"Pak Ujang, Mbak Veni ada di rumah?" tanya Rita yang berjalan masuk ke rumah Veni, karena mobilnya tidak dimasukin ke parkiran membuat Pak Ujang tidak menyadari kedatangannya.Rita hanya berhenti di depan rumah meninggalkan mobilnya di depan pintu pagar. Rencananya Ia hanya mampir sebentar lalu akan pergi lagi."Iya, sekarang lagi di rumah, Mbak," jawab Pak Ujang."Oh, ya makasih, ya." Rita pun langsung masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu dan langsung membuka pintu itu karena saking seringnya dan juga masih keluarga sendiri."Mbak ... Mbak Veni," sapanya sedikit mengeraskan suara sambil masuk ke rumah. Merasa suaranya terpanggil, dengan tergesa Veni meninggalkan rutinitasnya yang sedang ingin membuat kue dan sedikit berlari kearah asal suara."Loh, Rita, kenapa wajahmu kusut begitu?" tanya Veni dengan wajah mengernyit melihat area mata Rita yang sembab.Bukan malah menjawab Rita malah menangis dan sesenggukan, membuat sang empu rumah menjadi salah tingkah."Mbak, sebentar lagi
Akhirnya mereka pun sampai ke tempat pemancingan. Satu persatu turun dari mobil.Susunan batu-batu yang dibuat seperti taman juga beberapa tanaman yang ditata sedemikian rupa di pintu masuk pemancingan itu membuat siapa pun yang melewati menjadi nyaman. Banyak sekali pengunjung yang bepoto di area situ.Devi meraih lengan Rendi. Mereka jalan bergandengan, dengan pelan-pelan mereka menuruni anak tangga untuk menuju ke tempat makan. Beberapa gazebo yang berjejer mereka lewati. Mereka berjalan agak menunduk untuk memberi salam yang yang berada di dalam gazebo itu. Gazebo itu memang di peruntukan untuk yang makan di sana. Per Gazebo per kelompok. Mereka terus berjalan menuju Gazebo yang berada di tengah kolam. Gazebo itu dibuat bagi siapapun yang mau makan di sana sembari lihat ikan berseliweran di bawahnya.Untuk menuju ke sana mereka harus melewati jembatan buatan. Tapak demi setapak mereka lalui. Akhirnya ada satu Gazebo yang masih kosong. Akhirnya mereka masuk dan menghenyakkan
Rasti memunguti pakaiannya satu per satu dengan Isak tangisnya. Setelah melakukan Danu pergi begitu saja meninggalkan Rasty seorang diri dengan meninggalkan beberapa lembar uang.Rasty meremas uang itu lalu melemparkannya asal. Ia beranjak dan meraih handuk. Kini ia merasa jijik dengan badannya sendiri.Berkali-kali ia membersihkan badannya dengan sabun. Menggosok terus. Bilas kasih sabun terus berulang kali hingga menimbulkan lecet di beberapa bagian tubuhnya.Tak sampai situ Ia memangkas habis rambut panjangnya. Ia benar-benar seperti sudah kehilangan hasrat dalam hidup.Ia memandangi dirinya di depan cermin. Perempuan dengan rambut yang sangat pendek, tidak rata panjang pendeknya dengan perut buncit.Rasty meraung lagi. Ia menjerit dan langsung membanting barang yang berada di sekitarnya.Terus saja ia melakukan sesuatu yang merugikannya. Ia hanya ingin melampiaskan kekecewaannya. Sampai ia merasakan kelelahan. Ia pun bersender di tembok dan merosot begitu saja. Hingga i menyad
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBab 67"Hueeek!" teriak Devi sambil berlari ke arah kamar mandi seraya menutup mulutnya.Napasnya terengah-engah, tanpa aba-aba rasa mual itu hadir begitu saja. Badannya terasa begitu lemas. Ia mencoba mengeluarkan isi di dalam perutnya. Tapi semua itu terasa sia-sia, tidak ada sebutir nasi pun yang lolos dari tenggorokannya. Kedua tangannya berpegangan dengan wastafel untuk menopang badannya.Hueeek!Mual itu kembali mengganggu Devi. Ia meremas perutnya. Kini bukan hanya mual yang didera. Bertambah sudah rasa pusing menguasai dirinya.Devi merosot. Ia bersandar dengan tembok.Ia mencoba mengingat makanan apa saja yang sudah masuk di tubuhnya.Ia memejamkan matanya mengingat-ingat, ia rasa Ia hanya makan di rumah selepas kepergian makan dari pemancingan itu."Ya, aku harus menanyakan ke Ibu, apakah beliau juga keracunan," batinnya.Belum sempat ia berdiri rasa pusing itu kembali mendera hingga ia merasakan semua menjadi gelap.10 menit berlalu ...."REN!
4PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIkalau begitu saya permisi dulu ya bu-pak Mari," pamit sang dokter dan akhirnya tubuhnya menghilang dari pandangan orang-orang yang ada di rumah itu.***"Selamat ya Pak ini istri bapak sudah hamil usia empat Minggu dan ini kantung janinnya juga sudah terlihat ya," ucap sang dokter pada Rendi dan juga Devi yang tengah berbaring di atas ranjang pasien dengan posisi perutnya yang sedikit terbuka untuk di USG. Rendi yang melihat dengan antusias pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas sehingga membentuk lengkungan senyum yang sangat manis begitupun dengan Devi dia merasa sangat bahagia dengan berita yang ia tahu kali ini dari suaminya saat dia baru saja tersadar dari pingsannya tadi."Alhamdulillah ya Allah Enkau akhirnya berikan titipanmu padaku setelah ujian yang kau berikan padaku selama ini," ucap Devi dalam hatinya. Setelah dokter selesai memeriksa perut Devi, Rendy pun membantu Devi untuk bangun dari posisi berbaringnya. Lantas mereka berdua mengikuti
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIMereka pun akhirnya mau bubarkan diri tanpa menghiraukan lagi kondisi Rasti yang sebenarnya dia merasakan sakit di area perutnya itu.***POV DANUAku meremas rambutku dengan kasar aku sangat frustasi saat mengetahui kalau perusahaan yang kebangun dengan susah payah ini sudah di ujung tanduk. Hanya tinggal menghitung hari dan jam saja usaha yang kubangun dengan tetesan keringat itu pun akan bangkrut atau gulung tikar. Terpaksa aku harus mengambil kembali rumah yang sudah kuberikan untuk Rasti untuk aku jual sebagai tambahan penutup hutang-hutangku yang jumlahnya tidak sedikit. Lumayan rumah itu dijual di sekitar laku tiga ratus juta sedangkan hutangku masih sekitar dua miliar lagi. Aku pun tidak tahu harus kemana mencari kekurangan hutang yang aku miliki ini, aku sudah memperingatkan Rasti untuk segera meninggalkan rumah itu tetapi saat pembeli rumah tersebut mengatakan padaku jika rumah itu belum kosong sebab masih ditinggali oleh Rasti aku pun berinisiat
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBAB 70Akan tetapi setidaknya aku selama ini selalu menyenangkan hatimu bukan? jadi kurasa itu semua sudah impas atas apa yang kau berikan padaku dan atas apa yang kau dapatkan dariku," uapku sembari tersenyum mengejek pada Rasti."Dasar sialan! kau benar-benar laki-laki sialan Om! Menyesal aku pernah mengenalmu dan menyesal aku sudah memberikan segalanya padamu!" pekik Rasti sembari menatapku dengan tatapan sinisnya itu. Dia kira aku peduli dengan semua itu tentu saja tidak. Bukankah dalam sebuah hubungan itu adalah simbiosis mutualisme? gimana kita saling membutuhkan dan kita saling mendapatkan hasilnya, kurasa hal itu juga yang sedang terjadi dalam hubunganku dan juga Rasti. Rasti yang membutuhkan uang dan aku yang membutuhkan kehangatan. Bukankah hal itu adil? jadi di mana letak aku tega padanya?" gumamku dalam hati. "Enggak usah banyak drama Rasti, cepat kamu tinggalkan rumah ini sebab rumah ini sudah ada yang membeli dan sebentar lagi akan ditempati.
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIAku pun kembali mengajak orang suruhan ku ini untuk meninggalkan rumah sakit ini. Sebab aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan Rasti sekarang semuanya antara aku dan Rasti sudah selesai.***POV authorDi sisi lain Devi dan Rendy yang tengah berbahagia bersama keluarga mereka sebab kehadiran calon keluarga baru di rahim Devi. Terlebih lagi Devi dan Rendy yang sangat menantikan sosok mungil itu.Devi sudah merasa tidak sabar akan kehadiran bayi yang selama ini dia impikan. "Terima kasih ya Sayang sudah memberikan calon penerus Rendy Junior disini, aku semakin cinta sama kamu aku janji akan menyayangimu dan menjagamu dengan segenap jiwaku," ucap Rendy sembari menggenggam erat tangan Devi dan mengelus perut Devi yang masih rata itu. Lantas Rendy mencium tangan Devi dan Devi pun tersenyum menanggapi ucapan Rendy yang meski terkesan gombal tapi tetaplah hal itu tulus dari dalam hati Rendy. Mungkin memang Rendy terlihat tidak sempurna karena kekurangan pada f