"Silvia? Kamu ...."
Kevin mengerutkan dahinnya, ia sangat mengenal gadis cantik yang saat ini berdiri di hadapannya.
"Kamu dari mana?" tanya Kevin.
"Aku baru saja pulang kul-"
"Mbak cepat, nanti terlambat!"
Tiba-tiba saja dua orang lelaki bertubuh kekar menarik tangan Silvia menjauh dari Kevin. Tampak jelas sekali jika Silvia ketakutan dan sangat tertekan. Ia pun bergegas untuk membayar pesanannya dan berlalu dari toko kue itu tanpa menoleh lagi pada Kevin.
"Kamu sudah tau kan, jika kamu dilarang bicara dengan siapa pun yang kamu kenal. Kamu mau kakak dan ibumu celaka?"
Silvia menundukkan kepalanya, ia tau jika selama ini kehidupannya terancam. Hanya saja ia tidak berani berbuat macam-macam. Bahkan di kampus pun ia diawasi. Tidak boleh ada yang dekat dengannya.
Sementara biaya pengobatan ibunya sudah ditanggung
Kevin menghela napas panjang, dari jawaban Kiara sudah jelas jika istrinya sedang dilanda api cemburu."Kamu tidak percaya dengan kesetiaanku?" tanya Kevin."Kamu mungkin setia, Mas. Tapi, siapa yang dapat menjamin jika perempuan itu tidak menggodamu saat di kantor? Apa lagi kalian ... ah, sudahlah Mas, terserah kamu saja. Mau meneruskan untuk mempekerjakan dia terus di kantormu juga tidak masalah. Itu kantormu, kamu punya hak untuk menempatkan siapa saja yang bisa bekerja di kantormu," kata Kiara dengan gusar. Kevin hanya bisa diam, ia menatap Kiara yang benar-benar mengerucutkan bibirnya."Ki, aku tidak tau kenapa tante Nancy menerimanya sebagai sekretarisku. Tapi, dia memintaku jangan memecatnya selagi dia mencari pekerjaan yang baru. Tolonglah, Ki. Jika memang perlu kamu ikut saja denganku ke kantor supaya dia tidak bisa mengganggu atau menggodaku.""Iya, setelah itu, akan tersebar rumor Pakn
"Hah ... langsung dari pohon?" tanya Kevin kebingungan."Ya, iya. Aku nggak mau Mas beli. Harus petik sendiri, dan sebagai bukti aku mau Mas petik sama daunnya yang masih menempel. Kalo nggak, aku nggak mau makan!"Kevin pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Ini udah sore loh, Kiara.""Aku nggak peduli. Kalau Mas nggak mau, artinya Mas nggak sayang sama anak kita," cicit Kiara sambil mengerucutkan bibirnya. Mau tak mau, Kevin pun mengangguk dan segera melangkah keluar kamar."Mau ke mana?" tanya Khanza pada mantunya itu. Kevin hanya tersenyum, "Kiara ngidam," jawabnya. Ia pun mengatakan apa keinginan Kiara."Kau lupa, anak buah almarhum papimu punya pohon mangga, kau datang ke sana. Mama rasa ada beberapa buah mangga yang masih mengkal," kata Aulia.*** Agung kebetulan memang sedang berada di rumah hanya tert
"Jadi, kau memutuskan kerja dari rumah, Vin?" tanya Nancy saat Kevin mengatakan niatnya untuk bekerja dari rumah sementara waktu."Iya, Tante. Apa Tante keberatan membantu? Aku ingin fokus pada kehamilan Kiara juga. Lagi pula aku merasa risih dengan kehadiran Amanda di kantor. Aku ingin menjaga perasaan Kiara. Kasian bayi kami jika ibunya merasa stress." Nancy tersenyum kecil, rencananya ternyata berjalan dengan lancar. Memang itu tujuannya meminta Amanda di kantor. Agar Kevin tidak nyaman dan memiliih untuk bekerja dari rumah atau kembali tergoda dengan Amanda. Ternyata Kevin benar-benar mencintai Kiara hingga ia memilih untuk bekerja dari rumah saja. Dan hal itu jauh lebih baik, ia bisa menjalankan rencananya."Ya sudahlah, terserah kamu saja.""Jika memang ada yang perlu saya tanda tangan bawa saja kemari. Tante bisa menyuruh OB atau siapa saja. Aku akan tetap memantau juga," kata Kevin.
"Apa? Aku yang makan?" tanya Kevin sambil membelalakkan mata. "Iya, aku mau kamu yang makan tututnya, Mas," kata Kiara. Kevin hanya menepuk dahi,"Aku nggak tau bagaimana cara makannya." "Begini caranya," kata Kiara sambil memberi contoh. Kevin yang melihat cara Kiara makan hanya mencoba mengikuti. Tapi, karena ia belum biasa sampai bibirnya monyong ia tidak bisa menyedot isinya hingga membuat Kiara tertawa geli. "Loh, siapa yang beli tutut?" tanya Khairani yang baru saja keluar dari kamarnya. "Kiara minta tutut, sudah beli malah saya yang disuruh makan," kata Kevin. "Enak?" tanya Khairani menahan tawa. "Satu saja nggak bisa dari tadi makannya, Bu," lapor Kiara. Tawa renyah Khanza pun terdengar, "Iya, cara makannya yang salah. Kalau tidak bisa jangan disedot begitu. Ni, ibu beri contoh." Khairani pun mengambil tusuk gig
Amanda menatap Nancy dengan kesal."Tante, jangan ingkar janji. Aku sudah masuk ke dalam kehidupan Kevin dan Kiara. Sekarang pertemukan aku dengan mama dan adikku!" pekik Amanda. Nancy mendecih, "Enak saja, tugasmu belum selesai. Kau masih harus membuat Kevin menandatangani pengalihan harta kepadaku. Sampai kau berhasil membuatnya menandatangani baru aku akan mempertemukan kau dengan keluargamu!""Curang! Tante bisa-bisanya memanfaatkan aku sampai bertahun-tahun begini. Tante kelewatan sekali!" Nancy mendorong bahu Amanda dengan keras, "Jangan berani membentak aku, di sini aku bosnya! Aku yang berhak membuat kau menuruti semua perkataanku!""Baik, sekarang mari kita akhiri saja. Katakan apa tugas terakhirku, aku akan melakukannya dan setelah itu pertemukan aku dengan mama dan adikku. Kami berada satu kota, tapi kami tidak bisa bertemu.""Kalau begitu lakukan tugasmu dengan baik. Sebagai
"Ibu cukup turuti saja apa mau saya. Saya hanya ingin menjauhkan Amanda dari Kevin. Saya akan membiayai pengobatan Anda sampai selesai juga kuliah Silvia. Bahkan rumah lama Anda sudah saya beli kembali dan sekarang atas nama Silvia. Kalian bisa kembali ke sana setelah saya selesai dengan apa yang ingin saya ambil dari keponakan saya." Zulfa menatap Nancy, ia mengenal wanita di hadapannya ini sebagai tante dari kekasih anaknya."Apa salah anak saya Amanda?" tanya Zulfa lirih."Tidak ada. Tapi, seimbang bukan , saya membiayai pengobatan Anda sampai sejauh ini. Saya juga menanggung hidup Anda dan kuliah Silvia. Memberi Amanda pekerjaan. Apa salah jika saya meminta sedikit bantuan? Tidak, kan?" Zulfa hanya menghela napas panjang, saat ini tidak ada pilihan selain menerima. Sejak kematian suaminya, hidup mereka susah karena utang piutang dan juga menyebabkan ia sakit. Ia tentu tidak ingin jik
Rinjani menatap bayangan wajahnya di cermin. Entah mengapa sejak pertemuannya dengan Kiara di pesta pernikahan gadis itu batinnya seolah terpanggil. Sejak dulu, saat perusahaan belum dipegang oleh Rangga putranya, mereka- suaminya dan Keith ayah Kevin sudah menjalin kerjasama. Itulah mengapa Rinjani merasa wajib datang ke pernikahan Kevin."Ma, lagi mikirin apa sih?"Rinjani menoleh dan tersenyum saat melihat Rangga sudah berdiri di sampingnya."Kamu sudah pulang kantor?" tanya Rinjani."Kalau belum aku nggak akan ada di sini, Mama. Sepertinya, sejak mama pulang dari pesta pernikahan Kevin mama jadi sering melamun. Mama kenapa?" tanya Rangga. Rinjani menghela napas panjang, "Apa yang mama minta beberapa bulan lalu sudah kamu lakukan?""Mencari bik Sita?""Ya, hanya dia yang tau di mana kakakmu berada." Rangga menghela napas
Rudi dan Rinjani baru saja pulang dari pesta pernikahan sahabat mereka. Setelah acara itu selesai, Rinjani dan Rudi kini dalam perjalanan pulang. Mereka tidak bisa berlama-lama karena Rinjani sedang hamil besar dan sebentar lagi ia akan melahirkan."Aku bahagia, melihat Raka pada akhirnya bisa menerima Gadis. Kapan ya, kedua orang tuaku bisa menerima pernikahan kita, Mas?" Rudi tersenyum sambil membelai rambut Rinjani."Sabar, sekarang ini mama dan papamu sudah mulai membuka hati dengan membiarkan aku bekerja di perusahaan mereka. Itu sudah menjadi awal yang indah," ucap Rudi memberikan senyuman sekilas.“Iya, semoga setelah kelahiran anak kita nanti papa dan mama semakin membuka hati,” kata Rinjani.“Iya, sayang.”Mereka pun tersenyum bahagia. Deg!Jantung Rinjani berpacu dengan cepat, pinggangnya mulai kambuh.
Kiara menggandeng tangan Cashel dan Casandra. Kedua anaknya itu sudah tampil sangat cantik dan tampan.Malam ini mereka akan menghadiri pesta pertunangan Raisa."Mama, aku sudah cantik?" tanya Casandra sambil berputar-putar di depan cermin. Kiara hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis itu."Sudah, Sayang. Sandra sudah cantik, mirip sekali dengan princess Rafunzel," jawab Kiara. Casandra memang sangat menyukai tokoh kartun Rafunzel. Dan malam ini gadis kecil itu sudah memakai gaun persis seperti princes Rafunzel yang sengaja dipesan oleh Kiara."Ma, kenapa aku nggak mirip Mama?" tanya Casandra tiba-tiba. Kiara yang sedang memakai lipstik tersentak kaget dan langsung membawa Casandra dalam pelukannya."Sandra kan mirip Papa," jawab Kiara."Tapi, Kak Cashel mirip Papa sama Mama," kilah Casandra sambil berusaha mencari persamaan di wajahnya dan Kiara.
Setelah puas seharian menikmati Yu Garden dan makan di Hong Chang Xing Restaurant Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Karena Kiara juga masih jetlag tidak mungkin jika seharian berjalan-jalan ke banyak tempat. Kevin tidak mau istrinya terlalu lelah. Terlebih, keesokan harinya mereka akan berkunjung ke Disneyland. Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di hotel. Mereka bisa berenang di hotel saja nanti. "Mas, tadi saat Fengying mengatakan ingin bekerja di Indonesia. Kenapa Mas langsung memberikan alamat kantor?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di kamar mereka."Aku suka pada pemuda itu, Sayang. Ketika agen travel memperlihatkan beberapa foto tour guide mereka, entah mengapa aku tertarik kepadanya. Terlebih lagi dia bisa berbahasa Indonesia. Aku sengaja mencari yang bisa berbahasa Indonesia,supaya kita juga nyaman.”"Kau baik sekali, Mas," kata Kiara."Oya? Kau tidak mau memberi a
Tidak banyak yang terjadi setelah tiga tahun berlalu. Kiara dan Kevin membesarkan Cashel dan Casandra dengan penuh kasih sayang. Kevin pun menjual rumah miliknya dan milik Aulia kemudia membeli yang lebih besar supaya mereka bisa berkumpul bersama."Kau suka kamar baru kita?" tanya Kevin"Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman, anak-anak pun sepertinya senang dengan rumah baru kita,” jawab Kiara Kevin memeluk Kiara, ia merasa lega sekali. Tidak mengapa ia harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak demi untuk kenyamanan dan ketenangan sang istri. Apa lagi rumah nya kini dekat ke kantor. Sehingga tidak perlu was-was karena jaraknya juga tidak terlalu jauh."Kau mau liburan, Kiara? Kita saja berdua. Biar anak-anak bersama mama dan ibu. Dulu, kita honeymoon hanya ke pulau Lombok saja. Kali ini kita ke luar negeri,” ajak K
Bayi perempuan itu akhirnya terlahir, tangisannya yang kencang memecahkan ruangan bersalin. Amanda menangis, merasa haru akhirnya ia melahirkan secara normal. Tidak menyangka, ia resmi menyandang status seorang ibu. Kevin yang sejak tadi mendampingi menarik napas lega. Ia pun mengecup kening Amanda dengan lembut."Terima kasih, Amanda."Amanda tak menjawab ia hanya tersenyum kecil sambil memegang dadanya seperti sedang kesakitan. Melihat hal itu, Kevin tentu saja merasa panik."Bapak silakan tunggu di luar saja dulu, kami akan segera menangani pasien," kata dokter. Kevin pun segera keluar dari ruangan entah berapa lama Kevin termenung sendiri hingga sebuha tepukan di bahu menyadarkannya."Bagaimana Amanda?""Di- dia sedang di dalam, Kiara. Aku sedang menunggu dokter. Anak kami selamat, tapi tadi Amanda seperti sedang menahan rasa sakit."&nbs
_BEBERAPA BULAN KEMUDIAN_ "Jika bukan ulahmu yang sok tau itu, kita tidak akan berada di sini sekarang!" maki Nancy. Beberapa bulan ini ia menahan amarah yang terpendam kepada Amanda. Mereka memang berada di LP yang sama. Tetapi beda ruangan. Siang ini untuk pertama kalinya mereka bertemu karena sama-sama harus membersihkan halaman belakang LP bersama napi yang lain."Semua tidak akan terjadi jika Tante tidak berusaha membunuh Kevin," jawab Amanda tak peduli.Nancy meradang, ia memang luar biasa kesal. Dinginnya lantai penjara tidak membuat wanita itu jera. Ia semakin menjadi setelah menerima surat cerai resmi dari suaminya. Dan saat melihat Amanda, emosinya pun makin menjadi. Berbeda dengan Amanda yang sudah pasrah menerima keadaan, Nancy malah bertambah jadi dan menyalahkan orang lain atas apa yang sudah terjadi."Jalang! Perempuan murahan! Pantas s
Kevin menatap surat di tangannya dengan dada berdebar kencang. Ia sangat takut melihat hasilnya. Surat itu sudah sejak siang tadi ia terima. Tetapi, ia belum berani membukanya."Mas, mau makan sekarang?" Lamunan Kevin terhenti, ia menoleh dan tersenyum saat Kiara masuk sambil menggendong Cashel."Hai anak papa ... wangi sekali." Kevin bangkit dan mencium putranya itu dengan lembut. Bayi berusia dua bulan itu hanya mengeliat kecil."Dia lucu sekali," kata Kevin."Iya, dia mirip sekali denganmu, Mas. Tidak ada satu pun bagian wajahnya yang mirip denganku," kata Kiara."Hahaha ... bagus, itu tandanya memang dia anakku," kata Kevin. Kiara kontan langsung mencebik dan mencubit pinggang Kevin dengan gemas."Keterlaluan saja jika kamu berani mengatakan dia bukan anakmu.Oya, itu surat apa, Mas? Sejak tadi kamu hanya memandanginya."
Sidang perdana Amanda digelar seminggu kemudian. Kevin sengaja datang untuk mengetahui hasilnya. Dan saat melihat Amanda ia merasa sangat terenyuh. Gadis itu tampak pucat karena sedang hamil. Tetapi, ia tetap duduk dengan tenang sambil sesekali mengelus perutnya."Kamu kenapa. Vin?" tanya Rangga."Tidak apa-apa.""Apa kamu merasa kasihan kepada mereka?" Lelaki itu menghela napas panjang."Ya, aku kasihan. Mereka seharusnya tidak gelap mata dan berada di kursi pesakitan seperti sekarang ini. Tolong atur untuk jadwal tes Amanda, Rangga. Aku ingin dia melakukan tes DNA. Aku tidak mau melakukan kesalahan. Jika memang bayi itu adalah anakku, aku yang akan merawatnya setelah lahir nanti," kata Kevin."Baik, aku akan meminta Calista untuk mengatur segalanya." Karena sikap Amanda yang kooperatif dan juga kelakuan yang baik selama di tahanan, gadis itu
Didampingi Calista sebagai pengacaranya, Kevin mengunjungi Amanda di tahanan. Sebenarnya ia merasa tidak tega saat melihat wanita yang pernah ia cintai itu harus memakai seragam tahanan seperti saat ini. Dulu, ia pernah mencintai wanita itu dengan segenap hati dan jiwanya."Kamu sehat, Manda?" tanya Kevin. Amanda hanya tersenyum kecil."Tidak ada seorang pun yang bisa sehat jika tinggal di tahanan seperti ini terlebih dalam kondisi sedang hamil," jawab Amanda."Apa Anda yakin jika anak yang saat ini dikandung adalah anak Kevin?" tanya Calista. Gadis itu merasa sedikit geram melihat wajah Amanda yang sama sekali tdak memperlihatkan penyesalan."Nanti, di usia empat bulan lakukan saja tes DNA. Aku pastikan anak ini memang anak Kevin," jawab Amanda datar.Kevin menghela napas panjang."Kenapa, Manda? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanyanya. &nbs
Hari itu Kiara dan Kevin sudah diizinkan untuk pulang. Kevin masih menggunakan kursi roda karena ia belum bisa berjalan dengan normal kembali. Sementara bayi mereka masih harus berada di rumah sakit karena memang ia lahir sebelum waktunya."Kita beri nama siapa anak kita, Mas?" tanya Kiara saat mereka mengunjungi putra mereka sebelum pulang."Cashel Levriano Utama," jawab Kevin."Nama yang bagus," kata Kiara."Aku berjanji akan memberikan kalian cinta dan kebahagiaan selalu, Sayang," kata Kevin sambil mencium tangan Kiara dengan lembut. Kiara hanya mengangguk, sebenarnya masih ada ganjalan dalam hatinya yaitu Amanda. Tetapi ia tidak ingin merusak moment bahagia mereka. Jadi,Kiara mencoba untuk menahannya. Saat tiba di rumah mereka di sambut oleh Aulia dan Khairani yang memang menunggu di rumah bersama Raisa. Kiara sangat terharu saat melihat rumah yang sudah didekorasi