Amanda menatap sosok di layar ponselnya dengan penuh kerinduan, sudah dua tahun ia memendam rindu kepada ibu dan adiknya.
"Kalian baik-baik saja, kan?" tanya Amanda.
"Kami baik, kok, Kak. Mama juga kondisinya sudah membaik dan sekarang sedang menjalani terapi."
"Sekolahmu?"
"Sekolahku juga baik, Kak. Kapan Kakak akan ke sini?"
Amanda tersenyum, "Nanti Kakak akan menjenguk ke sana, kakak masih ada pekerjaan yang harus kakak selesaikan."
Amanda berusaha tersenyum dan menahan rasa sakitnya. Melihat adik dan ibunya dalam keadaan sehat, Amanda sudah senang. Itu saja sudah lebih dari cukup.
Setelah bicara beberapa saat, Amanda pun kembali menyerahkan ponsel kepada Nancy.
"Sudah puas? Selama ini aku tidak pernah berdusta. Ibu dan adikmu selalu aku perhatikan, mereka dalam keadaan baik. Jadi, kamu harus ikuti semua mauku.Ingat, jika aku bisa memberikan pengo
"Tante sudah gila? Aku tidak mau, lagi pula kami akan menikah. Apa lagi jika Kevin tau aku sudah hamil, dia akan mempercepat pernikahan kami."Nancy tersenyum dengan licik, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya kemudian memperlihatkannya kepada Amanda. Kedua netra Amanda berkaca-kaca seketika saat melihat video yang ada di ponsel Nancy."Aku jamin, jika Kevin melihat ini dia akan langsung meninggalkan dirimu. Rumahmu sekarang sedang digadaikan juga, bukan? Bagaimana jika aku meminta kamu mengembalikan uang yang aku pakai untuk membayar biaya rumah sakit? Ah, aku lupa, baru saja ibumu melakukan cuci darah. Biaya di sini lebih mahal dari pada rumah sakit sebelumnya. Kamu bisa bayar?" Amanda diam, Nancy benar-benar sedang menekan dirinya. Kenapa juga malam itu ia mau saja menerima minuman dari orang asing. Amanda kini sadar bahwa itu pasti adalah jebakan. Ya, malam itu ia pergi ke sebuah kelab malam. Tadinya ia hend
Kiara membuka matanya perlahan, ia menoleh ke samping. Kevin masih tertidur dengan bibir penuh senyuman. Melihat senyum di wajah Kevin, Kiara pun ikut tersenyum. Keduanya terlibat dalam pergumulan seru semalam. Kiara perlahan bangkit dan meraih jubah tidurnya, tetapi tiba-tiba pinggangnya ditarik hingga ia terjatuh dalam pelukan Kevin."Mau ke mana?" tanya Kevin dengan suara parau tanpa membuka mata terlebih dahulu. Kiara mengecup kening dan bibir suaminya itu perlahan."Aku mau menyiapkan sarapan, Mas. Kamu harus kerja, kan?" Kevin membuka mata dan menggeliat perlahan."Rasanya aku malas bekerja, sayang," kata Kevin lirih. Kiara mendelik, "Kalau begitu biar aku menjadi sekretarismu saja.""Eh, tidak! Istriku cukup di rumah saja, biarkan aku yang bekerja. Tante Nancy sedang liburan ke Singapura. Aku baru saja memecat sekretarisku, kerjanya tidak segesit dirimu d
Aulia memperkenalkan Kiara sebagai menantunya dengan bangga kepada semua temannya yang hadir dalam acara arisan itu. Tak lupa ia juga memperkenalkan Khanza sebagai besannya dengan wajah berseri. "Ya ampun, mantu Jeng Aulia benar-benar cantik, ya. Pantes loh Kevin sampe bikin pesta dadakan. Pasti takut keduluan sama orang," komentar salah seorang kawan Aulia. "Oh, iya jelas dong, Jeng. Kiara ini anaknya polos, belum pernah pacaran sama sekali. Jadi, Kevin harus gercep alias gerak cepat dong," jawab Aulia dengan bangga. Sementara Khanza dan Kiara hanya tersenyum-senyum kecil. Khanza memang tidak terlalu suka arisan atau acara kumpul-kumpul sejak masih gadis. Meski kedua orangtuanya bukan keluarga sembarangan di Surabaya, tetapi ia tidak suka dengan acara yang menurutnya hanya buang waktu. Tetapi, Khanza juga tau diri, ia tidak ingin mengecewakan besannya. Jadi, ia pun berbaur dengan
"Sore semuanya ...." "Kamu ...." Aulia tampak diam, ia menatap wanita yang sedang berdiri dekat pintu dengan tatapan tidak suka. Sementara Kiara dan Khairani saling pandang tak mengerti. "Kamu, ke mana saja selama ini? Untuk apa sekarang kamu datang lagi?" tanya Aulia dengan ketus. Wanita bertubuh tinggi itu berjalan perlahan menghampiri Aulia. Ia mengulurkan tangannya untuk menyalami Aulia. Tetapi, Aulia menepiskan tangan wanita itu. "Buat apa kamu ke sini? Mencari Kevin? Lebih baik kamu pergi, jika memang itu yang kamu inginkan. Kevin sudah bahagia, ini Kiara istri Kevin yang 'SAH'," kata Aulia dengan ketus. Untuk pertama kalinya Kiara melihat Aulia bicara dengan sangat ketus. "Justru karena aku mendengar Kevin menikah, aku kembali ke Indonesia." "Buat apa? Kamu mau mengacau? Lebih baik kamu pergi dari sini sebelum Kevin datang untuk menjemput Ki
Kevin tersentak melihat Amanda yang tengah berjalan menghampirinya. Wajah Kevin langsung menegang dan tatapan matanya berubah tajam. "Kamu?! Kenapa dia ada di sini, Ma?" Kevin menatap Aulia yang juga tampak terkejut dengan kedatangan Amanda. "Gara-gara dia ibu mertuamu pingsan!" Kevin melangkah mendekati Amanda, tanpa berpikir panjang ia mencengkram lengan Amanda dan mendorongnya dengan keras. Hampir saja Amanda terjatuh jika ia tidak berpegangan pada pilar rumah sakit. "Punya hak apa kamu datang lalu membuat ibu mertuaku sakit? Kamu pikir kamu siapa?!" seru Kevin emosi. "Ibu mertuamu saja yang memang lemah, aku hanya bicara apa adanya. Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan kepadaku!" pekik Amanda. "STOOP!!!" Kiara tiba-tiba bangkit dan dengan cepat ia menghampiri Amanda. Plak! "Kalau kamu punya hati, saya minta kamu pergi! Ini rumah sakit,
"BODOH!" pekik Nancy saat Amanda membuka pintu. Wanita itu menarik rambut Amanda dengan keras hingga gadis itu kesakitan."Aku hanya menyuruhmu untuk membuat Kevin bertekuk lutut kembali padamu. Kalau bisa ya bunuh saja mertuanya supaya istrinya itu membenci Kevin. Buat istrinya membencimu! Tapi, buat Kevin kembali padamu!" hardik Nancy."Semua gara-gara Tante! Andai kandungan saya tidak digugurkan waktu itu, pasti sekarang aku punya senjata kuat. Anak Kevin." PLAK! PLAK!Nancy menampar Amanda sekuat tenaga hingga kedua pipi gadis itu memerah."Apa kau yakin itu anak Kevin? Kau lupa dengan apa yang kau lakukan? Ada atau tidak ada anak itu tidak akan ada bedanya. Kevin tidak bodoh, dia pasti akan langsung melakukan tes DNA!" Amanda terdiam,ia tau bahwa ia dulu pernah melakukan dengan orang lain meski di luar kesadaran. Tapi, ia sama sekali tidak memakai pengaman. Yang dikatakan Nancy
Pagi itu, Khairani sudah bangun dan merasakan tubuhnya sedikit lebih segar. Ia menurut saja ketika Kiara menyuapinya makan. "Kiara, ibu mau pulang saja. Ibu nggak betah lama-lama di rumah sakit," ujar Khairani. Kiara menghela nafas panjang dan menatap sang ibu. "Bu, dokter bilang, ibu harus dirawat sampai tiga atau empat hari ke depan. Jadi, ibu harus menuruti apa yang dokter katakan. Aku nggak mau ibu sakit lagi," bantah Kiara. Ia tidak mau jika Khairani kumat ketika mereka sudah pulang. Dan lagi, Kevin juga meminta supaya ibunya mendapatkan perawatan yang terbaik. Khairani menatap Kiara penuh kasih, ia merasa terharu dengan kasih sayang yang diberikan Kiara. Padahal gadis itu tau jika ia bukanlah ibu kandungnya. "Nak, Kevin pasti mempunyai koneksi. Mintalah suamimu supaya bisa menemukan keluarga kandungmu. Entah mengapa ibu merasa jika sesuatu akan terjadi. Ibu tidak mau jika kamu nanti kena
Kevin menoleh sekilas ke sampingnya, tampak sang istri hanya diam membisu sementara di kursi belakang ibu dan ibu mertuanya duduk berdampingan sambil berbincang hangat. Setelah hampir sepuluh hari dirawat di rumah sakit, Khairani akhirnya mendapatkan izin untuk pulang. "Sayang, kamu mau makan dulu? Ibu dan Mama juga belum makan, aku juga lapar. Kita makan di restoran favorit Mama, ya?" Kevin akhirnya membuka pembicaraan. Kiara tersentak selama beberapa detik ia berusaha mencerna ucapan Kevin. "Hmm ... iya, aku setuju. Kasian kalau kita pulang dulu, Ibu bisa terlambat minum obat," jawab Kiara. "Baiklah, kebetulan aku juga sedang ingin makan sup asparagus dan kepiting," sahut Kevin penuh semangat. Entah mengapa melihat Kiara yang murung ia merasa sangat sedih. Saat mereka turun dari mobil, Aulia dengan sigap membantu besannya untuk berjalan sehingga Kevin bisa dengan leluasa menggandeng tangan Kiara.
Kiara menggandeng tangan Cashel dan Casandra. Kedua anaknya itu sudah tampil sangat cantik dan tampan.Malam ini mereka akan menghadiri pesta pertunangan Raisa."Mama, aku sudah cantik?" tanya Casandra sambil berputar-putar di depan cermin. Kiara hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis itu."Sudah, Sayang. Sandra sudah cantik, mirip sekali dengan princess Rafunzel," jawab Kiara. Casandra memang sangat menyukai tokoh kartun Rafunzel. Dan malam ini gadis kecil itu sudah memakai gaun persis seperti princes Rafunzel yang sengaja dipesan oleh Kiara."Ma, kenapa aku nggak mirip Mama?" tanya Casandra tiba-tiba. Kiara yang sedang memakai lipstik tersentak kaget dan langsung membawa Casandra dalam pelukannya."Sandra kan mirip Papa," jawab Kiara."Tapi, Kak Cashel mirip Papa sama Mama," kilah Casandra sambil berusaha mencari persamaan di wajahnya dan Kiara.
Setelah puas seharian menikmati Yu Garden dan makan di Hong Chang Xing Restaurant Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Karena Kiara juga masih jetlag tidak mungkin jika seharian berjalan-jalan ke banyak tempat. Kevin tidak mau istrinya terlalu lelah. Terlebih, keesokan harinya mereka akan berkunjung ke Disneyland. Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di hotel. Mereka bisa berenang di hotel saja nanti. "Mas, tadi saat Fengying mengatakan ingin bekerja di Indonesia. Kenapa Mas langsung memberikan alamat kantor?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di kamar mereka."Aku suka pada pemuda itu, Sayang. Ketika agen travel memperlihatkan beberapa foto tour guide mereka, entah mengapa aku tertarik kepadanya. Terlebih lagi dia bisa berbahasa Indonesia. Aku sengaja mencari yang bisa berbahasa Indonesia,supaya kita juga nyaman.”"Kau baik sekali, Mas," kata Kiara."Oya? Kau tidak mau memberi a
Tidak banyak yang terjadi setelah tiga tahun berlalu. Kiara dan Kevin membesarkan Cashel dan Casandra dengan penuh kasih sayang. Kevin pun menjual rumah miliknya dan milik Aulia kemudia membeli yang lebih besar supaya mereka bisa berkumpul bersama."Kau suka kamar baru kita?" tanya Kevin"Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman, anak-anak pun sepertinya senang dengan rumah baru kita,” jawab Kiara Kevin memeluk Kiara, ia merasa lega sekali. Tidak mengapa ia harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak demi untuk kenyamanan dan ketenangan sang istri. Apa lagi rumah nya kini dekat ke kantor. Sehingga tidak perlu was-was karena jaraknya juga tidak terlalu jauh."Kau mau liburan, Kiara? Kita saja berdua. Biar anak-anak bersama mama dan ibu. Dulu, kita honeymoon hanya ke pulau Lombok saja. Kali ini kita ke luar negeri,” ajak K
Bayi perempuan itu akhirnya terlahir, tangisannya yang kencang memecahkan ruangan bersalin. Amanda menangis, merasa haru akhirnya ia melahirkan secara normal. Tidak menyangka, ia resmi menyandang status seorang ibu. Kevin yang sejak tadi mendampingi menarik napas lega. Ia pun mengecup kening Amanda dengan lembut."Terima kasih, Amanda."Amanda tak menjawab ia hanya tersenyum kecil sambil memegang dadanya seperti sedang kesakitan. Melihat hal itu, Kevin tentu saja merasa panik."Bapak silakan tunggu di luar saja dulu, kami akan segera menangani pasien," kata dokter. Kevin pun segera keluar dari ruangan entah berapa lama Kevin termenung sendiri hingga sebuha tepukan di bahu menyadarkannya."Bagaimana Amanda?""Di- dia sedang di dalam, Kiara. Aku sedang menunggu dokter. Anak kami selamat, tapi tadi Amanda seperti sedang menahan rasa sakit."&nbs
_BEBERAPA BULAN KEMUDIAN_ "Jika bukan ulahmu yang sok tau itu, kita tidak akan berada di sini sekarang!" maki Nancy. Beberapa bulan ini ia menahan amarah yang terpendam kepada Amanda. Mereka memang berada di LP yang sama. Tetapi beda ruangan. Siang ini untuk pertama kalinya mereka bertemu karena sama-sama harus membersihkan halaman belakang LP bersama napi yang lain."Semua tidak akan terjadi jika Tante tidak berusaha membunuh Kevin," jawab Amanda tak peduli.Nancy meradang, ia memang luar biasa kesal. Dinginnya lantai penjara tidak membuat wanita itu jera. Ia semakin menjadi setelah menerima surat cerai resmi dari suaminya. Dan saat melihat Amanda, emosinya pun makin menjadi. Berbeda dengan Amanda yang sudah pasrah menerima keadaan, Nancy malah bertambah jadi dan menyalahkan orang lain atas apa yang sudah terjadi."Jalang! Perempuan murahan! Pantas s
Kevin menatap surat di tangannya dengan dada berdebar kencang. Ia sangat takut melihat hasilnya. Surat itu sudah sejak siang tadi ia terima. Tetapi, ia belum berani membukanya."Mas, mau makan sekarang?" Lamunan Kevin terhenti, ia menoleh dan tersenyum saat Kiara masuk sambil menggendong Cashel."Hai anak papa ... wangi sekali." Kevin bangkit dan mencium putranya itu dengan lembut. Bayi berusia dua bulan itu hanya mengeliat kecil."Dia lucu sekali," kata Kevin."Iya, dia mirip sekali denganmu, Mas. Tidak ada satu pun bagian wajahnya yang mirip denganku," kata Kiara."Hahaha ... bagus, itu tandanya memang dia anakku," kata Kevin. Kiara kontan langsung mencebik dan mencubit pinggang Kevin dengan gemas."Keterlaluan saja jika kamu berani mengatakan dia bukan anakmu.Oya, itu surat apa, Mas? Sejak tadi kamu hanya memandanginya."
Sidang perdana Amanda digelar seminggu kemudian. Kevin sengaja datang untuk mengetahui hasilnya. Dan saat melihat Amanda ia merasa sangat terenyuh. Gadis itu tampak pucat karena sedang hamil. Tetapi, ia tetap duduk dengan tenang sambil sesekali mengelus perutnya."Kamu kenapa. Vin?" tanya Rangga."Tidak apa-apa.""Apa kamu merasa kasihan kepada mereka?" Lelaki itu menghela napas panjang."Ya, aku kasihan. Mereka seharusnya tidak gelap mata dan berada di kursi pesakitan seperti sekarang ini. Tolong atur untuk jadwal tes Amanda, Rangga. Aku ingin dia melakukan tes DNA. Aku tidak mau melakukan kesalahan. Jika memang bayi itu adalah anakku, aku yang akan merawatnya setelah lahir nanti," kata Kevin."Baik, aku akan meminta Calista untuk mengatur segalanya." Karena sikap Amanda yang kooperatif dan juga kelakuan yang baik selama di tahanan, gadis itu
Didampingi Calista sebagai pengacaranya, Kevin mengunjungi Amanda di tahanan. Sebenarnya ia merasa tidak tega saat melihat wanita yang pernah ia cintai itu harus memakai seragam tahanan seperti saat ini. Dulu, ia pernah mencintai wanita itu dengan segenap hati dan jiwanya."Kamu sehat, Manda?" tanya Kevin. Amanda hanya tersenyum kecil."Tidak ada seorang pun yang bisa sehat jika tinggal di tahanan seperti ini terlebih dalam kondisi sedang hamil," jawab Amanda."Apa Anda yakin jika anak yang saat ini dikandung adalah anak Kevin?" tanya Calista. Gadis itu merasa sedikit geram melihat wajah Amanda yang sama sekali tdak memperlihatkan penyesalan."Nanti, di usia empat bulan lakukan saja tes DNA. Aku pastikan anak ini memang anak Kevin," jawab Amanda datar.Kevin menghela napas panjang."Kenapa, Manda? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanyanya. &nbs
Hari itu Kiara dan Kevin sudah diizinkan untuk pulang. Kevin masih menggunakan kursi roda karena ia belum bisa berjalan dengan normal kembali. Sementara bayi mereka masih harus berada di rumah sakit karena memang ia lahir sebelum waktunya."Kita beri nama siapa anak kita, Mas?" tanya Kiara saat mereka mengunjungi putra mereka sebelum pulang."Cashel Levriano Utama," jawab Kevin."Nama yang bagus," kata Kiara."Aku berjanji akan memberikan kalian cinta dan kebahagiaan selalu, Sayang," kata Kevin sambil mencium tangan Kiara dengan lembut. Kiara hanya mengangguk, sebenarnya masih ada ganjalan dalam hatinya yaitu Amanda. Tetapi ia tidak ingin merusak moment bahagia mereka. Jadi,Kiara mencoba untuk menahannya. Saat tiba di rumah mereka di sambut oleh Aulia dan Khairani yang memang menunggu di rumah bersama Raisa. Kiara sangat terharu saat melihat rumah yang sudah didekorasi