Sementara itu di sebuah apartemen, Nancy sedang asik bersama seorang pria muda yang cukup gagah. Lebih gagah dari Baron. Ya, Nancy memang sering mengundang pemuda untuk memuaskan nafsunya
“Bolehkah aku mengulum milikmu?”
Tanpa perasaan malu, Nancy itu mengatakan keinginannya saat melihat milik Gerri yang besar menjuntai. Gerri kikuk dibuatnya. Pemuda itu baru saja dibawanya dari Club malam milknya.
“Kamu enggak malu apa bicara seperti itu, Tante?” sahut Gerri yang heran kenapa Nancy itu begitu frontalnya berkata dan merendahkan dirinya sendiri.
“Buat apa malu kalau aku memang membutuhkannya? Dan punyamu itu, membuatku tidak tahan,” ucapnya tenang. Sekarang, Gerri melihat Nancy itu menggeser tubuhnya yang terikat lebih dekat ke Gerri sambil membuka mulut.
Gerri mundur satu langkah. Terlihat Nancy itu menjulurkan lidahnya berusaha untuk menggapai. Namun, Gerri membalikan badan kekarnya. Mem
"Sakit, Dok!" Kiara memegangi perutnya semakin sakit.Kiara akhirnya berteriak. Dokter dan perawat yang menangani Kiara hanya bisa menenangkan wanita yang hampir melahirkan itu.Kiara terus memegangi perutnya, "Dokter, sakit!" Kiara mulai terisak."Iya Bu, tunggu sebentar, sabar ya," kata salah seorang perawat. Kiara mengingat ucapan dokter , jika kontraksi berlangsung lakukan dengan menarik napas panjang, lalu keluarkan secara perlahan seterusnya sampai benar- benar kontraksi sedikit mereda. Tangan Kiara mulai gemetar, rasa sakit di seputar pinggangnya kian menjadi termasuk panggulnya. Tetapi usaha yang Kiara lakukan sia-sia. Ia berusaha untuk menahan rasa sakitnya tetapi sia-sia saja. Bahkan tenaganya semakin melemah."Bu, Ibu harus kuat. Demi bayi Ibu," ucap perawat sambil menggenggam tangan Kiara.. Tangisan Kiara yang bercampur getaran suaranya, seakan pecah.
Rangga hanya bisa panik melihat kondisi Kevin yang mengeluh kepalanya sakit. Saat ini hanya dia yang berada di rumah sakit. Dengan cepat ia pun segera memanggil dokter."Silakan tunggu di luar dulu. Biar kami periksa kondisi saudara Kevin," kata perawat yang menangani Kevin. Rangga pun hanya bisa menunggu di luar dengan gelisah. Malam sudah sangat larut sehingga ia tidak memberi kabar kepada Aulia atau Rinjani. Setelah beberapa lama menunggu, dokter pun keluar."Bagaimana kondisi Kevin, Dok?" tanya Rangga cemas."Tidak apa-apa. Tadi baru saja kami beri suntikan pereda nyeri dan obat tidur supaya pasien bisa beristirahat dengan tenang.""Baiklah, terima kasih banyak Dokter," kata Rangga. Rangga pun segera masuk kembali ke dalam kamar perawatan Kevin. Ia merasa sangat lega saat melihat Kevin tertidur dengan pulas. Pemuda itu pun akhirnya membaringkan tubuh di atas
Nancy keluar dari kamar mandi dengan satu langkah lebar, sehingga terlihat sebagian dari kaki jenjangnya yang putih mulus. Meski sudah berusia hampir 53 tahun, tetapi Nancy memangselalu merawat tubuhdan kecantikannya dengan sangat baik. Jantungnya berdegup kencang tatkala sang suami sedang memandanginya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Suaminya itu terlihat tidak sabar menanti istrinya itu untuk segera mendekat. Ia sengaja pulang cepat karena Gusti dan kedua anaknya pulang ke Jakarta.“Sini, Sayang,” kata Gusti. Nancy beringsut mendekati suaminya dengan langkah pelan sembari kedua tangannya yang memegang ujung dari handuk kimononya. Di saat bersamaan, sang suami pun melucuti baju tidurnya dan melemparkannya serampangan. Kini, Nancy sudah sangat dekat dengan Gusti. Tanpa membuang waktu, Gusti lantas mendorong tubuhnya sampai telentang di kasur. Nancy yan
Amanda mondar mandir di dalam kamarnya. Ia merasa takut luar biasa. Baru saja ia menerima telepon dari Baron yang memberinya peringatan. Amanda memang mengenal Baron dengan baik. Ia juga tau jika Baron adalah orang yang membuat Kevin celaka. Jika Baron meneleponnya, itu berarti kemungkinan besar polisi sudah tau apa penyebab kecelakaan kevin. Tiba-tiba kamarnya di ketuk perlahan. Ia langsung membuka pintu dan melihat Silvia tengah menatapnya dengan tajam."Abis ngelakuin apa kamu, Kak?" tanya Silviia."Maksudnya?"“Aku sudah tau semuanya, Kak. Aku menemukan ini di kamarmu. Kamu hamil, Kak? Anak siapa? Kenapa kamu tega kepadaku dan ibu?” kata Slivia dengan emosi. Gadis itu memang tidak pernah mengerti apa yang terjadi kepada kakaknya itu.“Kalau kamu tidak tau apa-apa, lebih baik kamu diam dan pergi saja. As
Rangga menyalami petugas yang sudah membantu keluarganya. Ia merasa sangat lega karena Nancy, Amanda dan Baron sudah tertangkap. Saat Kevin tersadar, ia langsung memanggil Polisi dan Kevin langsung memberikan kesaksian. Rangga juga memberikan rekaman suara Amanda yang mengakui semua perbuatannya dan Nancy."Kamu tega sekali berbohong kepadaku, Mas. Aku pikir kamu benar-benar melupakan aku dan mencintai dia," kata Kiara saat ia dan Kevin akhirnya ditempatkan di ruangan yang sama."Maafkan aku, Kiara. Awalnya aku memang tidak ingat. Tapi, setelah kamu datang dan mama memberikan foto pernikahan kita, malamnya aku merasa kepalaku sakit sekali. Saat aku terbangun, aku ingat semuanya dengan baik. "Aku dan Rangga sengaja supaya rencana kami ini berhasil dan tidak ada kesalahan maka kami memutuskan untuk melakukan hal ini berdua saja. Maafkan aku karena tidak bisa mendampingi proses ke
Hari itu Kiara dan Kevin sudah diizinkan untuk pulang. Kevin masih menggunakan kursi roda karena ia belum bisa berjalan dengan normal kembali. Sementara bayi mereka masih harus berada di rumah sakit karena memang ia lahir sebelum waktunya."Kita beri nama siapa anak kita, Mas?" tanya Kiara saat mereka mengunjungi putra mereka sebelum pulang."Cashel Levriano Utama," jawab Kevin."Nama yang bagus," kata Kiara."Aku berjanji akan memberikan kalian cinta dan kebahagiaan selalu, Sayang," kata Kevin sambil mencium tangan Kiara dengan lembut. Kiara hanya mengangguk, sebenarnya masih ada ganjalan dalam hatinya yaitu Amanda. Tetapi ia tidak ingin merusak moment bahagia mereka. Jadi,Kiara mencoba untuk menahannya. Saat tiba di rumah mereka di sambut oleh Aulia dan Khairani yang memang menunggu di rumah bersama Raisa. Kiara sangat terharu saat melihat rumah yang sudah didekorasi
Didampingi Calista sebagai pengacaranya, Kevin mengunjungi Amanda di tahanan. Sebenarnya ia merasa tidak tega saat melihat wanita yang pernah ia cintai itu harus memakai seragam tahanan seperti saat ini. Dulu, ia pernah mencintai wanita itu dengan segenap hati dan jiwanya."Kamu sehat, Manda?" tanya Kevin. Amanda hanya tersenyum kecil."Tidak ada seorang pun yang bisa sehat jika tinggal di tahanan seperti ini terlebih dalam kondisi sedang hamil," jawab Amanda."Apa Anda yakin jika anak yang saat ini dikandung adalah anak Kevin?" tanya Calista. Gadis itu merasa sedikit geram melihat wajah Amanda yang sama sekali tdak memperlihatkan penyesalan."Nanti, di usia empat bulan lakukan saja tes DNA. Aku pastikan anak ini memang anak Kevin," jawab Amanda datar.Kevin menghela napas panjang."Kenapa, Manda? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanyanya. &nbs
Sidang perdana Amanda digelar seminggu kemudian. Kevin sengaja datang untuk mengetahui hasilnya. Dan saat melihat Amanda ia merasa sangat terenyuh. Gadis itu tampak pucat karena sedang hamil. Tetapi, ia tetap duduk dengan tenang sambil sesekali mengelus perutnya."Kamu kenapa. Vin?" tanya Rangga."Tidak apa-apa.""Apa kamu merasa kasihan kepada mereka?" Lelaki itu menghela napas panjang."Ya, aku kasihan. Mereka seharusnya tidak gelap mata dan berada di kursi pesakitan seperti sekarang ini. Tolong atur untuk jadwal tes Amanda, Rangga. Aku ingin dia melakukan tes DNA. Aku tidak mau melakukan kesalahan. Jika memang bayi itu adalah anakku, aku yang akan merawatnya setelah lahir nanti," kata Kevin."Baik, aku akan meminta Calista untuk mengatur segalanya." Karena sikap Amanda yang kooperatif dan juga kelakuan yang baik selama di tahanan, gadis itu