Suasana menjadi sedikit canggung, Kiara bingung harus memulai dari mana pembicaraan mereka. Apa lagi Rangga pun keluar dari ruangan hingga Kevin dan Kiara hanya berdua saja.
“Bagaimana kandunganmu, Kiara? Mama bilang kamu ... kita sudah menikah. Dan, jujur saja setiap kali kamu datang aku merasa sangat nyaman.”
“Itu karena aku istrimu,” jawab Kiara perlahan.
Kevin menghela napas panjang. "Aku tidak ingat. Dokter bilang aku akan kembali mengingat semuanya. Tapi, entah kapan itu."
"Aku akan membantumu untuk kembali sembuh dan ingat lagi kepadaku. Mungkin saat kau sudah sehat nanti kamu akan menemani aku lahiran, Mas."
“Apa aku boleh mengelus perutmu?” tanya Kevin.
Kiara menganggukkan kepala, dan saat tangan Kevin menyentuh perut Kiara, mendadak bayi dalam perut Kiara menendang. Tawa Kevin lepas seketika, ia merasa geli saat merasaka
"Ya, aku akan menikah dengan Kevin. Suka atau tidak, setuju atau tidak karena dia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ia lakukan kepadaku!" seru Amanda."Aku tau siapa kamu sejak dulu, Amanda. Kevin terlalu bodoh untuk percaya dan jatuh cinta kepadamu dulu," kata Rangga."Kamu itu siapa bisa mengata-ngatai aku dan menghakimiku?" tanya Amanda dengan kesal. Rangga menghela napas panjang, "Amanda, aku cukup tau siapa kamu. Atau apa aku harus membongkar apa yang sudah terjadi?""Apa yang sudah terjadi?" tantang Amanda."Aku tau jika bukan Kevin yang pertama kali menyentuh tubuhmu seperti yang Kevin pernah katakan kepadaku, Manda. Aku tau jika almarhum ayahmu pernah menjualmu pada seorang pengusaha kaya yang bernama Pak Billy. Aku tidak tau cara apa yang kamu gunakan untuk menipu Kevin. Tapi, belakangan aku baru tau jika ada selaput dara buatan yang mudah digunakan. Bahkan katanya tidak j
"Kamu tidak tau apa pun tentang kehidupanku, Kiara!" pekik Amanda sambil mendorong Kiara dengan keras dan membuat wanita yang sedang hamil itu terjatuh. Kiara yang tidak menyangka sama sekali Amanda akan mendorongnya tidak sempat mengelak. Dan ia merasa bagian perutnya terasa sangat sakit. Rangga yang melihat sang kakak terjatuh tentu saja panik luar biasa. Apa lagi saat melihat ada darah yang mengalir di paha Kiara. Tanpa pikir panjang Rangga bergegas menggendong Kiara dan membawanya ke IGD."Ada apa Rangga?" tanya Aulia yang datang dengan tergopoh-gopoh."Amanda mendorong kak Kiara, Tante," jawab Rangga."Kurang ajar, memang harus diberi pelajaran!" maki Aulia. Wanita itu hendak beranjak pergi, tetapi Rangga menahan tangannya."Jangan Tante, biarkan saja dulu. Yang penting saat ini kita jaga kak Kiara dulu. Apa Kevin sudah selesai operasi?"
Sementara itu di sebuah apartemen, Nancy sedang asik bersama seorang pria muda yang cukup gagah. Lebih gagah dari Baron. Ya, Nancy memang sering mengundang pemuda untuk memuaskan nafsunya“Bolehkah aku mengulum milikmu?”Tanpa perasaan malu, Nancy itu mengatakan keinginannya saat melihat milik Gerri yang besar menjuntai. Gerri kikuk dibuatnya. Pemuda itu baru saja dibawanya dari Club malam milknya.“Kamu enggak malu apa bicara seperti itu, Tante?” sahut Gerri yang heran kenapa Nancy itu begitu frontalnya berkata dan merendahkan dirinya sendiri.“Buat apa malu kalau aku memang membutuhkannya? Dan punyamu itu, membuatku tidak tahan,” ucapnya tenang. Sekarang, Gerri melihat Nancy itu menggeser tubuhnya yang terikat lebih dekat ke Gerri sambil membuka mulut.Gerri mundur satu langkah. Terlihat Nancy itu menjulurkan lidahnya berusaha untuk menggapai. Namun, Gerri membalikan badan kekarnya. Mem
"Sakit, Dok!" Kiara memegangi perutnya semakin sakit.Kiara akhirnya berteriak. Dokter dan perawat yang menangani Kiara hanya bisa menenangkan wanita yang hampir melahirkan itu.Kiara terus memegangi perutnya, "Dokter, sakit!" Kiara mulai terisak."Iya Bu, tunggu sebentar, sabar ya," kata salah seorang perawat. Kiara mengingat ucapan dokter , jika kontraksi berlangsung lakukan dengan menarik napas panjang, lalu keluarkan secara perlahan seterusnya sampai benar- benar kontraksi sedikit mereda. Tangan Kiara mulai gemetar, rasa sakit di seputar pinggangnya kian menjadi termasuk panggulnya. Tetapi usaha yang Kiara lakukan sia-sia. Ia berusaha untuk menahan rasa sakitnya tetapi sia-sia saja. Bahkan tenaganya semakin melemah."Bu, Ibu harus kuat. Demi bayi Ibu," ucap perawat sambil menggenggam tangan Kiara.. Tangisan Kiara yang bercampur getaran suaranya, seakan pecah.
Rangga hanya bisa panik melihat kondisi Kevin yang mengeluh kepalanya sakit. Saat ini hanya dia yang berada di rumah sakit. Dengan cepat ia pun segera memanggil dokter."Silakan tunggu di luar dulu. Biar kami periksa kondisi saudara Kevin," kata perawat yang menangani Kevin. Rangga pun hanya bisa menunggu di luar dengan gelisah. Malam sudah sangat larut sehingga ia tidak memberi kabar kepada Aulia atau Rinjani. Setelah beberapa lama menunggu, dokter pun keluar."Bagaimana kondisi Kevin, Dok?" tanya Rangga cemas."Tidak apa-apa. Tadi baru saja kami beri suntikan pereda nyeri dan obat tidur supaya pasien bisa beristirahat dengan tenang.""Baiklah, terima kasih banyak Dokter," kata Rangga. Rangga pun segera masuk kembali ke dalam kamar perawatan Kevin. Ia merasa sangat lega saat melihat Kevin tertidur dengan pulas. Pemuda itu pun akhirnya membaringkan tubuh di atas
Nancy keluar dari kamar mandi dengan satu langkah lebar, sehingga terlihat sebagian dari kaki jenjangnya yang putih mulus. Meski sudah berusia hampir 53 tahun, tetapi Nancy memangselalu merawat tubuhdan kecantikannya dengan sangat baik. Jantungnya berdegup kencang tatkala sang suami sedang memandanginya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Suaminya itu terlihat tidak sabar menanti istrinya itu untuk segera mendekat. Ia sengaja pulang cepat karena Gusti dan kedua anaknya pulang ke Jakarta.“Sini, Sayang,” kata Gusti. Nancy beringsut mendekati suaminya dengan langkah pelan sembari kedua tangannya yang memegang ujung dari handuk kimononya. Di saat bersamaan, sang suami pun melucuti baju tidurnya dan melemparkannya serampangan. Kini, Nancy sudah sangat dekat dengan Gusti. Tanpa membuang waktu, Gusti lantas mendorong tubuhnya sampai telentang di kasur. Nancy yan
Amanda mondar mandir di dalam kamarnya. Ia merasa takut luar biasa. Baru saja ia menerima telepon dari Baron yang memberinya peringatan. Amanda memang mengenal Baron dengan baik. Ia juga tau jika Baron adalah orang yang membuat Kevin celaka. Jika Baron meneleponnya, itu berarti kemungkinan besar polisi sudah tau apa penyebab kecelakaan kevin. Tiba-tiba kamarnya di ketuk perlahan. Ia langsung membuka pintu dan melihat Silvia tengah menatapnya dengan tajam."Abis ngelakuin apa kamu, Kak?" tanya Silviia."Maksudnya?"“Aku sudah tau semuanya, Kak. Aku menemukan ini di kamarmu. Kamu hamil, Kak? Anak siapa? Kenapa kamu tega kepadaku dan ibu?” kata Slivia dengan emosi. Gadis itu memang tidak pernah mengerti apa yang terjadi kepada kakaknya itu.“Kalau kamu tidak tau apa-apa, lebih baik kamu diam dan pergi saja. As
Rangga menyalami petugas yang sudah membantu keluarganya. Ia merasa sangat lega karena Nancy, Amanda dan Baron sudah tertangkap. Saat Kevin tersadar, ia langsung memanggil Polisi dan Kevin langsung memberikan kesaksian. Rangga juga memberikan rekaman suara Amanda yang mengakui semua perbuatannya dan Nancy."Kamu tega sekali berbohong kepadaku, Mas. Aku pikir kamu benar-benar melupakan aku dan mencintai dia," kata Kiara saat ia dan Kevin akhirnya ditempatkan di ruangan yang sama."Maafkan aku, Kiara. Awalnya aku memang tidak ingat. Tapi, setelah kamu datang dan mama memberikan foto pernikahan kita, malamnya aku merasa kepalaku sakit sekali. Saat aku terbangun, aku ingat semuanya dengan baik. "Aku dan Rangga sengaja supaya rencana kami ini berhasil dan tidak ada kesalahan maka kami memutuskan untuk melakukan hal ini berdua saja. Maafkan aku karena tidak bisa mendampingi proses ke