendengar pembicaraan para pendekar di sebuah kedai. Mereka bercerita bahwa kitab itu telah ditemukan lagi. Seorang pemuda dari perguruan Sekar Jagad telah mencurinya dari Mpu Waringin. Aku tidak tahu bagaimana kitab itu sampai di tangan Mpu Waringin,"ujar Rahu.Rahu menoleh pada Rangga lalu bertanya"Ngger, kamu kan dari perguruan Sekar Jagad. Apa kamu tahu siapa yang membawa kitab itu? Apa kamu kenal orangnya?"Rangga mengangguk dan menjawab"Ya, saya kenal orangnya. Pencuri yang sebenarnya adalah Hasta yang kini menjadi prajurit kerajaan Majapahit. Tapi dia hanya memegang bagian akhir dari kitab itu. Sedangkan bagian awalnya saya yang membawanya."Rahu terkejut mendengar penjelasan Rangga. "Bagaimana kitab itu sampai di tanganmu?"selidik Rahu."Saat pertarungan di Lembah Hantu, awalnya mereka saling bertarung memperebutkan kitab itu. Lalu Dewi Sekar dengan ilmu hitamnya menurunkan kabut gaib. Saat kabut gaib itu muncul para pendeka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 71 Retno

    Ilmu meringankan tubuh sosok berbaju hitam itu ternyata lumayan hebat. Setiap kali Rangga mempercepat langkahnya, sosok itu juga mempercepat langkahnya. Jika dia melambatkan langkahnya, dia juga melambatkan langkahnya. Rangga galau memikirkan sosok di depanya. Apa yang dia lakukan? Apakah dia mengambil kitab Sang Hyang Agni ataukah mengambil bunga Ungu obat untuk Mbah Janti?Rangga mengerahkan tenaga dalamnya dua kali lipat dari sebelumnya. Upayanya berhasil, sosok berbaju hitam itu berhasil disusul. Setelah mulai dekat, Rangga menekuk lututnya lalu melompat tinggi meluncur di udara mendahului sosok hitam itu.Dia berhasil mencegat sosok berbaju hitam itu, sosok itu tampak terkejut lalu menghentikan larinya. Melihat Rangga sudah berada di depannya sosok itu langsung menghunus pedangnya.Rangga tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup kedok. Samar Rangga mencium harum bedak Kembang Tanjung. Melihat sosoknya yang tampak langsing dan gemulai, Rangga yakin dia seorang wanita."Mau a

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 71 Pertemuan

    Dua Retno menghadapi satu Retno yang pakaiannya sudah compang-camping."Kembalikan barang yang kamu curi dari tamuku!"bentak Retno anak Rahu."Tidak...dia sudah mengambil bunga Ungu milik ibuku. Dia harus membayarnya dengan harga yang pantas!"jawab Retno pencuri.Rangga menghampiri Retno pencuri lalu berkata"Aku sudah membayarnya dengan kain batik, apa itu kurang cukup?!"Retno pencuri hanya mendengus"Huuh, kain itu nilainya tidak sepadan dengan khasiat bunga itu. Bunga itu dapat menyambung nyawa orang yang sudah tidak mampu lagi melawan penyakitnya. Kami menyebutnya Bunga Sambung Nyawa, sayangnya bunga itu hanya berbunga seratus tahun sekali."Rangga tertegun tak menyangka nilai bunga itu begitu tinggi, bahkan menurutnya nilai bunga itu tidak bisa dinilai dengan uang."Baiklah kalau kamu keberatan, aku akan membayarnya dengan keris ini,"Rangga menyodorkan kerisnya."Keris ini keris istimewa, pemberian Bapak angkatku. Ambilah sebagai tambahan pembayaran bunga Ungu itu,"ujar Rangga.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 72 Rahasia Tiga Retno

    Retno anak Mbah Jalak menyilangkan sebilah keris di leher Retno pencuri yang masih tertelungkup di tanah."Baiklah, sekarang lebih berharga mana nyawa anakmu atau Bunga Ungu itu?"Mbah Jamu tertegun, dia tak menyangka Retno anak Mbah Jalak tega melakukannya."Kamu...kamu tega ya kamu mau bunuh saudaramu sendiri!"teriak Mbah Jamu panik.Retno anak Mbah Jalak mendengus dan berkata"Huuh...aku tidak sudi punya saudara jahat macam setan begini. Kalau anda menolaknya, terpaksa aku akan membunuhnya. Ga guna juga orang licik macam dia,"Retno anak Mbah Jalak menggoreskan ujung kerisnya ke leher Retno pencuri.Sontak Retno pencuri berteriak kesakitan, darah mengucur dari kulit lehernya."Aaarrrgh Ibu...lihat dia mau membunuhku! Ibu cepat lakukan sesuatu, aku sudah tidak tahan lagi!"Retno pencuri menangis keras membuat ibunya semakin bingung. Perlahan raut wajah Mbah Jamu mulai melunak, dia menoleh pada Mbah Jalak dan berkata."Kangmas Jalak, tolonglah bebaskan dia.""Masalah membebaskan anakm

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 73 Nyai Landip

    Mbah Jalak menggeleng "Tidak juga, Yu Jamu bukan ibu kandung mereka,"ujar Mbah Jalak. Rangga sejenak tertegun lalu bertanya "Jadi siapa ibu kandung mereka yang sebenarnya? Mengapa anak kembar tiga ini bisa terpisah?" Sebelum Mbah Jalak menjawab, Rahu menyela "Ceritanya panjang, mari silahkan ke rumahku. Kita ngobrol di sana saja, di rumahku ada tuak dan babi hutan panggang." Mereka lalu berjalan bersama-sama menembus gelapnya malam menuju rumah Rahu. Tak lama kemudian mereka sudah sampai di rumah Rahu. Rahu dan anaknya segera menyiapkan tuak dan babi panggang untuk para tamu. "Silahkan dinikmati, kalian pasti lapar setelah bertarung tadi,"Rahu mempersilahkan tamunya makan. Retno anak Rahu datang membawa sepiring buah Jeruk Bali yang sudah dikupas. "Ini hasil panen dari kebun, silahkan dinikmati,"Retno meletakan piring berisi buah Jeruk Bali di atas tikar. "Terimakasih Retno...." Rangga berhenti sejenak, sejurus kemudian dia tertawa "Kalian bertiga memiliki na

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 74 Setengah Manusia Setengah Demit

    Mbah Jalak kemudian menyambung cerita Rahu. "Nah itu dia, Pembayun kutemukan di Pasar Dieng, tapi adiknya Retno Palupi keburu diambil Yu Jamu. Sebenarnya Pembayun juga mau diambil Yu Jamu tapi Pembayun berhasil melarikan diri dan bersembunyi di kandang kambing belakang rumahku. Mungkin karena Pembayun sudah berada di halaman rumahku sehingga Yu Jamu segan dan menghentikan pengejarannya." "Aku masih ingat, perempuan penyihir itu menawari kami makanan. Saat itu kami memang kelaparan, tapi aku takut menerima makanan dari orang yang tak kukenal. Apalagi wajahnya menyeramkan bagiku. Cuma Palupi bodoh itu saja yang mau menerimanya. Setelah makan makanan perempuan penyihir itu, Palupi bersedia mengikuti perempuan itu pulang. Dia bahkan lupa bahwa aku adalah saudaranya,"ungkap Pembayun. "Tapi bukankah Mbah Jalak dan Mbah Jamu tinggal di alam sebelah. Bagaimana mungkin kalian bisa memelihara anak manusia bahkan dengan mudahnya keluar masuk ke dunia manusia?"tanya Rangga. Mbah Jalak terk

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 75 Turun Gunung

    "Menurutku kamu sudah terlalu lelah, kamu istirahat saja dulu,"ujar Rahu.Mendadak Rangga teringat sesuatu"Mbah Jalak, saya kehilangan teman saya Ki Awehpati. Saat anda membawa saya keluar dari Pasar Dieng, saya tidak bertemu lagi dengan Ki Awehpati."Mbah Jalak terdiam mengingat kembali peristiwa di Pasar Dieng."Saat itu aku juga menarik tangan Awehpati keluar dari pasar Dieng. Seharusnya dia sudah bersamamu atau mungkin dia masuk ke jalur lain. Yang jelas dia sudah tidak berada di Kampung Gaib,"kata Mbah Jalak.Rangga sedikit lega mengetahui Awehpati sudah tidak berada di Kampung gaib. "Ya, semoga saja Ki Awehpati keluar lewat jalur lain,"ujar Rangga."Setelah ini kamu mau pulang ke timur atau mau menyelesaikan urusanmu dengan Palupi?"tanya Rahu.Mendengar nama Palupi kembali disebut, sontak wajah Dumilah dan Pembayun berubah cemberut. Namun Rangga tidak menyadari perubahan itu."Ya, mumpung masih di sini, saya juga akan ke Sywagrha membereskan pengembalian kitab Sang Hyang Agni

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 76 Mbah Petruk Gunung

    "Wuuurr wuurr wuurr." Beberapa Banaspati mulai menyambar-nyambar di dekat kepalanya namun mereka tidak dapat menyentuh Rangga. Suaranya yang seperti bunyi kompor pompa menderu-deru di dekat telinganya. Pemuda itu memejamkan mata sambil terus berjongkok dan menempelkan kedua telapak tangannya di tanah. Selama tangan dan kaki masih menyentuh tanah, Banaspati tak akan dapat menyentuhnya. Dengan hati-hati Rangga mencoba mengambil pedang yang digembol di punggungnya untuk berjaga-jaga jika ada Banaspati mendekat, dia akan menebasnya. Dari kejauhan mulai terdengar suara ayam jago berkokok. Bola api Banaspati yang semula mengelilingi kepala Rangga tiba-tiba saja berpencar menjauh. Pagi telah tiba, banaspati tidak bisa lagi berlama-lama di luar karena matahari sudah terbit. Suara deru api banaspati perlahan menjauh dan akhirnya menghilang dibalik pepohonan hutan. Rangga bernafas lega, dia melihat ke atas, langit gelap mulai terlihat terang, kicau burung hutan menyambut pagi mulai

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15

Bab terbaru

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 90 Hari Saraswati

    Sementara Rangga langsung menyabetkan pedang menyambut serangan lawan. Kembali terdengar bunyi senjata beradu. "Traang traaang traaang....sreeet!" Musuh mencoba menggaet pedang Rangga, namun Rangga segera menarik pedangnya. Percikan api meletik kala pedang dan clurit beradu. Rangga mundur beberapa langkah, kali ini Rangga menyadari, kemampuan lawannya tidak bisa disepelekan, dia harus berhati-hati jika masih ingin hidup. Musuh kembali mengayunkan clurit menebas ke arah wajah Rangga. Rangga berkelit menjauhi serangan sambil menangkis dengan pedangnya. Kali ini musuh menyabetkan clurit lebih cepat dari serangan awal. Makin lama serangan itu makin cepat. Clurit musuh seolah berada di mana-mana sehingga Rangga sulit membedakan mana clurit yang asli mana yang bayangan. Merasa kesal Rangga juga menambah kecepatan dua kali lebih besar daripada tadi. Kali ini musuh mulai terlihat kewalahan. Rangga yang ingin segera menyelesaikan pertarungan melihat ada celah di serangan lawan. Pedangny

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 89 Penguntit

    Rangga sesekali melirik ke arah dua orang tadi. Keduanya masih ada di sana sibuk dengan hidangan di depannya. "Kamu dan aku sama-sama pendatang baru di dunia persilatan. Tapi kalau ada kejadian seperti ini, siapa dan apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mengincarku atau mengincarmu terkait dengan Bapakmu di masa lalu,"ucap Rangga."Entahlah, Bapak tidak pernah terbuka dengan masa lalunya.""Kami tidak pernah bertemu atau berseteru dengan sekte Bulan Sabit Emas. Aku curiga, setelah kejadian Nyai Wijil, bisa jadi mereka sedang mengincar pusaka yang kalian miliki. Pedang Inti Air dan Kapak Setan,"tambah Blandhong."Ya tapi kami kan bukan pendekar terkenal. Masa berita tentang pusaka ini sudah tersebar?"tanya Rangga.Blandhong terbahak mendengar pertanyaan Rangga.kalian"Ha ha ha ha kaliang ini lugu sekali. Rangga, berapa kali pedangmu kamu gunakan di depan banyak orang? Ketua, Kapak Setan dalam gembolanmu itu juga menarik perhatian para pemburu pusaka. Apalagi saat berada di pengina

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 88 Sekte Bulan Sabit Emas

    Hasta sedang minum tuak di kapalnya berdama Tunggul dan Gembong saat Rama datang melapor."Kangmas Hasta, sepertinya kali ini lawanmu berat. Rangga ternyata bersahabat dengan Gerombolan Kapak Setan, gerombolan perampok yang paling ditakuti di Pajang.Hasta mengerutkan keningnya, dia baru saja mendengar nama gerombolan Kapak Setan."Ah, masa sih aku belum pernah mendengar kehebatan mereka di Timur,"ucap Hasta dengan nada meremehkan.Rama tersenyum melihat sikap Hasta yang memang suka merendahkan orang."Tapi kalau kamu tahu ilmu andalan mereka, pasti kamu juga menginginkan pusaka Kapak Setan itu. Dulu Liman adalah pemimpin mereka dengan senjata andalannya kapak setan. Di tangan Liman, kapak itu menjadi sebuah kapak yang bahkan mampu membelah bumi,"ungkap Rama."Ah, itu pasti cuma dongeng saja. Memangnya kamu pernah melihat sendiri kehebatan kapak itu?"tanya Hasta sambil menenggak tuaknya.Rama menggeleng"Belum pernah, aku mendengarnya dari Bapakku. Saat itu Liman ketua mereka masih ma

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 87 Perjalanan ke Sywagrha

    Sebuah kapal besar dan mewah tampak bersandar di dermaga. Pemilik kapal itu pastilah seorang bangsawan atau pedagang kaya. Terlihat Hasta yang berdiri di geladak kapal, sedang melihat kesibukan di pelabuhan Pajang. Di sebelahnya kirinya berdiri Tunggul sahabat sekaligus pengikutnya. Sedangkan di sebelah Tunggul seseorang yang berpakaian seperti pendekar ikut berbincang bersama Hasta. Saat mereka sedang asyik berbincang, Gembong naik ke kapal dengan tergesa-gesa, sepertinya ada hal penting yang akan disampaikan."Gembong, kamu ini kenapa?"tanya Hasta heran."Huuh, aku melihat bocah itu berada di sini juga. Kukira dia sudah mati, tapi ternyata dia masih hidup."Hasta mengerutkan keningnya dan bertanya"Siapa bocah yang kamu maksud?""Rangga, dia ada di sini!""Lho, mau apa dia kemari?"tanya Hasta terkejut."Sudahlah Kangmas Hasta, kedatangan kita ke Pajang ini kan untuk menemui Bhre Pajang lalu menyampaikan surat perintah dari Gusti Ratu Tribuana agar Bhre Pajang mewakili Gusti Ratu T

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 86 Penawar Racun

    Rangga belum melihat sosok Nyai Wijil namun suaranya seolah-olah begitu dekat dengan mereka. Beberapa saat kemudian, terdengar lagi suara berkelebat di udara. Dari arah belakang perahu muncul Nyai Wijil. Kali ini Rangga terkagum-kagum dengan ilmu meringankan tubuhnya. Nyai Wijil melompat ke sungai. Saat akan mendarat di air, kakinya menutul air sungai laku melompat lagi, bagai berjalan di atas air.Setelah dengan perahu, wanita itu langsung melompat ke dalam perahu."Wijil, kenapa kamu tidak pernah berhenti mengganggu hidupku?"Nyai Wijil melihat ke arah Dhesta yang sedang terbaring di perahu dengan tatapan penuh kebencian."Itu anakmu dengan penari murahan itu kan?"Tapi Liman pura-pura tak mendengar, dia menghadang Nyai Wijil."Dia terkena racun Lali Jiwo milikmu, berikan obat penawarnya!""Aku mau memberikan penawarnya tapi dengan satu syarat!"Liman tertegun, matanya menatap curiga pada Nyai Wijil."Apa yang kamu inginkan dariku?""Tinggalkan penari murahan itu dan ikutlah dengank

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 85 Senandung Nyai Wijil

    "Dhesta!"seru Rangga cemas."Rangga, Dhesta keracunan, aku sudah berusaha mengeluarkan racunnya dari paru-parunya.Tapi hanya sedikit yang berhasil keluarkan."Mendengar suara yang yang sangat dikenalnya, Rangga segera menghampiri orang itu menyapanya."Ki Liman, anda di sini?"Liman tersenyum dan mengangguk, lalu dengan nada cemas dia berkata."Anakku satu-satunya yang selama bertahun-tahun tidak pernah keluar kampung. Tiba-tiba saja meninggalkan rumah pergi merantau. Tentu saja aku sangat mencemaskannya. Jadi aku memutuskan untuk menyusulnya kemari. Ternyata firasatku benar, pantas saja hatiku tidak tenang. Racun ini hanya orang-orang dari sekte ular hijau yang punya obatnya.""Ya, biar saya coba mengobatinya semoga saja berhasil. Tadi dia terkena asap beracun yang ditiupkan dari lubang di jendela itu. Saya tidak tahu racun jenis apa itu."Rangga segera mengeluarkan peralatannya dan mulai memeriksa Dhesta. Pemuda itu masih pingsan, wajahnya sudah mulai membiru.Celaka, racun itu tel

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 84 Daging Manusia

    Para pengeroyoknya terperangah melihat Rangga yang dengan santainya berdiri di atas dahan pohon Hujan yang lemah. Rangga tampak anteng dan tenang di atas dahan pohon. Tak sekalipun dia terlihat kerepotan menjaga keseimbangan. Sesekali tubuhnya bergerak mengikuti gerakan dahan yang terkena angin. Orang-orang itu tersadar, kali ini lawan yang mereka hadapi bukanlah lawan sembarangan. Kini mereka semakin waspada terhadap lawannya. "Hei, jangan cari aman sendiri di atas pohon. Kalau kamu memang pemberani, turunlah lawan kami di bawah!" Rangga berkelebat turun dari pohon lalu berseru. "Ayo majulah, lawan aku!" Para pengeroyoknya langsung menyerang Rangga. Pedang Inti Air berkelebat menangkis serangan mereka. Tenaga dalam sudah dikerahkan ke tangan Rangga, lalu pedangnya membuat gerakan memotong. "Traang traang traang!" "Klontrang klontraang!" Terdengar bunyi besi jatuh disusul bunyi teriakan kematian. "Aaaarrrrghh....aaarrgh....aaargh!" "Bruuuk...bruuuk...bruuuk!" Tubuh para p

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 83 Asap Beracun di Nagagini

    Dhesta tampak kecewa, hidangan itu lezat tapi dia tidak bisa memakannya karena beracun. Dia meihat ke sekelilingnya, para tamu sedang makan dengan lahapnya, namun tidak terlihat tanda-tanda keracunan. Dhesta akhirnya duduk memeluk lutut sambil bersandar di tembok mencoba meredakan rasa laparnya.Rangga mengalihkan pandangan ke arah lain. Terlihat Nyai Wijil sudah kembali lagi menghampiri laki-laki lain, lalu duduk dipangkuannya. Sedangkan pria brewok yang tadi bersamanya sudah tak tampak lagi."Melihat tamunya hanya melihat situasi di sekitarnya dan tidak segera menyantap hidangannya, seorang pelayan mendatangi Rangga dan Dhesta lalu bertanya"Ki Sanak, kok makanannya tidak segera dimakan? Apa makanan ini tidak enak? Jika tidak berkenan kami akan menggantinya dengan yang lain.""Ooh, tidak bukan itu. Kami hanya kecapekan dan mengantuk. Bagaimana jika makanan ini kami bawa ke kamar saja."Wajah pelayan itu tampak berubah, senyum ramahnya lenyap seketika. Namun sejurus kemudian wajahnya

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 82 Penginapan Nagagini

    "Gruuudug gruudug gruudug!"bunyi tanah terbelah.Para penonton bubar ketakutan, sedangkan teman-teman si Kumis yang menonton pertarungan itu tertegun. Pria genderuwo pemimpin gerombolan itu langsung berseru"Itu jurus 'Kapak Pembelah Bumi'! Tidak salah lagi, hanya Liman yang bisa melakukannya. Bocah itu anaknya Liman!"Sementara itu si Kumis kelabakan melihat bumi merekah di bawahnya. Sontak dia menghentikan serangannya, melompat menghindar ke tempat yang aman. Rekahan tanah berhenti, pria genderuwo maju ke hadapan Dhesta sambil menunjuk"Tidak salah lagi, kamulah anaknya Liman!"Pria genderuwo memberi tanda pada anak buahnya untuk maju ke hadapan Dhesta."Kalian kemarilah, beri hormat pada ketua Kapak Setan yang baru!"Para perampok itu serta merta langsung mendatangi Dhesta lalu menundukan kepala memberi hormat di hadapannya."Terimalah hormat kami Ketua!"Dhesta hanya bisa bengong melihat para perampok itu memberi hormat kepadanya. Beberapa menit yang lalu mereka berlaku kasar kep

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status