Kiara mendengus sebal,kenapa juga semalam mereka harus tidur berpelukan.
"Kamu sebenarnya mencintai aku, kan?" kata Kevin dengan penuh percaya diri. Kiara melotot kesal sambil bergidik.
"Seandainya lelaki di dunia ini hanya tinggal dirimu, aku lebih baik tidak menikah," jawab Kiara tanpa berpikir. Jelas saja itu hanya membuat Kevin tertawa keras.
"Oya? Tapi, buktinya kamu sekarang sudah sah menjadi istriku," tukas Kevin sambil mencondongkan tubuh sehingga saat ini tubuh Kiara berada di bawahnya. Dalam posisi seperti itu, Kiara hanya dapat memejamkan mata.
Jika Kevin ingin meminta hak nya sekali pun, Kiara tidak akan bisa protes. Melihat Kiara yang memejamkan mata sambil komat kamit membuat Kevin mengulum senyum. Tapi, sebagai seorang lelaki normal, Kevin merasa kagum dengan kecantikan Kiara. Wajah polos itu begitu tampak alami tanpa pulasan make-up sedikit pun. Bibirnya yang mungil merah mere
Melihat Kevin yang berjalan mendekat, secara refleks Kiara berjalan mundur hingga ia menabrak tembok. Kiara panik, saat ini posisinya terjepit sudah."Kamu sengaja memakai handuk begitu? Apa kamu mau aku sentuh? Sudah siap memberikan hakku sebagai suami?""Jangan mimpi," kata Kiara sambil berusaha mendorong tubuh Kevin. Sayangnya saat ia mendorong Kevin handuknya justru terlepas dan memperlihatkan tubuhnya yang putih mulus. Lelaki mana pun akan tergoda jika melihat pemandangan yang sedikit memacu adrenalin. Termasuk Kevin, sebagai lelaki normal ia juga memiliki nafsu. Terlebih ikan segar di hadapannya ini seolah memancing untuk diterkam. Tanpa menunggu lebih lama, Kevin menarik tubuh Kiara dan mengecup bibir merah sang istri. Awalnya Kiara berusaha menolak, tetapi ciuman Kevin ternyata sangat memabukkan. Gadis itu pun larut, ia pasrah saat Kevin menggendong dan meletakkan tubuhnya di atas ranjang.&
"Jangan pikir jika aku melakukan yang tadi karena aku mencintaimu, Kiara. Aku melakukan hal itu karena memang itu adalah kewajibanmu sebagai seorang istri, melayani suaminya," kata Kevin. Harga diri Kiara jatuh seketika, tadi untuk beberapa saat ia merasa sangat dicintai. Namun, dalam sekejab mata Kevin menjatuhkan semuanya hingga ke dasar yang paling rendah."Saya tidak lupa, anda menikahi saya sebagai alat pembayaran utang." Seketika itu juga entah mengapa Kevin merasa sakit. Sekilas ia melihat kekecewaan yang mendalam di wajah Kiara. Melihat hal itu ia merasa sangat bersalah, terlebih saat melihat air mata Kiara menetes."HEH! Ingat satu hal, Kiara. Kamu itu istri saya! Apa pun alasanku menikahi dirimu, kamu adalah istri sahku!" hardik Kevin menutupi perasaan bersalahnya. Namun, hati Kiara terlanjur luka dan sakit. Ia tidak menggubris dan menjawab perkataan suaminya lagi. M
Kevin benar-benar membawa Kiara ke Pulau Gili Trawangan Lombok. Anak buah Kevin sudah memesan kamar yang terbaik bagi mereka di Villa Almarik Resort Gili Trawangan. Gili Trawanganadalah yang terbesar dari ketiga pulau kecil ataugiliyang terdapat di sebelah barat lautLombok. Trawangan juga satu-satunyagili yang ketinggiannya di atas permukaan laut cukup signifikan. Kelebihan Gili Trawangan dibandingkan dengan pantai lain adalah kita dapat menikmati sunset dan juga sunrise sekaligus di pantai ini. Hal ini terjadi karena Gili Trawangan memiliki pantai yang menghadap timur dan menghadap barat, dan jaraknya tidak terlalu jauh. Sehingga baik sunrise maupun sunset dapat dinikmati di pantai ini. Kiara yang merasa sangat kagum dengan keindahan pantai Gili memutuskan untuk berteriak dalam hati saja. Sementara wajahnya tampak datar tanpa ekspresi. Hal itu
Kevin menghela napas panjang, "Aku minta maaf jika selama ini mungkin aku bersikap keras selama aku menjadi bosmu.""Ak-aku ...." Lidah Kiara terasa kelu, untuk pertama kali seumur hidup ia mengenal Kevin baru kali ini ia mendengar Kevin meminta maaf. Kevin menoleh dan merengkuh tubuh Kiara ke dalam pelukannya."Mas sehat? Baik-baik saja, kan?" Tawa Kevin meledak seketika mendengar pertanyaan Kiara."Aku baik-baik saja, sayang."Kiara bertambah bingung, ia mendongak dan menatap suaminya tak percaya.Apa dia bilang tadi? sayang?batin Kiara bertanya. Melihat kebingungan di wajah Kiara, Kevin hanya tertawa kecil. Tanpa Kiara duga, Kevin mengecup bibirnya dengan sangat lembut."Aku mencintaimu, Kiara.""Mas benar-benar salah makan," kata Kiara dengan tatapan panik."Aku baik-baik saja," jawab Kevin mempererat pelukannya.&
Kembali ke kamar mereka, kali ini Kiara dan Kevin tak lagi ragu untuk saling berpelukan. Bahkan mereka pun memulai kegiatan panas dengan penuh cinta."Kamu mau punya anak berapa?" tanya Kiara sambil merebahkan kepalanya di dada Kevin."Sebelas," jawab Kevin asal sambil tertawa kecil. Mendengar jawaban sang suami, Kiara mencubitnya perlahan."Enak saja, hamil itu berat, Mas. Teganya kamu meminta aku melahirkan sebelas kali," protes Kiara."Aku selalu mendampingi, percayalah.""Gombal.""Biar gombal, tapi aku mencintaimu," bisik Kevin di teruk leher Kiara. Tak usah ditanyakann lagi apa yang selanjutnya mereka lakukan. Karena tiga puluh menit kemudian keduanya sudah terkapar dengan napas tersengal dan saling berpelukan. Seminggu yang mereka lewati di Gili adalah hari-hari yang penuh dengan cinta dan juga kebahagiaan. Hari itu mereka pun kembali k
Setelah membereskan semua pekerjaannya, Kevin segera mengajak Kiara untuk pulang."Kamu mau makan dulu sebelum kita pulang?" tanya Kevin."Kita ke rumah ibuku dulu, Mas. Pakaianku masih di sana, kan?"Kevin tertawa kecil, "Soal itu tidak usah sampai pulang ke sana. Lagi pula, aku sudah mempersiapkan semuanya untukmu. Nanti malam, kita baru ke rumah mama untuk memberikan oleh-oleh." Kiara hanya mengangguk, "Iya sudah, terserah Mas saja.""Aku tadi bertanya belum kamu jawab," kata Kevin."Hah? Yang mana?" Kevin mencubit hidung Kiara dengan gemas, "Mau makan dulu, sayang?" tanyanya. Kiara tertawa kecil, "Boleh, aku memang lapar, Mas."Kevin hanya tersenyum, mereka pun mampir di sebuah rumah makan seafood favorit Kevin. Kevin tau jika Kiara paling suka seafood. Setelah makan, barulah mereka pulang. Rumah
Amanda menatap sosok di layar ponselnya dengan penuh kerinduan, sudah dua tahun ia memendam rindu kepada ibu dan adiknya."Kalian baik-baik saja, kan?" tanya Amanda."Kami baik, kok, Kak. Mama juga kondisinya sudah membaik dan sekarang sedang menjalani terapi.""Sekolahmu?""Sekolahku juga baik, Kak. Kapan Kakak akan ke sini?" Amanda tersenyum, "Nanti Kakak akan menjenguk ke sana, kakak masih ada pekerjaan yang harus kakak selesaikan."Amanda berusaha tersenyum dan menahan rasa sakitnya. Melihat adik dan ibunya dalam keadaan sehat, Amanda sudah senang. Itu saja sudah lebih dari cukup. Setelah bicara beberapa saat, Amanda pun kembali menyerahkan ponsel kepada Nancy."Sudah puas? Selama ini aku tidak pernah berdusta. Ibu dan adikmu selalu aku perhatikan, mereka dalam keadaan baik. Jadi, kamu harus ikuti semua mauku.Ingat, jika aku bisa memberikan pengo
"Tante sudah gila? Aku tidak mau, lagi pula kami akan menikah. Apa lagi jika Kevin tau aku sudah hamil, dia akan mempercepat pernikahan kami."Nancy tersenyum dengan licik, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya kemudian memperlihatkannya kepada Amanda. Kedua netra Amanda berkaca-kaca seketika saat melihat video yang ada di ponsel Nancy."Aku jamin, jika Kevin melihat ini dia akan langsung meninggalkan dirimu. Rumahmu sekarang sedang digadaikan juga, bukan? Bagaimana jika aku meminta kamu mengembalikan uang yang aku pakai untuk membayar biaya rumah sakit? Ah, aku lupa, baru saja ibumu melakukan cuci darah. Biaya di sini lebih mahal dari pada rumah sakit sebelumnya. Kamu bisa bayar?" Amanda diam, Nancy benar-benar sedang menekan dirinya. Kenapa juga malam itu ia mau saja menerima minuman dari orang asing. Amanda kini sadar bahwa itu pasti adalah jebakan. Ya, malam itu ia pergi ke sebuah kelab malam. Tadinya ia hend
Kiara menggandeng tangan Cashel dan Casandra. Kedua anaknya itu sudah tampil sangat cantik dan tampan.Malam ini mereka akan menghadiri pesta pertunangan Raisa."Mama, aku sudah cantik?" tanya Casandra sambil berputar-putar di depan cermin. Kiara hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis itu."Sudah, Sayang. Sandra sudah cantik, mirip sekali dengan princess Rafunzel," jawab Kiara. Casandra memang sangat menyukai tokoh kartun Rafunzel. Dan malam ini gadis kecil itu sudah memakai gaun persis seperti princes Rafunzel yang sengaja dipesan oleh Kiara."Ma, kenapa aku nggak mirip Mama?" tanya Casandra tiba-tiba. Kiara yang sedang memakai lipstik tersentak kaget dan langsung membawa Casandra dalam pelukannya."Sandra kan mirip Papa," jawab Kiara."Tapi, Kak Cashel mirip Papa sama Mama," kilah Casandra sambil berusaha mencari persamaan di wajahnya dan Kiara.
Setelah puas seharian menikmati Yu Garden dan makan di Hong Chang Xing Restaurant Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Karena Kiara juga masih jetlag tidak mungkin jika seharian berjalan-jalan ke banyak tempat. Kevin tidak mau istrinya terlalu lelah. Terlebih, keesokan harinya mereka akan berkunjung ke Disneyland. Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di hotel. Mereka bisa berenang di hotel saja nanti. "Mas, tadi saat Fengying mengatakan ingin bekerja di Indonesia. Kenapa Mas langsung memberikan alamat kantor?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di kamar mereka."Aku suka pada pemuda itu, Sayang. Ketika agen travel memperlihatkan beberapa foto tour guide mereka, entah mengapa aku tertarik kepadanya. Terlebih lagi dia bisa berbahasa Indonesia. Aku sengaja mencari yang bisa berbahasa Indonesia,supaya kita juga nyaman.”"Kau baik sekali, Mas," kata Kiara."Oya? Kau tidak mau memberi a
Tidak banyak yang terjadi setelah tiga tahun berlalu. Kiara dan Kevin membesarkan Cashel dan Casandra dengan penuh kasih sayang. Kevin pun menjual rumah miliknya dan milik Aulia kemudia membeli yang lebih besar supaya mereka bisa berkumpul bersama."Kau suka kamar baru kita?" tanya Kevin"Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman, anak-anak pun sepertinya senang dengan rumah baru kita,” jawab Kiara Kevin memeluk Kiara, ia merasa lega sekali. Tidak mengapa ia harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak demi untuk kenyamanan dan ketenangan sang istri. Apa lagi rumah nya kini dekat ke kantor. Sehingga tidak perlu was-was karena jaraknya juga tidak terlalu jauh."Kau mau liburan, Kiara? Kita saja berdua. Biar anak-anak bersama mama dan ibu. Dulu, kita honeymoon hanya ke pulau Lombok saja. Kali ini kita ke luar negeri,” ajak K
Bayi perempuan itu akhirnya terlahir, tangisannya yang kencang memecahkan ruangan bersalin. Amanda menangis, merasa haru akhirnya ia melahirkan secara normal. Tidak menyangka, ia resmi menyandang status seorang ibu. Kevin yang sejak tadi mendampingi menarik napas lega. Ia pun mengecup kening Amanda dengan lembut."Terima kasih, Amanda."Amanda tak menjawab ia hanya tersenyum kecil sambil memegang dadanya seperti sedang kesakitan. Melihat hal itu, Kevin tentu saja merasa panik."Bapak silakan tunggu di luar saja dulu, kami akan segera menangani pasien," kata dokter. Kevin pun segera keluar dari ruangan entah berapa lama Kevin termenung sendiri hingga sebuha tepukan di bahu menyadarkannya."Bagaimana Amanda?""Di- dia sedang di dalam, Kiara. Aku sedang menunggu dokter. Anak kami selamat, tapi tadi Amanda seperti sedang menahan rasa sakit."&nbs
_BEBERAPA BULAN KEMUDIAN_ "Jika bukan ulahmu yang sok tau itu, kita tidak akan berada di sini sekarang!" maki Nancy. Beberapa bulan ini ia menahan amarah yang terpendam kepada Amanda. Mereka memang berada di LP yang sama. Tetapi beda ruangan. Siang ini untuk pertama kalinya mereka bertemu karena sama-sama harus membersihkan halaman belakang LP bersama napi yang lain."Semua tidak akan terjadi jika Tante tidak berusaha membunuh Kevin," jawab Amanda tak peduli.Nancy meradang, ia memang luar biasa kesal. Dinginnya lantai penjara tidak membuat wanita itu jera. Ia semakin menjadi setelah menerima surat cerai resmi dari suaminya. Dan saat melihat Amanda, emosinya pun makin menjadi. Berbeda dengan Amanda yang sudah pasrah menerima keadaan, Nancy malah bertambah jadi dan menyalahkan orang lain atas apa yang sudah terjadi."Jalang! Perempuan murahan! Pantas s
Kevin menatap surat di tangannya dengan dada berdebar kencang. Ia sangat takut melihat hasilnya. Surat itu sudah sejak siang tadi ia terima. Tetapi, ia belum berani membukanya."Mas, mau makan sekarang?" Lamunan Kevin terhenti, ia menoleh dan tersenyum saat Kiara masuk sambil menggendong Cashel."Hai anak papa ... wangi sekali." Kevin bangkit dan mencium putranya itu dengan lembut. Bayi berusia dua bulan itu hanya mengeliat kecil."Dia lucu sekali," kata Kevin."Iya, dia mirip sekali denganmu, Mas. Tidak ada satu pun bagian wajahnya yang mirip denganku," kata Kiara."Hahaha ... bagus, itu tandanya memang dia anakku," kata Kevin. Kiara kontan langsung mencebik dan mencubit pinggang Kevin dengan gemas."Keterlaluan saja jika kamu berani mengatakan dia bukan anakmu.Oya, itu surat apa, Mas? Sejak tadi kamu hanya memandanginya."
Sidang perdana Amanda digelar seminggu kemudian. Kevin sengaja datang untuk mengetahui hasilnya. Dan saat melihat Amanda ia merasa sangat terenyuh. Gadis itu tampak pucat karena sedang hamil. Tetapi, ia tetap duduk dengan tenang sambil sesekali mengelus perutnya."Kamu kenapa. Vin?" tanya Rangga."Tidak apa-apa.""Apa kamu merasa kasihan kepada mereka?" Lelaki itu menghela napas panjang."Ya, aku kasihan. Mereka seharusnya tidak gelap mata dan berada di kursi pesakitan seperti sekarang ini. Tolong atur untuk jadwal tes Amanda, Rangga. Aku ingin dia melakukan tes DNA. Aku tidak mau melakukan kesalahan. Jika memang bayi itu adalah anakku, aku yang akan merawatnya setelah lahir nanti," kata Kevin."Baik, aku akan meminta Calista untuk mengatur segalanya." Karena sikap Amanda yang kooperatif dan juga kelakuan yang baik selama di tahanan, gadis itu
Didampingi Calista sebagai pengacaranya, Kevin mengunjungi Amanda di tahanan. Sebenarnya ia merasa tidak tega saat melihat wanita yang pernah ia cintai itu harus memakai seragam tahanan seperti saat ini. Dulu, ia pernah mencintai wanita itu dengan segenap hati dan jiwanya."Kamu sehat, Manda?" tanya Kevin. Amanda hanya tersenyum kecil."Tidak ada seorang pun yang bisa sehat jika tinggal di tahanan seperti ini terlebih dalam kondisi sedang hamil," jawab Amanda."Apa Anda yakin jika anak yang saat ini dikandung adalah anak Kevin?" tanya Calista. Gadis itu merasa sedikit geram melihat wajah Amanda yang sama sekali tdak memperlihatkan penyesalan."Nanti, di usia empat bulan lakukan saja tes DNA. Aku pastikan anak ini memang anak Kevin," jawab Amanda datar.Kevin menghela napas panjang."Kenapa, Manda? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanyanya. &nbs
Hari itu Kiara dan Kevin sudah diizinkan untuk pulang. Kevin masih menggunakan kursi roda karena ia belum bisa berjalan dengan normal kembali. Sementara bayi mereka masih harus berada di rumah sakit karena memang ia lahir sebelum waktunya."Kita beri nama siapa anak kita, Mas?" tanya Kiara saat mereka mengunjungi putra mereka sebelum pulang."Cashel Levriano Utama," jawab Kevin."Nama yang bagus," kata Kiara."Aku berjanji akan memberikan kalian cinta dan kebahagiaan selalu, Sayang," kata Kevin sambil mencium tangan Kiara dengan lembut. Kiara hanya mengangguk, sebenarnya masih ada ganjalan dalam hatinya yaitu Amanda. Tetapi ia tidak ingin merusak moment bahagia mereka. Jadi,Kiara mencoba untuk menahannya. Saat tiba di rumah mereka di sambut oleh Aulia dan Khairani yang memang menunggu di rumah bersama Raisa. Kiara sangat terharu saat melihat rumah yang sudah didekorasi