"Apa yang kamu pikirkan? Kamu masih menimbang untuk menghancurkan Kevin? Dia saat ini bahagia dengan Kiara dan mereka sebentar lagi akan memiliki anak. Kamu ikhlas?"
Amanda menatap Nancy, sial! Kenapa tadi Nancy harus memergokinya sedang menangis.
"Ibu dan adikmu di Jakarta. Mereka tinggal di apartemen. Bagaimana jika kita membuat kesepakatan yang baru? Asal kau tau, ibumu sudah tau apa yang aku mau sejak lama. Dia menyetujui selama aku mau membiayai adikmu sampai selesai."
"Tante!"
Nancy tertawa terbahak-bahak, ia tau jika Amanda pasti mengira jika adik dan ibunya masih berada di Malaysia.
"Aku memang melarang ibumu untuk mengatakan jika mereka sudah di Jakarta. Dan mereka tidak tau jika kamu sudah di Jakarta. Mereka mengira kamu masih di Singapura."
"Tante benar-benar licik."
"Aku bukannya licik, tapi aku pintar, Amanda. Jadi, apa kamu masih mau berkumpul dengan keluargamu di rumah
Seperti biasa jika Kevin meeting bersama klien di luar kota selalu diakhiri dengan acara makan malam bersama. Ia dan beberapa kliennya pun makan malam di sebuah restoran yang ada di hotel berbintang di kota kembang itu. Nancy dan Amanda pun tidak ketinggalan, segalanya berjalan baik-baik saja sampai salah seorang klien Kevin memesan dua botol tequila."Kita minum untuk merayakan kerjasama kita, Pak Kevin. Saya senang sekali ternyata Anda sangat pintar, sama seperti almarhum papi Anda, pak Keith.""Jangan berlebihan, Pak. Saya masih sangat muda masih perlu belajar banyak dalam menjalankan perusahaan," jawab Kevin merendah."Hahahah ... yang penting kita minum dulu malam ini," kata salah seorang relasi Kevin. Nancy yang melihat semua hanya tersenyum penuh kemenangan. Ia sudah sangat mengenal klien Kevin kali ini. Rasdi adalah seorang pengusaha yang sangat sukses dan juga relasi lama perus
Penakluk CEOTanpa peduli apa yang Amanda katakan, Kevin mendekap gadiis itu makin erat. Tanpa sadar ia pun mulai menciumi teruk leher Amanda dan mulai meremas dada Amanda hingga gadis itu mendesah."Aku mencintaimu, Kev," bisik Amanda sambil membalas ciuman Kevin. Beberapa saat kemudian keduanya pun sudah polos tanpa sehelai benang pun. Amanda membiarkan saja Kevin menikmati setiap inci tubuhnya bahkan menikmatinya."Meskipun kamu sedang hamil, tapi kenapa tetap menggoda, sayang?" ucap Kevin sambil membelai tubuh Amanda perlahan. Dalam hati, Amanda merasa sangat sakit. Saat ini Kevin sedang menikmati tubuhnya. Tetapi yang ada dalam hati dan pandangannya hanya Kiara."Apa kamu masih mencintai Amanda?" tanya Amanda disela desahannya. Kevin yang sedang memainkan area sensitif milik Amanda menghentikan kegiatannya, "Jangan sebut nama perempuan pengkhianat itu lagi. Aku memang pernah mencintainya, tapi saat aku menikah
Amanda terdiam mendengar perkataan Kevin. Kevin memang tidak salah, ada sesuatu yang ia kejar. Keluarga dan cintanya."Kamu nggak tau apa-apa. Lebih baik sekarang pikirkan saja bagaimana caramu untuk menyampaikan kehamilanku pada istrimu nanti. Asal kamu tau, semalam aku dalam kondisi subur dan kamu sama sekali tidak memakai pengaman. Jadi, siap-siapa saja!" tegas Amanda sambil bangkit dan berjalan menuju ke kamar mandi. Sementara Kevin tanpa menunggu bergegas mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar itu. Kevin ingat, jika Nancy berniat untuk menginap dan ia ingat di kamar berapa. Karena itu Kevin langsung bergegas menuju kamar tantenya itu. Saat tiba di depan kamar Nancy dengan cepat ia menggedor pintu."Kev, apa tidak kurang keras? Bukannya ada bel, kamu pikir ini di mana? Dan ingat satu hal, aku ini tantemu," tegur Nancy saat pintu terbuka. Namun, Kevin tak peduli dengan apa yang dikatakan ole
"Kenapa tidak memberi kabar kalau kamu sakit dan mau menginap?" tanya Kiara saat Kevin baru saja masuk ke dalam kamar."Maafkan aku, tiba-tiba semalam kepalaku pusing. Klienku adalah teman lama almarhum papa dan beliau mengajakku minum. Entah kenapa, setelah dua gelas aku merasa pusing. Maafkan aku, Sayang. Kamu pasti cemas, ya?" kata Kevin. Kiara menganggukkan kepalanya."Semalam aku menelepon, tante Nancy yang mengangkat dan mengatakan kamu sakit. Apa sekarang sudah jauh lebih baik, Mas?"Kevin tak sampai hati, ia langsung memeluk sang istri dan menciumi wanita yang saat ini begitu ia cintai."Aku baik-baik saja, Kiara," jawabnya."Aku siapkan makanan, ya?""Jangan, biar bik Inah saja yang membuat makanan untukku nanti. Aku ingin tidur sejenak dan aku ingin kamu menemaniku saja di sini," jawab Kevin. Kiara hanya menga
Amanda tersenyum lebar saat melihat kedatangan ibu dan adiknya di rumah mereka. Nancy benar-benar menepati janjinya untuk mempersatukan kembali keluarganya."Ibu kangen sekali kepadamu, Manda. Makanmu cukup? Kau baik-baik saja?" tanya sang ibu."Aku baik- baik saja. Ibu dan Silvia juga baik, kan?" tanyanya. Zulfa tersenyum dan mengangguk, "Bu Nancy sudah menjaga aku dan adikmu dengan baik selama ini. Beliau juga yang sudah membiayai sekolah adikmu dan pengobatan ibu," kata Zulfa.Amanda melirik ke arah Nancy lalu tersenyum manis."Tante Nancy juga yang sudah memberikan aku pekerjaan melalui salah seorang koleganya. Dan rumah ini sudah menjadi milik kita kembali," kata Amanda. Zulfa menatap Nancy dan kemudian memeluk wanita itu dengan penuh rasa terima kasih."Terima kasih Mbak Nancy. Mbak sudah membantu kehidupan kami sela
"Apa yang Tante kerjakan di ruanganku?" tanya Kevin dengan bingung saat Nancy tampak duduk di kursi kerjanya. Namun, wanita itu hanya tersenyum dengan licik."Duduk di ruanganku tentu saja. Mulai hari ini kamu bukan lagi CEO dari perusahaan milikku ini," kata Nancy dengan santai."Ini perusahaan milik Papa saya. Dan di dalam surat wasiat papa, saya adalah pewaris papa satu-satunya. Tante memang memiliki saham, tapi pemilik saham terbesar adalah saya.""Itu sebelum kamu menandatangani surat-surat ini," kata Nancy dengan tenang. Kevin terkesiap melihat surat yang diberikan Nancy. Ia tidak ingat kapan ia menandatangani semuanya."Ini ....""Kamu belum amnesia, kan? Kamu mengenali tanda tanganmu sendiri," kata Nancy sambil tertawa kecil. "Tante benar-benar sudah gila!" maki Kevin."Hahaha ... asal kamu tau, aku sudah merencanakan semua ini sejak la
"Bagaimana bisa tantemu menguasai semua aset perusahaan? Kev, jelaskan pada mama," kata Aulia panik. Ia benar-benar tidak menyangka jika adik iparnya bisa melakukan semuanya."Sudahlah, Ma. Biarkan saja tante Nancy menguasai perusahaan. Aku masih bisa bekerja untuk kehidupan kita.""Kamu nggak terbiasa bekerja, Kev.""Selama ini aku tidak bekerja, Ma?" Aulia tersenyum miris, "Maksud mama, kamu tidak terbiasa bekerja dengan orang lain. Jadi, mama cemas jika kamu tidak bisa beradaptasi dengan baik." Kevin menghela napas panjang dan mengusap punggung tangan sang ibu."Ma, percaya padaku. Aku akan berusaha keras untuk keluarga kita. Mama jangan khawatir, lagi pula aku masih memiliki simpanan uang dalam rekening pribadiku.""Jual saja rumah mama, Vin. Setidaknya uang hasil penjualan rumah bisa kita gunakan untuk modal usaha," kata Aulia lagi.
"Mas,apa ada masalah di kantor?"Kevin langsung tersedak saat mendengar pertanyaan Kiara. Ia langsung meraih gelas berisi minuman di sampingnya dan meminumnya sekaligus."Ng-nggak, Sayang. Aku hanya sedang ingin bekerja di rumah saja untuk sementara," jawabnya tanpa berani menatap Kiara. Sementara Aulia hanya diam dan berusaha untuk fokus dengan sarapan paginya."Tapi, kenapa aku merasa kalau Mas sedang menyembunyikan sesuatu dariku, ya?""Untuk apa aku menyembunyikan darimu, Kiara sayang. Percayalah saja, semua baik-baik saja." Kiara menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan."Jika segalanya berjalan lancar aku bersyukur, Mas. Tapi, jika memang ada sesuatu ... aku ini istrimu, Mas. Tempatmu untuk berbagi," kata Kiara. Entah mengapa Kiara merasa jika s
Kiara menggandeng tangan Cashel dan Casandra. Kedua anaknya itu sudah tampil sangat cantik dan tampan.Malam ini mereka akan menghadiri pesta pertunangan Raisa."Mama, aku sudah cantik?" tanya Casandra sambil berputar-putar di depan cermin. Kiara hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis itu."Sudah, Sayang. Sandra sudah cantik, mirip sekali dengan princess Rafunzel," jawab Kiara. Casandra memang sangat menyukai tokoh kartun Rafunzel. Dan malam ini gadis kecil itu sudah memakai gaun persis seperti princes Rafunzel yang sengaja dipesan oleh Kiara."Ma, kenapa aku nggak mirip Mama?" tanya Casandra tiba-tiba. Kiara yang sedang memakai lipstik tersentak kaget dan langsung membawa Casandra dalam pelukannya."Sandra kan mirip Papa," jawab Kiara."Tapi, Kak Cashel mirip Papa sama Mama," kilah Casandra sambil berusaha mencari persamaan di wajahnya dan Kiara.
Setelah puas seharian menikmati Yu Garden dan makan di Hong Chang Xing Restaurant Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Karena Kiara juga masih jetlag tidak mungkin jika seharian berjalan-jalan ke banyak tempat. Kevin tidak mau istrinya terlalu lelah. Terlebih, keesokan harinya mereka akan berkunjung ke Disneyland. Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di hotel. Mereka bisa berenang di hotel saja nanti. "Mas, tadi saat Fengying mengatakan ingin bekerja di Indonesia. Kenapa Mas langsung memberikan alamat kantor?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di kamar mereka."Aku suka pada pemuda itu, Sayang. Ketika agen travel memperlihatkan beberapa foto tour guide mereka, entah mengapa aku tertarik kepadanya. Terlebih lagi dia bisa berbahasa Indonesia. Aku sengaja mencari yang bisa berbahasa Indonesia,supaya kita juga nyaman.”"Kau baik sekali, Mas," kata Kiara."Oya? Kau tidak mau memberi a
Tidak banyak yang terjadi setelah tiga tahun berlalu. Kiara dan Kevin membesarkan Cashel dan Casandra dengan penuh kasih sayang. Kevin pun menjual rumah miliknya dan milik Aulia kemudia membeli yang lebih besar supaya mereka bisa berkumpul bersama."Kau suka kamar baru kita?" tanya Kevin"Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman, anak-anak pun sepertinya senang dengan rumah baru kita,” jawab Kiara Kevin memeluk Kiara, ia merasa lega sekali. Tidak mengapa ia harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak demi untuk kenyamanan dan ketenangan sang istri. Apa lagi rumah nya kini dekat ke kantor. Sehingga tidak perlu was-was karena jaraknya juga tidak terlalu jauh."Kau mau liburan, Kiara? Kita saja berdua. Biar anak-anak bersama mama dan ibu. Dulu, kita honeymoon hanya ke pulau Lombok saja. Kali ini kita ke luar negeri,” ajak K
Bayi perempuan itu akhirnya terlahir, tangisannya yang kencang memecahkan ruangan bersalin. Amanda menangis, merasa haru akhirnya ia melahirkan secara normal. Tidak menyangka, ia resmi menyandang status seorang ibu. Kevin yang sejak tadi mendampingi menarik napas lega. Ia pun mengecup kening Amanda dengan lembut."Terima kasih, Amanda."Amanda tak menjawab ia hanya tersenyum kecil sambil memegang dadanya seperti sedang kesakitan. Melihat hal itu, Kevin tentu saja merasa panik."Bapak silakan tunggu di luar saja dulu, kami akan segera menangani pasien," kata dokter. Kevin pun segera keluar dari ruangan entah berapa lama Kevin termenung sendiri hingga sebuha tepukan di bahu menyadarkannya."Bagaimana Amanda?""Di- dia sedang di dalam, Kiara. Aku sedang menunggu dokter. Anak kami selamat, tapi tadi Amanda seperti sedang menahan rasa sakit."&nbs
_BEBERAPA BULAN KEMUDIAN_ "Jika bukan ulahmu yang sok tau itu, kita tidak akan berada di sini sekarang!" maki Nancy. Beberapa bulan ini ia menahan amarah yang terpendam kepada Amanda. Mereka memang berada di LP yang sama. Tetapi beda ruangan. Siang ini untuk pertama kalinya mereka bertemu karena sama-sama harus membersihkan halaman belakang LP bersama napi yang lain."Semua tidak akan terjadi jika Tante tidak berusaha membunuh Kevin," jawab Amanda tak peduli.Nancy meradang, ia memang luar biasa kesal. Dinginnya lantai penjara tidak membuat wanita itu jera. Ia semakin menjadi setelah menerima surat cerai resmi dari suaminya. Dan saat melihat Amanda, emosinya pun makin menjadi. Berbeda dengan Amanda yang sudah pasrah menerima keadaan, Nancy malah bertambah jadi dan menyalahkan orang lain atas apa yang sudah terjadi."Jalang! Perempuan murahan! Pantas s
Kevin menatap surat di tangannya dengan dada berdebar kencang. Ia sangat takut melihat hasilnya. Surat itu sudah sejak siang tadi ia terima. Tetapi, ia belum berani membukanya."Mas, mau makan sekarang?" Lamunan Kevin terhenti, ia menoleh dan tersenyum saat Kiara masuk sambil menggendong Cashel."Hai anak papa ... wangi sekali." Kevin bangkit dan mencium putranya itu dengan lembut. Bayi berusia dua bulan itu hanya mengeliat kecil."Dia lucu sekali," kata Kevin."Iya, dia mirip sekali denganmu, Mas. Tidak ada satu pun bagian wajahnya yang mirip denganku," kata Kiara."Hahaha ... bagus, itu tandanya memang dia anakku," kata Kevin. Kiara kontan langsung mencebik dan mencubit pinggang Kevin dengan gemas."Keterlaluan saja jika kamu berani mengatakan dia bukan anakmu.Oya, itu surat apa, Mas? Sejak tadi kamu hanya memandanginya."
Sidang perdana Amanda digelar seminggu kemudian. Kevin sengaja datang untuk mengetahui hasilnya. Dan saat melihat Amanda ia merasa sangat terenyuh. Gadis itu tampak pucat karena sedang hamil. Tetapi, ia tetap duduk dengan tenang sambil sesekali mengelus perutnya."Kamu kenapa. Vin?" tanya Rangga."Tidak apa-apa.""Apa kamu merasa kasihan kepada mereka?" Lelaki itu menghela napas panjang."Ya, aku kasihan. Mereka seharusnya tidak gelap mata dan berada di kursi pesakitan seperti sekarang ini. Tolong atur untuk jadwal tes Amanda, Rangga. Aku ingin dia melakukan tes DNA. Aku tidak mau melakukan kesalahan. Jika memang bayi itu adalah anakku, aku yang akan merawatnya setelah lahir nanti," kata Kevin."Baik, aku akan meminta Calista untuk mengatur segalanya." Karena sikap Amanda yang kooperatif dan juga kelakuan yang baik selama di tahanan, gadis itu
Didampingi Calista sebagai pengacaranya, Kevin mengunjungi Amanda di tahanan. Sebenarnya ia merasa tidak tega saat melihat wanita yang pernah ia cintai itu harus memakai seragam tahanan seperti saat ini. Dulu, ia pernah mencintai wanita itu dengan segenap hati dan jiwanya."Kamu sehat, Manda?" tanya Kevin. Amanda hanya tersenyum kecil."Tidak ada seorang pun yang bisa sehat jika tinggal di tahanan seperti ini terlebih dalam kondisi sedang hamil," jawab Amanda."Apa Anda yakin jika anak yang saat ini dikandung adalah anak Kevin?" tanya Calista. Gadis itu merasa sedikit geram melihat wajah Amanda yang sama sekali tdak memperlihatkan penyesalan."Nanti, di usia empat bulan lakukan saja tes DNA. Aku pastikan anak ini memang anak Kevin," jawab Amanda datar.Kevin menghela napas panjang."Kenapa, Manda? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanyanya. &nbs
Hari itu Kiara dan Kevin sudah diizinkan untuk pulang. Kevin masih menggunakan kursi roda karena ia belum bisa berjalan dengan normal kembali. Sementara bayi mereka masih harus berada di rumah sakit karena memang ia lahir sebelum waktunya."Kita beri nama siapa anak kita, Mas?" tanya Kiara saat mereka mengunjungi putra mereka sebelum pulang."Cashel Levriano Utama," jawab Kevin."Nama yang bagus," kata Kiara."Aku berjanji akan memberikan kalian cinta dan kebahagiaan selalu, Sayang," kata Kevin sambil mencium tangan Kiara dengan lembut. Kiara hanya mengangguk, sebenarnya masih ada ganjalan dalam hatinya yaitu Amanda. Tetapi ia tidak ingin merusak moment bahagia mereka. Jadi,Kiara mencoba untuk menahannya. Saat tiba di rumah mereka di sambut oleh Aulia dan Khairani yang memang menunggu di rumah bersama Raisa. Kiara sangat terharu saat melihat rumah yang sudah didekorasi