Share

PART 27

Penulis: Emde Mallaow
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-21 10:11:25

 “Perjalanan hidup manusia itu sudah digariskan oleh Sang Hyang Maha Agung, Ki Masura, termasuk kita akan bertemu sendiri,” ucap Raden Anom. “Ohya, apa Ki Masura pernah berguru ilmu silat?”

        “Dulu, ketika saya merantau ke Blambangan, saya pernah berguru, Pendekar, tapi berhenti di tengah jalan ketika saya harus kembali ke Uluwatu dan menikah.”

        “Berarti Ki Masura sudah cukup trampil memainkan jurus-jurus, walau belum sampai tuntas belajarnya?”

       “Begitulan, Pendekar Anom. Tapi ilmu belum tuntas itu belum terlalu bisa menolong saya dari penzoliman Ki Lurah Wilulang dan para kaki tangannya, sampai saya tak mampu menyelamatkan istri dan anak saya dari kebiadaban mereka,” ucap Ki Masura.

  &nbs

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 28

    Lalu kepada Raden Anom dia bertanya, “Bagaimana pendapat Pendekar Anom dengan penampilan saya tadi?” Raden Anom tersenyum. “Ya, ya, ya, sebuah langkah awal yang sangat bagus. Terbukti puluhan anak buahnya Ki Lurah Wilulang itu bertekuk lutut, kan?” Ki Masura tersenyum bungah, tapi tidak sombong. “Saya benar-benar merasa saya masih sedang mimpi. Tadi saya dibelenggu dan dizolimi hanya oleh beberapa orang, tapi sekarang....luar biasa! Terima kasih, Pendekar.. !” “Ya, sama-sama...” Ketiga laki-laki penggarap sawah datang mendekat dan menghaturkan terima kasih berkali-kali kepada Ki Masura dengan sikap sedikit membungkuk.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 29

    Ditantang demikian oleh Ki Masura yang seorang diri, tanpa perlu ditawar lagi, ratusan kaki tangannya Ki Lurah Wilulang itu langsung bergerak mengepung dengan golok terhunus dan tombak pendek di tangan mereka. Jika Ki Masura masih seperti beberapa hari sebelumnya, hanyalah laki-laki desa biasa, tentu dengan cepat tubuhnya akan dicincang hingga menjadi bagian-bagian yang kecil-kecil oleh ratusan srigala berwujud manusia itu. Namun sosok Ki Masura sekarang adalah Ki Masura yang benar-benar sudah berbeda sangat jauh. Ia kini telah menjelma menjadi seorang pendekar yang sakti mandraguna. Ki Masura langsung menjemput gelombang serangan itu dengan berkelebat ke depan dengan gerakan yang sangat cepat sembari menebaskan golok panjangnya dengan tebasan yang terarah dan mematikan. Jerit kematian pun langsung terdengar mengiris hati di malam yang diterangi oleh sinar rembulan itu. Laki-

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24
  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 30

    Seluruh kaum lelaki Dusun Kidul sudah berkumpul dan menunggu di halaman rumahnya Ki Masura. Setelah kokok ayam pertama berakhir baru mereka berangkat menuju Dusun Lor di bawah pimpinan Ki Masura dan Raden Anom. Cahaya bulan yang hampir purnama membantu perjalanan mereka sehingga mereka tidak perlu menggunakan obor sebagai alat penerangan. Jarak antara Dusun Kidul dengan Dusun Lor tak terlalu jauh, hanya butuh waktu perjalanan sekitar sepeminum teh mereka telah berada di luar dari dusun itu. Untuk menunggu waktu yang ditentukan untuk masuk, mereka berkumpul di persawahan yang berdekatan dengan Dusun. “Jemali, Kentung, dan Kelik...,”panggil Raden Anom. “Iya, Pendekar...!”sahut ketiganya nyaris bersamaan.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-28
  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 31

    Ki Grunda Lawu masih saja menganggap penduduk Dusun Kidul sebagai penduduk yang lemah, dan seolah melupakan bahwa saat itu di dusun itu telah berada di bawah perlindungan dua singa, yaitu Ki Lanang Jagat dan raden Anom. Bahkan dua singa itu pernah membantai puluhan teman-teman mereka. Dengan ratusan anak buahnya, Ki Grunda Lawu membawa amarah yang membutakan mata hati dan pikirannya. Saat itu ia berpikir, bahwa ia dan anak buahnya bisa membantai dua pendekar itu dengan mudah di saat keduanya terlelap. Tetapi perhitungannya salah besar. Pada saat itu seluruh laki-laki Dusun Kidul di bawah pimpinan Ki Masura dan Raden Anom sudah bersiap lebih awal untuk menjemput kemungkinan datangnya penyerbuan dari seluruh anak buahnya Ki Lurah Wilulang. Mereka telah bersiaga dengan berbagai senjata yang mereka miliki. Ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 32

    Pendekar Cambuk Halilintar dan Ki Masura keluar secara mengintai dengan memanfaatkan beberapa poepohonan yang berada di belakang rumah. Kali ini Pendekar Cambuk Halilinta alias Raden Anom ingin mendampingi Ki Masura secara terang-terangan untuk menghadapi para pasukan bayaran itu. Lalu pada serumpun semak belur keduanya mengamati pergerakan ratusan bayangan hitam itu. Pendekar Cambuk Halilintar dan Ki Masura dengan ketajaman matanya bisa mengamati ratusan prajurit bayaran itu yang bergerak dengan lincah bagai ratusan macan malam yang sedang mengintai mangsa. Mereka hanya tinggal menunggu isyarat sang pemimpin mereka untuk segera melakukan penyerbuan. Antara kaki bukit dengan rumah Ki Masura hanya terpisahkan oleh sebuah sungai kecil namun airnya mengalir deras sepanjang musin. Saat pemimpin prajurit bayaran itu memerintahk

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 33

    Atas meninggalnya Wiyasa Baswara, maka Watek Bukit Uwi digantikan oleh wiyasa baru. Sang wiyasa baru adalah seorang pemimpin yang jauh lebih baik dari Wiyasa terdahulu. Lalu tak berselang lama, sang wiyasa baru diperintahkan untuk menyelenggarakan pemilihan lurah baru di Desa Ulu Watu. Para calon lurah pun bermunculan. Mereka terdiri dari tokoh-tokoh yang punya nama di wilayah Watek Bukit Uwi. Namun calon yang sangat masyhur adalah Ki Lanang Jagat. Pencalonan Ki Lanang Jagat sebagai lurah bukan atas kemauannya sendiri, tetapi atas desakan segenap warga di dua dusun sekaligus, yaitu Dusun Kidul dan Dusun Lor. Dukungan utama tentu dari Raden Anom juga. Puluhan anak buahnya Ki Lurah Wilulang juga memberikan dukungan penuh terhadap Ki Lanang Jagat alias Ki Masura.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05
  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 34

    “Tentu, Juragan...!” sahut Raden Anom tegas dan meyakinkan. “Ayam jagoan saya ini dapat mengalahkan ayam-ayam jagoan Juragan itu sekaligus...!” “Haah...!?” Kembali semua orang terperangah, termasuk Juragan Lewi. “Kau jangan main-main denganku, Anak Muda! Apa taruhanmu jika ayammu kalah...?”tanya Juragan Lewi dengan suara tinggi. Raden Anom hanya tersenyum dan tertawa pendek. “Jika ayam saya kalah, maka saya akan mempertaruhkan diri saya, Juragan. Saya siap menjadi budak Juragan seumur hidup saya. Lantas apa taruhan juragan jika ayam-ayam Juragan dapat dikalahkan oleh ayam saya?” “Baik! Aku teri

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 35

    Sepanjang sore itu Raden Anom mengajak Purwati dan Galih untuk menikmati suasana Kota Watu Galuh. Ada banyak hiburan yang dapat mereka nikmati di kota yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa itu, termasuk menikmati berbagai hidangan makanan dari laut yang warung-warung makan yang bertebaran di mana-mana. Saat berjalan menuju ke rumahnya, Purwatih bertanya tentang asal dari Raden Anom. “Saya berasal dari Kerajaan Palingga. Negeri saya tak seluas negeri kalian ini. Ibu kota kerajaannya pun tak lebih luas dari Watu Galuh ini,” jawab La Mudu. “Lalu tujuan Mas Anom datang ke Watu Galuh apa?” “Hanya mengembara saja, untuk menikmati masa muda.”&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09

Bab terbaru

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 88

    Di pelaminan yang cukup megah, pengantin laki-lakinya senantiasa menebarkan senyum bahagia. Sementara pengantin wanitanya, Nilamsari, nyaris tak ada senyuman yang menghiasi wajah cantiknya. Justru ia lebih banyak menunduk dengan wajah sedih. Ia tak henti-hentinya mengusap air matanya yang menetes dengan ujung kain yang menutup kepalanya. Namun suasana bahagia bagi Ki Wisesa Nararya itu tiba-tiba berubah gaduh. Para undangan yang hadir dalam malam bahagia itu tiba-tiba panik dan berlarian setelah sebuah ledakan bak gemuruh petir langsung menghancurkan tempat berlangsuntgnya acara. Puluhan anak buah Ki Wisesa Nararya yang sedang mengamankan berlangsungnya acara malam itu langsung bersiaga untuk menjaga kedua mempelai dari kemungkinan buruk. Sebab mereka tahu, bahwa ledakan yang menghancurkan itu bukanlah gemuruh dan sambaran petir yang sesungguhnya, tetapi adalah serangan dadakan dari seseorang. Dan benar saja. Seorang yang mengenakan cadar hitam adalah pelakunya. Puluh

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 87

    “Ya, ya, duduklah,” ucap Raden Anom. “Apakah kamu benar-benar mencintai kekasihmu itu?” “Tentu, Kakang Pendekar. Andaikata saya ada pada saat Nilamsari dibawa paksa oleh para anak buahnya Ki Lurah Darka itu, tentu saya akan melawan para keparat itu, walau nyawa taruhannya!” papar Yodha dengan wajah marah dan geram. “Hum,” Raden Anom tertawa tertahan mendengar ucapan pemuda di sampingnya. “Jika nyawamu telah melayang, lantas siapa lagi yang akan menjadi calon suaminya Nilamsari? Kamu kan sudah mati konyol?!” Yodha menunjukkan wajah kagetnya. Satu tegukan air liurnya ditelannya dengan susah payah, karena saluran tenggorakannya tiba-tiba menjadi sempit. “Ya, kalau nyawa saya me-la-yang, tentu yang akan menjadi suaminya Nilamsari adalah ... Ki Lurah keparat itu, Kakang Pendekar.” Sontak Pendekar Cambuk Halilintar tertawa terbahak-bahak. “Jadi manusia itu harus cerdas, Yodha. Jika kamu hendak melakukan sebuah tindakan, maka pertimbangkan dulu untung dan

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 86

    Pada saat yang bersamaan Nilamsari sedang menangis tiada henti-hentinya di kamar sekapan di rumahnya Ki Lurah Darka. Selama beberapa hari disekap di kamar itu, ia dilayani oleh ketiga istri Ki Lurah Darka secara bergantian. Baik untuk melap tubuhnya dengan air hangat, luluran, pakaian, dan keperluan makannya. Ki Lurah Darka melakukan semua itu agar gadis itu tidak merasa diculik atau sejenis itu, justru merasa disenangkan. Namun itu tak membuat Nilamsari terkecoh. Ia tetap menangis saban waktu hingga membuat tubuh dan wajahnya menjadi sedikit kurus dan tirus. Ia hanya mau makan hanya karena mengingat orang tuanya, juga kekasihnya Yodha. Jika ia tak makan, maka nasibnya akan makin tragis. Ia bisa mati dan hati orang-orang yang dicintanya akan sangat bersedih. Ki Lurah Darka berencana untuk menjadikannya sebagai istrinya yang keempat, makanya ia tidak akan menyentuh tubuh gadis itu sebelum ia mensahkannya menjadi istrinya. Hanya sekali-sekali ia datang ke kamar hanya sekedar u

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 85

    Raden Anom tak menangapi pertanyaan itu, ia hanya tersenyum sungging namun sinis sembari melangkah ke arah Ki Jumari. Dan sembari melirik kepada keenam penjahat ia berkata pada Jamuri, “Ini kepeng emasnya, Ki. Bahkan saya menambahnya lagi hingga menjadi tiga puluh keping.” Setelah berkata demikian, Raden Anom mengajak Yodha untuk pergi dari situ. Namun pemuda itu menahan tubuh sang pendekar dengan menarik pergelangan tangannya. Saat itu ia melihat keenam penjahat itu ramai-ramai merampas keping-keping emas di genggaman tangan Ki Jumari. Namun tiba-tiba keenam penjahat itu berteriak sembari berusaha membuang keping-keping emas dalam genggamannya masing-masing. Tetapi keping-keping itu tetap lengket di tapak tangan mereka. Bahkan terlihat tangan-tangan mereka mengeluarkan kepulan dan bau daging terbakar. Jeritan keenamnya pun makin memilukan. Raden Anom menggeleng-geleng. “Itulah ganjaran buat manusia jahat dan serakah seperti mereka,” gumamnya pelan. Dan tanpa

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 84

    “Apakah Yodha tidak punya keinginan untuk menjadi bagian dari pasukan kerajaan?” tanya raden Anom tampa menoleh kepada lawan bicaranya, karena pandangannya ditebarkan pada kondisi perkampungan yang terlihat semrawut di sana sini. “Keinginan itu ada, Kang Anom, tapi kasihan Biung dan Bopo jika saya meninggalkan mereka. Bopo sudah tak terlalu kuat lagi jika harus terus mengurus sawah dan kebun,” sahut Yodha. “Tapi Yodha pernah menimba ilmu di suatu perguruan, mungkin?” “Pernah, Kang. Dari usia sepuluh hingga dua puluh tiga tahun saya pernah menjadi murid sebuah padepan di Watek.” “Ilmu apa saja yang Yodha dapatkan dalam padepokan?” “Lumayan banyak. Ya seperti mislanya ilmu budi pekerti, ilmu seni bela negara, ilmu kependekaran, dan lain-lain. Tapi ya, masih bersifat dasar, Kang. Saya terpaksa tak melanjutkan ke perguruan yang lebih tinggi lagi di kota raja karena usaha Bopo ditutup.” “Tapi ilmu dasar yang telah kamu pelajari tetap bisa jadi modal da

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 83

    Raden Anom yang kebetulan hendak menuju desa tersebut, sempat menyaksikan iring-iringan puluhan laki-laki berkuda dan beberapa gerobak lembu dari atas sebuah bukit kecil yang berada di belakang desa. Lamat-lamat telinganya bisa menangkap suara jeritan minta tolong yang diselingi dengan kata-kata makian yang tiada hentinya dari gadis yang diangkut dengan salah satu gerobak. “Hm, tampaknya sedang terjadi sesuatu yang tak beres di sana,” gumamnya seolah-olah kepada dirinya sendiri. “Siapakah orang-orang itu? Apakah mereka gerombolan begal? Jika pembegalan terjadi di siang hari bolong seperti ini, betapa buruknya keadaan kerajaan ini. Tapi apakah benar mereka kelompok begal? Sebaiknya aku masuk ke desa itu untuk mencari tahu.” “Hupp ...!!” Hanya dalam waktu sekejap, murid Ki Jagadita telah berada dalam desa itu. Ia masih menyaksikan para warga desa berkerumun di jalan desa sambil membicarakan peristiwa yang baru saja terjadi. Di wajah mereka menggambarkan raut-raut kep

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 82

    Setelah kembali ke Padepokan di Kawasan Tapal Kuda, Raden Anom memang memutuskan untuk tidak akan ke mana-mana dulu. Ia lebih banyak mengurus keluarganya dengan bercocok tanam, selebihnya menggembleng Galih dengan ilmu kependekaran serta ilmu-ilmu kehidupan lainnya. Setelah setahun tinggal di kawasan itu, istrinya pun, Nimas Isyana, memberinya seorang bayi laki-laki yang sangat tampan. Raden Anom memberi Sang buah hatinya dengan nama Cakra Bayu. Dengan kehadiran Cakra Bayu di tengah-tengah padepokan, semakin lengkap dan ramailah suasana di tempat itu. Dan semakin betah pula Raden Anom untuk tak ingin ke mana-mana lagi. Tapi tampaknya Sang Hyang Dewata belum menghendaki Sang Pendekar Cambuk Halilintar untuk terus berada di tempat yang terpencil itu. Ketika suatu malam ia bersemedi di Gua Ngampar, ia mendapat wangsit dari eyang gurunya, Ki Baureksa Galap Ngampar. Sang Eyang Guru tak menghendaki ia untuk terus berdiam diri di tempat terpencil itu. Saat itu Cakra Bayu tep

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 81

    Seperti janji yang pernah diikrarkannya, Laksmi yang dibantu oleh Pendekar Naga Merah, sejak hari pertama mulai menjalankan roda pemerintahannya sebagai seorang lurah atau kepala desa, ia langsung melakukan berbagai gerbakan-gebrakan awal untuk menciptakan masyarakat desa dan perikehidupannya jauh lebih baik dari keadaan dan perikehidupan mereka sebelumnya. Oleh mantan lurah terdahulu, Juragan Srandak, ia diberi bekal kekayaan yang sangat besar, baik berupa hewan ternak, tanah garapan, serta berupakan emas, perak, dan permata. Semua harta itu akan Ni Lurah Laksmi gunakan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan dan kemakmuran desanya. Ada pun rumah joglo besarnya pun, Juragan Srandak juga menyerahkannya kepada Laksmi. Rumah jogjo dengan bangunan pendukung lainbnya itu dijadikan sebagai tempat tinggal bagi Ni Lurah sekaligus sebagai balai desanya. Dari hartanya yang demikian banyak itu, Juragan Srandak hanya menyisakan untuknya sebagian kecil saja, yaitu hanya berupa beberapa kan

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 80

    Setelah pertemuan itu, keesokan harinya Ki Lurah Srandak mengumumkan kepada segenap rakyatnya bahwa ia tak akan lagi maju untuk pemilihan kepada desa ke depan tetapi akan digantikan oleh Laksmi Saraswati. Tentu saja pengumuman itu mendapat sambutan gembira segenap warga Blimbingan. Terlebih Ki Lurah Srandak agar mendukung Laksmi secara penuh dan bulat. “Desa Blimbingan ke depan hanya akan mengalami kemajuan dan kejayaan jika pemimpinnya adalah putra atau putri asli dari Blimbingan sendiri. Karena itu, kalian harus mendukung Denok Laksmi Saraswati sebagai pemimpin kalian berikutnya. Dia seorang wanita yang tangguh dan cerdas dan bisa menjadi pemimpin hebat kalian di masa mendatang. Sementara saya sendiri akan segera beristirahat, dan kemungkinan besar akan pergi ke suatu tempat untuk menikmati masa tua aku bersama istri saya,” pidato Ki Lurah Srandak di hadapan warganya.

DMCA.com Protection Status