"Semalam kamu makan sedikit sampai mama saya yang berkali- kali menyendokkan lauk untuk kamu," kata Kevin.
"Oh, itu ... Ya saya harus jaga image dong,Mas. Nggak lucu kan kalau mama anda nggak setuju sama saya hanya gara-gara saya makan kayak kuli. Kalau sampai batal saya harus ganti rugi."
Mendengar jawaban Kiara, Kevin tanpa ragu menjewer kuping gadis itu.
"Nggak ada akhlak!" makinya.
"Anda yang nggak punya akhlak! Jewer kuping orang sembarangan," jawab Kiara dengan kesal sambil memegangi kupingnya yang terasa panas.
Kevin tak peduli dengan Kiara yang meringis, ia pun segera menarik tangan gadis itu dan mengajaknya bergegas.
"Kamu boleh memilih gaun pengantin yang kamu mau nanti di sana. Butik itu adalah butik langganan mamaku. Yang datang ke sana artis-artis dan juga istri-istri pejabat. Mamaku mau calon menantunya tampil cantik."
Kiara tak menyahuti ucapan Kevin, ia hanya menatap ke depan sambil mengerucutkan bibirnya.
"Hei, kamu dengar tidak perkataanku?" tanya Kevin.
"Iya,saya dengar, Mas. Nggak usah teriak- teriak segala. Saya nggak budek," jawab Kiara dengan kesal.
Kevin pun hanya mengembuskan napasnya dengan kasar. Ia merasa kesal bukan main dengan sikap Kiara. Sampai akhirnya mereka pun tiba di sebuah butiik yang cukup besar. Kiara mengenali butik itu adalah butik milik designer ternama. Harga pakaian di sana bisa jutaan bahkan ada yang puluhan juta karena Kiara kebetulan salah satu followers i*******m butik tersebut.
Gadis itu mencubit tangannya sendiri,'mimpi apa aku bisa masuk ke butik impianku,' batin Kiara.
"Hallo, Mas Kevin. Tante sudah menunggu,mamamu semalam sudah menelepon tante."
Saat mereka masuk, seorang wanita cantik dengan penampilan modis menyambut mereka. Kiara mengenalinya sebagai Lestari Dewi sang pemilik butik. Diam-diam ia mengagumi wajah Lestari yang begitu cantik meski usianya tak lagi muda.
"Jadi, ini calonmu, cantik juga,sayang agak sedikit kurus. Kamu harus lebih memperhatikan makannya, loh, Vin," kata Lestari sambil memeluk pinggang Kiara dan membawa gadis itu.
"Tante nggak tau aja kalau dia makan mirip kuli yang udah nggak makan seminggu," jawab Kevin. Lestari tentu saja tertawa geli menanggapi perkataan Kevin. Wanita itu mengibaskan tangannya, "Kalau dia makan banyak, nggak akan sekurus ini, Kevin. Mamamu cerita, Kiara sekretaris kamu di kantor tadinya. Kamu pasti selalu menyuruhnya mengerjakan ini dan itu. Udah, sekarang kita ke ruangan tante aja. Tante sudah memilihkan beberapa gaun pengantin yang cantik juga ada cemilan yang kamu pasti suka," kata Lestari lalu berjalan membawa mereka ke ruangan pribadinya yang berada di lantai dua.
Seperti yang Lestari katakan, di ruangan yang berfungsi sebagai ruangan pribadi merangkap ruang kerjanya yang cukup besar itu sudah ada beberapa manekin yang memakai gaun pengantin yang berbeda. Semua gaun itu sangat indah di mata Kiara. Bahkan salah satu gaun yang dipakai manekin itu mirip dengan gaun cinderella yang pernah ia lihat di film.
"Wah,gaunnya cantik semua,Tante," kata Kiara.
"Tentu, calon pengantinnya saja cantik begini," kata Lestari, "bagaimana kalau kita coba dulu yang ini?"
Lestari memperlihatkan gaun pengantin modern ball gown yang terlihat mewah dan modern dengan warna putih.
"Coba dulu gaun ini," kata Lestari. Kiara pun langsung mencoba gaun yang diberikan oleh Lestari. Gaun yang indah itu tampak cantik sekali saat dikenakan oleh Kiara, namun sayang sekali, pinggang Kiara yang kecil membuat gaun itu terlihat kebesaran di tubuh mungilnya.
"Tuh, kan kurus banget deh, padahal gaun ini lagi trend banget deh," keluh Lestari.
"Masih ada yang lain, kan, Tante," jawab Kevin. Pemuda itu sebenarnya takjub saat melihat Kiara tampil cantik dengan gaun yang ia kenakan.
Lestari mengambil gaun yang kedua, gaun dengan kerah sabrina dan detail yang elegan dan halus, berwarna putih tulang, terlihat sangat feminin.
"Kalau pesta kalian konsepnya outdoor gaun ini sangat cocok dengan Kiara. Apa lagi jika rambutnya di sanggul dan diberi mutiara dengan hiasan bunga yang cantik," kata Lestari.
Namun, saat Kiara mencoba lagi-lagi gaun itu sedikit kebesaran di tubuhnya.
Kevin menautkan alisnya, masih ada tiga gaun lagi yang belum Kiara coba. Ada gaun pengantin berwarna biru muda persis seperti gaun yang dikenakan oleh Princess Elsa di film Frozen, ada juga gaun mermaid yang menjuntai panjang di bagian belakangnya.Terakhir, gaun pengantin modern internasional berbahan satin dengan berbentuk a-line yang pasti akan membuat penampilan Kiara sangat classy dan elegan.
"Apa tidak bisa jika dikecilkan sedikit, gaunnya, Tante?" tanya Kevin pada Lestari.
"Tentu saja bisa,tapi kalian pastikan dulu yang mana yang akan kalian pilih," kata Lestari dengan bijak.
Kevin menatap Kiara, "Kamu suka yang mana?" tanya Kevin. Kiara menghela napas, jujur saja ia menyukai semua gaun indah itu. Tapi, pada akhirnya Kiara memilih gaun yang pertama yang ia coba.
"Kenapa pilih yang itu, Kiara? Apa boleh Tante tau?" tanya Lestari. Di antara kelima gaun yang Lestari pilih sebenarnya gaun yang terakhir adalah gaun yang harganya paling mahal. Tapi, Kiara justru memilih gaun yang pertama.
"Aku suka film Cinderella, Tante. Dan model gaun yang pertama itu persis seperti gaun Cinderella di film yang aku tonton, Tante," jawab Kiara dengan polosnya. Jawaban polos Kiara membuat Lestari menahan senyuman.
"Baiklah, bagaimana, Vin? Kamu setuju dengan pilihan Kiara?" tanya Lestari.
"Jadi, hanya karena Cinderella?" tanya Kevin sedikit berbisik di telinga Kiara. Gadis itu mengangguk,"Kalau Mas nggak setuju, ya udah, aku juga nggak maksa."
Kevin hanya menghela napas panjang lalu mengembuskan napasnya perlahan, "Ya sudahlah, Tante. Biar gaun yang itu saja, sesuai dengan pilihan Kiara."
Lestari pun tersenyum, "Baik, kalau begitu kita ukur dulu lingkar pinggangnya, tadi tante lihat bagian pinggangnya yang keliatan kebesaran."
Lestari pun langsung mengambil meteran dan segera mengambil ukuran tubuh Kiara. Sebenarnya tubuh Kiara cukup tinggi, tetapi memang sedikit kurus seperti yang Lestari katakan.
Setelah selesai, Lestari pun membawa Kiara dan Kevin duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Untukmu nanti, Tante akan siapkan pakaian yang cocok. Kamu nggak mau pilih-pilih modelnya?" tanya Lestari.
"Sudahlah, kalau untuk aku, Tante saja yang atur," jawab Kevin. Pemuda itu memang tidak terlalu peduli dengan pakaian pengantin yang akan ia kenakan. Yang paling penting ia menikah dengan Kiara dan membuat Aulia tidak lagi memaksanya menikah apa lagi dengan wanita pilihannya.
"Kata mamamu, kalian akan menikah minggu depan? Kalau bisa seminggu ini Kiara jangan banyak keluar rumah atau bertemu denganmu, Vin. Kalau kata orang Jawa ora elok,pantang. Lebih baik kamu yang mengurus semua, Kiara tunggu saja di rumah sambil duduk manis dan makan yang banyak," kata Lestari.
Kevin hanya tersenyum mendengar perkataan Lestari. Tidak tau saja bagaimana gadis ini makan,melebihi kuli,batin Kevin. Tiba-tiba saja perbincangan mereka terhenti karena ponsel Kevin berdering dengan nyaring. Pemuda itu bergegas mengangkatnya, saat itu Kiara melihat ekspresi wajah Kevin berubah dan segera menutup pembicaraan di telepon.
"Maaf, Tante. Aku dan Kiara harus segera pergi, ada urusan yang sangat penting," ujar Kevin pada Lestari. Wanita cantik itu tampak cemas melihat wajah Kevin yang sangat serius,"Mamamu baik-baik saja, bukan?" tanyanya.
"Mamamu baik-baik saja, kan?" tanya Lestari. Kevin mengangguk."Mamaku baik-baik saja, Tante. Tapi,ibu Kiara ... Kami pergi dulu," tukas Kevin sambil bergegas menarik tangan Kiara untuk segera ikut bersamanya. Mendengar ibunya disebut,Kiara pun tampak panik. Ia begitu ketakutan, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan sang ibu."Ibu kenapa, Mas?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di dalam mobil.Ia merasa panik dan cemas, ia takut jika terjadi sesuatu pada sang ibu."Tidak usah banyak bicara dan banyak bertanya. Kamu bisa lihat sendiri nanti jika kita sudah sampai ke rumah sakit," jawab Kevin. Kiara hanya mencebikkan bibirnya dengan kesal. Namun, ia tidak membantah lagi dan hanya diam selama perjalanan. Saat mereka sampai di rumah sakit, Kiara bergegas menuju ke kemar sang ibu. Alangkah lega hatinya saat ia melihat Khairani, sang ibu sedang berbaring dan diperiksa oleh dokter dengan mata terbuka.
Kevin benar- benar membuktikan ucapannya. Pagi- pagi sekali sebuah mobil pick up sudah berhenti di depan rumah Kiara. Kiara terbelalak saat melihat sofa baru di atas mobil itu."Ini sofa siapa, Pak?" tanyanya pada supir dan beberapa orang yang ada di mobil itu.""Ini rumah Mbak Kiara, kan? Kami diminta pak Kevin untuk mendekor ulang rumah Mbak Kiara. Katanya besok ada acara lamaran, kan? Oya, saya Yusuf, Mbak." Baru saja Kiara hendak menelepon Kevin , ponselnya sudah berbunyi nyaring. Dengan wajah di tekuk Kiara langsung mengangkat teleponnya."Pak Yusuf itu pemilik toko Furniture. Dia dan anak buahnya akan mengganti sofa usang di rumahmu. Juga beberapa barang di rumahmu yang sudah jadul alias ketinggalan jaman. Lalu, nanti akan ada yang datang untuk mengganti gorden rumahmu dengan yang lebih bagus. Tidak usah memasak, kau urus saja ibumu dengan baik, aku sudah mengirim makanan sehat untuk kalian."  
Kevin menatap wanita di hadapannya dengan tatapan mata tajam, dia adalah sekretaris baru yang dibawa oleh Nancy untuk menggantikan posisi Kiara."Ini, Bu Nancy?" tanya Kevin. Di depan para pegawainya Kevin memang selalu memanggil Ibu kepada Nancy. Supaya lebih formal dan juga tidak ada orang yang mengambil keuntungan jika tau bahwa Nancy adalah tantenya."Namanya Anita, Pak Kevin. Dia sudah berpengalaman dalam bekerja.""Tiga bulan percobaan, tidak lolos menurut saya berikan pesangon dan cari yang baru. Saya harus pergi sekarang, tolong ajari dia, Bu." Tanpa menunggu jawaban, Kevin segera melangkah pergi. Hal itu membuat Nancy harus mengelus dada mencoba bersabar. Meskipun ia ingin menelan Kevin bulat-bulat. Kevin segera melangkah menuju tempat parkir, ia harus mengambil pakaian di butik untuk dikenakan Khairani dan juga Kiara. Ia tidak mau jika Aulia be
Kiara bangun sejak adzan subuh berkumandang. Ia segera mandi dan melakukan ibadah dua raka'at kemudian langsung menuju kamar Khairani. Ibunya ternyata sudah bangun dan sedang menjalankan salat. Kiara pun menunggu hingga Khairani selesai. Ketika ia melihat sang ibu sudah selesai barulah ia mendekat dan memeluknya."Ada apa, Nak? Kau tidak bersiap-siap? Dandanlah yang cantik, bukankah keluarga nak Kevin akan datang pukul delapan pagi?" tanya Khairani."Aku masih takut, Bu." Khairani tersenyum dan mengecup kening Kiara dengan lembut."Semua akan baik-baik saja. Sekarang bersiaplah, Ibu juga akan bersiap," kata Khairani. Kiara pun mengangguk patuh. Dengan mengenakan tulle dress berwarna pastel, Kiara tampil sempurna.Detail embroiderywarnagoldpada bagian depandress semakin memberikan kesan tampilan yang elegan kepada gadis itu. Ia juga menge
Pada akhirnya hari itu tiba juga. Sejak sore hari Kevin sudah menyuruh supir untuk menjemput dan membawa Kiara ke hotel tempat di mana mereka akan menikah besok. Kiara dan ibunya hanya bisa melongo saat orang suruhan Kevin membawa mereka ke suite room yang berada di lantai 4."Semuanya sudah dipersiapkan oleh Pak Kevin. Penata rias Mbak Kiara juga sudah ada di sini. Jadi, besok pagi dia akan datang ke kamar ini dan membuat penampilan Mbak Kiara jadi seperti ratu." Kiara hanya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih."Kevin sudah menghubungi?" tanya Khairani."Tidak usah ditanyakan, Bu. Nanti juga dia tiba-tiba muncul,"jawab Kiara membuat Khairani gemas."Kamu itu, dia kan calon suamimu.""Iya, Bu. Kiara tau dia adalah calon suami Kiara. Tapi, dia itu terkadang menyebalkan sekali," jawab Kiara."Kamu mencintainya?" tanya Khairani lagi. Kiara terdiam, cinta? Jelas tidak, seja
"Bagaimana para saksi, sah?""SAH""SAH" Dengan terdengarnya ucapan kata 'sah' ,maka sah-lah Kiara menyandang gelar sebagai nyonya Kevin. Setelah sungkem dan meminta doa kepada ibu masing-masing, Kiara pun mencium punggung tangan Kevin sebagai bakti seorang istri pada suaminya."Setelah ini kita masih harus memainkan sandiwara di pesta resepsi. Jadi, tolong persiapkan dirimu, ingat bahwa selain keluarga besarku dan juga klien. Akan ada para pemburu berita yang dengan senang hati meliput acara pernikahanku," kata Kevin di telinga Kiara. Kiara hanya tersenyum dan membalasnya dengan satu kecupan kecil di pipi Kevin. Melihat begitu mesra Kevin dan Kiara membuat Aulia dan Khairani tersenyum senang."Kalau melihat kemesraan mereka aku yakin kita akan segera menimang cucu, Jeng," ujar Aulia kepada Khairani."Insya Allah, kita doakan saja supaya pernikahan mereka menjadi pernikahan yang sak
Kiara menatap bayangan wajahnya lewat cermin, sudah hampir tiga puluh menit ia berada di dalam kamar mandi. Pesta resepsi sudah berakhir sejak satu jam yang lalu. Kiara dan Kevin saat ini berada di kamar hotel yang sudah di hias sedemikian rupa menjadi kamar pengantin."Kiara, kamu masih hidup? Nggak ada niat bunuh diri,kan?" Terdengar suara Kevin dari luar. Hih, Kiara mendengus sebal, bagaimana bisa lelaki menyebalkan itu menjadi suaminya. Gadis cantik itu pun bergegas keluar. Kevin yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil menonton televisi hanya menoleh lalu kembali asik dengan film yang sedang ia tonton. Sementara Kiara yang sudah mengantuk dengan sedikit ragu merebahkan tubuh di atas tempat tidur."Kamu mau tidur?" tanya Kevin tanpa menoleh. Kiara menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan kesal."Lalu, aku harusnya ngapain, Mas?" tanyanya balik."Ini malam pertama kita," ucap Kev
Kiara mendengus sebal,kenapa juga semalam mereka harus tidur berpelukan."Kamu sebenarnya mencintai aku, kan?" kata Kevin dengan penuh percaya diri. Kiara melotot kesal sambil bergidik."Seandainya lelaki di dunia ini hanya tinggal dirimu, aku lebih baik tidak menikah," jawab Kiara tanpa berpikir. Jelas saja itu hanya membuat Kevin tertawa keras."Oya? Tapi, buktinya kamu sekarang sudah sah menjadi istriku," tukas Kevin sambil mencondongkan tubuh sehingga saat ini tubuh Kiara berada di bawahnya. Dalam posisi seperti itu, Kiara hanya dapat memejamkan mata. Jika Kevin ingin meminta hak nya sekali pun, Kiara tidak akan bisa protes. Melihat Kiara yang memejamkan mata sambil komat kamit membuat Kevin mengulum senyum. Tapi, sebagai seorang lelaki normal, Kevin merasa kagum dengan kecantikan Kiara. Wajah polos itu begitu tampak alami tanpa pulasan make-up sedikit pun. Bibirnya yang mungil merah mere
Kiara menggandeng tangan Cashel dan Casandra. Kedua anaknya itu sudah tampil sangat cantik dan tampan.Malam ini mereka akan menghadiri pesta pertunangan Raisa."Mama, aku sudah cantik?" tanya Casandra sambil berputar-putar di depan cermin. Kiara hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis itu."Sudah, Sayang. Sandra sudah cantik, mirip sekali dengan princess Rafunzel," jawab Kiara. Casandra memang sangat menyukai tokoh kartun Rafunzel. Dan malam ini gadis kecil itu sudah memakai gaun persis seperti princes Rafunzel yang sengaja dipesan oleh Kiara."Ma, kenapa aku nggak mirip Mama?" tanya Casandra tiba-tiba. Kiara yang sedang memakai lipstik tersentak kaget dan langsung membawa Casandra dalam pelukannya."Sandra kan mirip Papa," jawab Kiara."Tapi, Kak Cashel mirip Papa sama Mama," kilah Casandra sambil berusaha mencari persamaan di wajahnya dan Kiara.
Setelah puas seharian menikmati Yu Garden dan makan di Hong Chang Xing Restaurant Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Karena Kiara juga masih jetlag tidak mungkin jika seharian berjalan-jalan ke banyak tempat. Kevin tidak mau istrinya terlalu lelah. Terlebih, keesokan harinya mereka akan berkunjung ke Disneyland. Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di hotel. Mereka bisa berenang di hotel saja nanti. "Mas, tadi saat Fengying mengatakan ingin bekerja di Indonesia. Kenapa Mas langsung memberikan alamat kantor?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di kamar mereka."Aku suka pada pemuda itu, Sayang. Ketika agen travel memperlihatkan beberapa foto tour guide mereka, entah mengapa aku tertarik kepadanya. Terlebih lagi dia bisa berbahasa Indonesia. Aku sengaja mencari yang bisa berbahasa Indonesia,supaya kita juga nyaman.”"Kau baik sekali, Mas," kata Kiara."Oya? Kau tidak mau memberi a
Tidak banyak yang terjadi setelah tiga tahun berlalu. Kiara dan Kevin membesarkan Cashel dan Casandra dengan penuh kasih sayang. Kevin pun menjual rumah miliknya dan milik Aulia kemudia membeli yang lebih besar supaya mereka bisa berkumpul bersama."Kau suka kamar baru kita?" tanya Kevin"Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman, anak-anak pun sepertinya senang dengan rumah baru kita,” jawab Kiara Kevin memeluk Kiara, ia merasa lega sekali. Tidak mengapa ia harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak demi untuk kenyamanan dan ketenangan sang istri. Apa lagi rumah nya kini dekat ke kantor. Sehingga tidak perlu was-was karena jaraknya juga tidak terlalu jauh."Kau mau liburan, Kiara? Kita saja berdua. Biar anak-anak bersama mama dan ibu. Dulu, kita honeymoon hanya ke pulau Lombok saja. Kali ini kita ke luar negeri,” ajak K
Bayi perempuan itu akhirnya terlahir, tangisannya yang kencang memecahkan ruangan bersalin. Amanda menangis, merasa haru akhirnya ia melahirkan secara normal. Tidak menyangka, ia resmi menyandang status seorang ibu. Kevin yang sejak tadi mendampingi menarik napas lega. Ia pun mengecup kening Amanda dengan lembut."Terima kasih, Amanda."Amanda tak menjawab ia hanya tersenyum kecil sambil memegang dadanya seperti sedang kesakitan. Melihat hal itu, Kevin tentu saja merasa panik."Bapak silakan tunggu di luar saja dulu, kami akan segera menangani pasien," kata dokter. Kevin pun segera keluar dari ruangan entah berapa lama Kevin termenung sendiri hingga sebuha tepukan di bahu menyadarkannya."Bagaimana Amanda?""Di- dia sedang di dalam, Kiara. Aku sedang menunggu dokter. Anak kami selamat, tapi tadi Amanda seperti sedang menahan rasa sakit."&nbs
_BEBERAPA BULAN KEMUDIAN_ "Jika bukan ulahmu yang sok tau itu, kita tidak akan berada di sini sekarang!" maki Nancy. Beberapa bulan ini ia menahan amarah yang terpendam kepada Amanda. Mereka memang berada di LP yang sama. Tetapi beda ruangan. Siang ini untuk pertama kalinya mereka bertemu karena sama-sama harus membersihkan halaman belakang LP bersama napi yang lain."Semua tidak akan terjadi jika Tante tidak berusaha membunuh Kevin," jawab Amanda tak peduli.Nancy meradang, ia memang luar biasa kesal. Dinginnya lantai penjara tidak membuat wanita itu jera. Ia semakin menjadi setelah menerima surat cerai resmi dari suaminya. Dan saat melihat Amanda, emosinya pun makin menjadi. Berbeda dengan Amanda yang sudah pasrah menerima keadaan, Nancy malah bertambah jadi dan menyalahkan orang lain atas apa yang sudah terjadi."Jalang! Perempuan murahan! Pantas s
Kevin menatap surat di tangannya dengan dada berdebar kencang. Ia sangat takut melihat hasilnya. Surat itu sudah sejak siang tadi ia terima. Tetapi, ia belum berani membukanya."Mas, mau makan sekarang?" Lamunan Kevin terhenti, ia menoleh dan tersenyum saat Kiara masuk sambil menggendong Cashel."Hai anak papa ... wangi sekali." Kevin bangkit dan mencium putranya itu dengan lembut. Bayi berusia dua bulan itu hanya mengeliat kecil."Dia lucu sekali," kata Kevin."Iya, dia mirip sekali denganmu, Mas. Tidak ada satu pun bagian wajahnya yang mirip denganku," kata Kiara."Hahaha ... bagus, itu tandanya memang dia anakku," kata Kevin. Kiara kontan langsung mencebik dan mencubit pinggang Kevin dengan gemas."Keterlaluan saja jika kamu berani mengatakan dia bukan anakmu.Oya, itu surat apa, Mas? Sejak tadi kamu hanya memandanginya."
Sidang perdana Amanda digelar seminggu kemudian. Kevin sengaja datang untuk mengetahui hasilnya. Dan saat melihat Amanda ia merasa sangat terenyuh. Gadis itu tampak pucat karena sedang hamil. Tetapi, ia tetap duduk dengan tenang sambil sesekali mengelus perutnya."Kamu kenapa. Vin?" tanya Rangga."Tidak apa-apa.""Apa kamu merasa kasihan kepada mereka?" Lelaki itu menghela napas panjang."Ya, aku kasihan. Mereka seharusnya tidak gelap mata dan berada di kursi pesakitan seperti sekarang ini. Tolong atur untuk jadwal tes Amanda, Rangga. Aku ingin dia melakukan tes DNA. Aku tidak mau melakukan kesalahan. Jika memang bayi itu adalah anakku, aku yang akan merawatnya setelah lahir nanti," kata Kevin."Baik, aku akan meminta Calista untuk mengatur segalanya." Karena sikap Amanda yang kooperatif dan juga kelakuan yang baik selama di tahanan, gadis itu
Didampingi Calista sebagai pengacaranya, Kevin mengunjungi Amanda di tahanan. Sebenarnya ia merasa tidak tega saat melihat wanita yang pernah ia cintai itu harus memakai seragam tahanan seperti saat ini. Dulu, ia pernah mencintai wanita itu dengan segenap hati dan jiwanya."Kamu sehat, Manda?" tanya Kevin. Amanda hanya tersenyum kecil."Tidak ada seorang pun yang bisa sehat jika tinggal di tahanan seperti ini terlebih dalam kondisi sedang hamil," jawab Amanda."Apa Anda yakin jika anak yang saat ini dikandung adalah anak Kevin?" tanya Calista. Gadis itu merasa sedikit geram melihat wajah Amanda yang sama sekali tdak memperlihatkan penyesalan."Nanti, di usia empat bulan lakukan saja tes DNA. Aku pastikan anak ini memang anak Kevin," jawab Amanda datar.Kevin menghela napas panjang."Kenapa, Manda? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanyanya. &nbs
Hari itu Kiara dan Kevin sudah diizinkan untuk pulang. Kevin masih menggunakan kursi roda karena ia belum bisa berjalan dengan normal kembali. Sementara bayi mereka masih harus berada di rumah sakit karena memang ia lahir sebelum waktunya."Kita beri nama siapa anak kita, Mas?" tanya Kiara saat mereka mengunjungi putra mereka sebelum pulang."Cashel Levriano Utama," jawab Kevin."Nama yang bagus," kata Kiara."Aku berjanji akan memberikan kalian cinta dan kebahagiaan selalu, Sayang," kata Kevin sambil mencium tangan Kiara dengan lembut. Kiara hanya mengangguk, sebenarnya masih ada ganjalan dalam hatinya yaitu Amanda. Tetapi ia tidak ingin merusak moment bahagia mereka. Jadi,Kiara mencoba untuk menahannya. Saat tiba di rumah mereka di sambut oleh Aulia dan Khairani yang memang menunggu di rumah bersama Raisa. Kiara sangat terharu saat melihat rumah yang sudah didekorasi