Beranda / Romansa / PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI / Bab 2. Menguras isi kulkas

Share

Bab 2. Menguras isi kulkas

Penulis: Turiyah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-13 11:35:20

Betapa terkejutnya Devi melihat pemandangan yang membuat emosinya langsung terpancing, kulkas yang sebelumnya terisi penuh, kini kosong melompong.

Giginya bergemeletuk, tangannya mengepal.

 Dia langsung membanting pintu kulkasnya dengan keras sehingga menimbulkan suara kaca berdentingan. Botol-botol di dalam saling bertabrakan. Dan masih belum puas juga, Devi menendang kulkasnya hingga mundur beberapa centi.

Hasan hanya melihat pasrah amukan istrinya, dan dia sudah menyiapkan mental untuk menahan cacian yang akan menghujaminya.

Devi langsung berjalan ke arah dapur. Melihat stok perbawangannya juga ludes. Dia tak segan mengambil tempat bawangnya dan melemparkan ke arah Hasan. Emosinya masih belum mereda, dia mengambilnya alat-alat masak dan langsung melemparnya.

Dengan sigap Hasan mencoba menghindari namun lemparan yang tak ada hentinya membuat dia kewalahan dan nahas, pelipisnya terkena gagang spatula dan menimbulkan sakit yang berbekas.

"Mas! Aku capek kalo begini terus! Aku beli bahan makanan itu hasil kerja aku, Mas! Kamu bisa gak sih ngomong sama Ibumu itu!"

"Dev, sabar ya! Besok Mas akan berbicara sama Ibu," ucapnya pelan mendekati Devi.

Devi tak habis pikir, kenapa Ibu Mertua terlalu rakus mengambil haknya, sisa gaji Mas Hasan yang sudah terpotong untuk bayar cicilan dikasih Ibunya, sampe ia tak diberi jatah nafkah. Alhasil dia harus banting tulang mencari nafkah.

Plak!

Dengan lancar tangannya menampar pipinya Hasan, setidaknya ini mengurangi sedikit perasaan sakit hatinya.

Hasan yang mendapat tamparan langsung terlonjak kaget. Dan tangannya langsung memegangi pipinya yang merah, jiwanya seakan-akan meronta ingin membalas.

Harga dirinya jatuh saat itu juga, dia merasa tidak pantas istrinya menampar. Seharusnya yang pantas adalah dia, Karena dia adalah kepala keluarga, namun sekarang dia tak mampu melakukan apa-apa, ibunya yang selalu meminta gajinya di awal bulan. Membuatnya dipandang sebelah mata oleh Istrinya sendiri. Karena kehidupannya numpang sama Devi.

*** 

Esoknya mereka tampak saling mendiamkan satu sama lain, dan payahnya, Hasan tak memegang uang sepeserpun. 

Terdengar notifikasi Pesan masuk di ponselnya.

[Bro, besok malam datang ya di acara ulang tahun gue! Istri lo juga diajak!]

Dia membaca perlahan namun penuh dengan penekanan, diundang dalam keadaan gak punya uang untuk membeli kado. Mencoba memutar otak dan akhirnya menemukan jalan keluar. Dia mengambil ponselnya lagi, dan mengetik sesuatu untuk mengirimi pesan ke salah satu teman kantornya.

[Ris, besok aku pinjami satu juta ya, urgent. Tolong ya!] Begitu isi pesannya dan langsung centang biru.

Sedangkan di seberang sana sedang mengetik sesuatu, hati Hasan tak karuan. Menunggu sambil berharap.

[Ya, besok tak bawakan.]

Balasan singkat tapi membuat Hasan tak perlu risau untuk ke depannya.

 Dia beranjak memberanikan diri untuk berbicara sama Devi.

"Dev, besok temenin Mas, ya! Ke acara ulang tahun temannya Mas," ucapnya sembari mengelus punggungnya Devi, Hasan sepertinya sudah terlatih untuk merayu Devi.

"Hm," jawabnya datar.

"Makasih, Sayang," ucapnya sambil mengecup pipi kiri. Devi 

"Owh ya, Dev. Boleh pinjam uangmu gak? Seratus ribu saja, buat jaga-jaga nanti kalo bensin habis," tanyanya sambil memegangi tangan Devi. Memainkan kedua jarinya, menyapu dari atas ke bawah dengan sentilan jemari. Membuat bulu kuduk Devi berdiri.

Hasan merupakan seseorang yang berperawakan tinggi, badannya tegap, wajah persegi dan berhidung mancung membuatnya terlihat seperti seorang model. Pantas saja bila Devi rela menjadi tulang punggung keluarganya, karna gaji suaminya buat nyicil mobil selebihnya dikasihkan ke ibunya. Dia dimabuk cinta dengan ketampanannya, logika ingin pergi darinya, tapi hati terus melekat pada suaminya.

"Ya," jawabnya sambil beranjak mengambil dompet.

Meskipun dia garang tapi di hatinya masih ada rasa sayang.

***

Di pagi harinya,

 Devi tampak bermalas-malasan. Dia sengaja tidak memasak untuk suaminya. Biarlah suaminya kelaparan. 

Emosi yang kemarin masih belum hilang semua.

Dan hari ini dia ijin libur kerja karena nanti mau memanjakan dirinya ke salon.

Hasan keluar dari kamarnya dan sudah terlihat rapi dengan setelan kemeja biru laut sama dasi berwarna navi. Dia langsung berjalan ke meja makan, dia duduk manis dan tidak lupa mengecup pipi istrinya, dia masih tidak menyadari di balik tudung sajinya itu kosong.

 Hasan langsung mengangkat tudung sajinya yang bersampul renda. Dan tak melihat satu pun masakan.

"Loh, Dev. Kamu kok gak masak? Mas sudah laper, Dev. Mana lagi jamnya udah mepet lagi," ucapnya sambil melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan angka 7:50 WIB.

"Seminggu ke depan Aku gak akan masak, Mas! Duit belanja sudah habis dibelanjakan kemarin," terangnya sambil mengikir kuku jari tangannya.

"Yah kok gitu sih, Dev!"  

"Lagian kenapa kamu ijinin Ibumu menguras stok bahan makanan kemarin, susah kan kalo begini." 

"Jangan pelit gitu to, Dev. Dia juga Ibumu!"

"Sampe saat ini, aku tak pernah menganggap Ibumu itu Ibuku, dia hanyalah benalu di mataku."

"Dev! Jaga bicaramu! Semakin lama aku ngomong sama kamu, membuat tensiku semakin naik," ucapnya sambil berdiri mengambil kontak mobilnya.

"Nanti sore, kamu harus sudah siap!" suruhnya sambil berlalu.

Setelah kepergian Hasan, Devi berdiri untuk 

siap-siap ke salon sama membeli sarapan untuknya.

Saat ingin mandi terdengar suara ketokan pintu dari luar. Terpaksa ia menanggalkan kembali handuknya di atas kasur. Kemudian dia berjalan ke arah pintu, saat membuka pintunya terlihat Ibu Mertua–Ibu Endang–sudah berkacak pinggang di depannya.

Devi dengan malas kembali ke dalam rumah tanpa menyapanya dan membiarkan Ibu Endang masuk ke dalam rumah.

Devi duduk di kursi sambil menyilangkan kakinya. Sudah tak ada rasa hormat untuk Ibu Endang. 

Dia mengambil toples yang berisi permen karet dan mengupasnya, memasukkan ke dalam mulut dan memainkannya sambil menatap Ibu Endang.

Tatapannya benar memancing Ibu Endang, terlihat dari tangannya yang mengepal memperlihatkan urat urat yang menonjol lebih daripada kulitnya.

"Kamu benar-benar mantu biad*b!" bentaknya sambil memajukan jari telunjuknya menunjuk ke arah Devi.

"Hasan emang suamiku, tapi aku bukan mantumu!" jawabnya menantang. Dia sudah hilang empati sama Ibu mertua semenjak gaji suami diminta semua dengan dalih biar Devi tidak memanfaatkan anaknya, masih muda harusnya bekerja.

Padahal rumah yang ditempati saat ini adalah rumah pemberian orang tua Devi. Awal menikah Hasan membawa baju yang sedikit beserta utang-utangnya yang menumpuk.

Devi mengalah dan membantu bekerja untuk melunasi hutang suaminya termasuk mahar yang dulu diberikan padanya.

Dan sekarang semua menjadi bumerang untuk Hasan, karena saat Devi merasa tersakiti oleh ulahnya. Maka tak segan Devi akan mengungkit semua uang yang telah ia keluarkan untuk suaminya.

Next bab selanjutnya 

Bab terkait

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    Bab 3. Balada Parkiran

    Ibu Endang yang mendengar itupun emosinya memuncak. Ingin sekali menjambak rambut mantunya yang tergerai lurus biar lebih berantakan. Percuma cantik bila tak ada rasa hormat.Dengan gerakan cepat Ibu Endang berhasil menarik rambut Devi. Menjambaknya begitu kuat, hingga tubuh Devi terpaksa mengikuti tarikannya agar meminimalisir rasa sakit.Devi menahan tangan Ibu Endang dengan tangan kirinya. Kakinya ikut mangkrak menendang pahanya Bu Endang hingga membuat sedikit tersungkur ke belakang.Masih tak terima, ibu Endang maju hendak mencakar tapi langsung ditepis kasar oleh Devi. Dia berhenti melawan dan hendak menyudahi perkelahian itu. Karena ia sadar dia bisa saja mengalahkan Ibu Endang karena masa sekolah dia sudah mahir di dunia persilatan.Masih saja Bu Endang ingin melawan dengan mendorong-dorong tubuhnya Devi. Tubuhnya yang berlemak membuat dia cepat ngos-ngosan. Cukup dengan hentakan, Ibu Endang tersungkur.Devi langsung berlalu meninggalkan Bu Endang yang masih memperbaiki nafasn

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13
  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    Bab 4. Dikerjai ibu mertua

    # Dikerjai Ibu mertuaSetelah sampai tujuan, Devi melihat layar ponselnya, dan membayar sejumlah tarif yang tertera di layar.Devi masuk ke ruangan salon dan merasa beruntung Karena kondisi sedang sepi, jadi tak perlu untuk mengantrinya.Devi pun mengatakan sama tukang salon keinginannya untuk Spa full body, facial wajah dan creambath rambut.Setelahnya dia diarahkan oleh pegawainya ke ruangan khusus untuk spa, dan membaringkan badannya di atas kasur empuk tapi tipis yang berukuran sesuai dengan badannya. Ia pun dengan pasrah sambil memejamkan kelopak matanya. Tidak menunggu lama ia sudah merasakan pijitan dan beberapa gerakan Perawatan yang lihai dari mbak salon membuatnya menguap berkali-kali.Setelah selesai Spa lanjut untuk facial, wajahnya yang mulus tanpa jerawat memudahkan mbaknya mengolesi krim racikan andalan dari salonnya, tanpa harus memencet jerawat seperti beberapa pelanggan sebelumnya.Devi tampak menikmati pelayanannya, dan saat ingin beranjak ke tahap selanjutnya dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13
  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    Bab 5. Bersiap-siap

    Jam kerja telah berakhir, dengan perasaan semangat yang menggebu , Hasan melangkah keluar meninggalkan gedung menuju parkiran, lalu ia mengemudikan mobilnya dengan membawa perasaan bahagia, ya, sebentar lagi ia menjemput sang istri untuk ke tempat di mana Rendi ulang tahun. Sesekali ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Lantas ia menambah laju mobilnya agar segera sampai rumah. Yang ia tahu ia akan pulang ke rumah yang langsung disambut istrinya dengan penampilan yang sudah dandan cantik, dan ia pun akan langsung mandi dan makan setelah itu berangkat. Apalagi hari ini Devi libur kerja. Pastinya semua sudah beres rapi. Ia tahu karena tadi Ibunya mengirimi pesan kalau Devi sedang di rumah. Dia lupa pertengkaran kemarin ia menyetir mobil sambil bernyanyi, bersiul. Rasa laparnya pun terkalahkan dengan perasaan bahagianya. Sengaja istirahat siang dia tidak makan siang karena untuk menghemat pengeluaran, uang satu juta yang dipinjam dari teman kerjanya pun sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13
  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    Bab 6. Salah kostum

    Saat keluar rumah mereka melihat beberapa orang menatap mereka dengan penasaran."Ada apa sih, Mas?" tanya Devi sambil memegangi kemeja suaminya."Gak tau, Dek. Yok lah biarin aja!" jawabnya sambil menarik tangannya Devi.Hasan menyadari ini perbuatan tadi yang berteriak di depan pintu. Namun malu bila harus ngomong jujur sama Devi.Akhirnya mereka masuk mobil, meninggalkan para tetangga yang penasaran. Hasan melajukan mobilnya dengan pelan, menyusuri Jalanan, melihat ke kanan kiri bermaksud mencari toko arloji. Setelah melewati beberapa lampu merah, akhirnya menemukan toko arloji yang berada pinggir kota.Mereka turun untuk melihat-lihat jam yang dijualnya. Hasan menemukan satu jam yang sesuai dengan keinginannya. Akhirnya meminta pihak toko untuk membungkusnya dengan kertas kado dan tidak lupa mencatat namanya dulu di sebuah memo kecil yang di selipkan sebelum dibungkus.Akhirnya mereka selesai bertransaksi, kemudian kembali ke mobilnya. Mengundurkan mobilnya sesuai arahan tukang

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    Bab 7. Tidur di Hotel

    "Loh kamu, Mas? kok bisa jadi tukang ojek, bukannya masih kerja di kantor? dan kulihat kamu masih ada diacara ulang tahun Rendi?" tanyaku bertubi-tubi.Seribu pertanyaan menunggu penjelasan di benakku, tadi yang membuatku risih di acara tadi, kenapa bisa dia datang jadi tukang ojek yang aku pesan. Rasa penasaranku terlalu menggunung hingga mengabaikan rasa sebalku tadi pas di tempat Rendi."Iya, aku nyambi tukang ojek online kalo sepulang kerja, bagaimanapun aku harus berjuang membahagiakan istriku," jawabnya menatapku nanar."Berjuang? Sampe mati-matian gitu ya? emang istrimu gak kerja?" "Ya enggaklah, ngapain aku nikahin dia kalo nyuruh dia kerja, bagaimanapun aku bertanggungjawab atas nafkahnya," ucapnya dengan matanya yang terendam memandang ke langit menatap bintang-bintang.Aku mencoba mencerna perkataannya, memang dari segi fisik suamiku lah yang unggul, tapi cara berpikirnya mampu membuat netraku berkaca-kaca. Kenapa suamiku sendiri tidak ada niatan untuk menafkahiku, apakah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    Bab 8 Dapat Voucher gratis

    Aku terduduk lemas, menatap dinding lift, sudah beberapa kali aku menggedor-gedor. Namun tidak ada sahutan dari luar, mungkinkah mereka semua sudah tertidur ataukah mereka tidak mendengar suara gedoran. Aku harus bagaimana sekarang, seorang diri di dalam lift dengan hanya membawa gawai yang sudah habis baterainya, aku benar-benar putus asa, mungkinkah aku akan mati, aku belum sempat meminta penjelasan Mas Hasan, aku tidak siap bila harus mati sekarang.Setidaknya sebelum mati aku sudah membalas perbuatan Mas Hasan, aku ingin menebus kebodohanku sendiri, aku ingin memperbaiki keadaanku saat ini.Tak terasa air mataku luruh ....Satu jam ....Dua jam ....Tiga jam ....Akhirnya aku tertidur dengan posisi badan tertekuk, kepala menyender di lutut dan kedua tangan masih memeluk lutut.Aku tersentak saat ada gedoran pintu dari luar, dan bergegas bangun untuk membalas gedoran, biar mereka tahu kalau ada orang di sini.Saat ini aku mendengar obrolan dari luar, mungkin lagi berusaha memecahk

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    Bab 9. Berhenti bekerja

    PoV 3Hasan menggeliat dari tempat yang ditidurinya, dia meraba sekitar untuk mencari gawainya. Saat ditemukan dia langsung mengaktifkan gawainya dan mencari aplikasi hijau yang bergambar telepon, menarik ulur layar depannya. Berharap ada pesan masuk. Namun sayangnya tak ada pesan yang masuk satu pun.Hasan bergegas bangun, menoleh kesana kemari."Dev, kamu dimana?" teriaknya sambil berjalan mondar mandir. "Devi!" Masih Belum ada jawaban dari Devi. Hasan keluar dari kamar, dia membuang nafas kasar melihat keadaan rumahnya yang masih berantakan. Hasan kembali ke kamarnya dan mengambil gawai. Memencet tombol untuk mencoba menelepon Devi. Namun tidak tersambung. "Kurang ajar sekali si Devi, ninggalin rumah berantakan! Mana perut lapar lagi!" gerutunya. Dia berlalu lalang, mencari solusi yang tepat untuknya dan akhirnya dia teringat pesan Devi."Lebih baik aku ke rumah ibu saja," ucapnya sambil bersiap pergi. Rumah ibunya yang tak terlalu jauh membuat Hasan mampu menahan laparnya. D

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    Bab 10. Mulai curiga

    Devi benar-benar mantap ingin berhenti bekerja, karena kodratnya seorang isteri di rumah dan sang suami mencari nafkah.Hasan pun akhirnya kembali ke rumah, tidak jadi pergi ke rumah ibunya. Dia masuk mengambil sapu dan kain lap.Hatinya menahan dongkol yang bertubi-tubi. Rasa penasaran karena ketahuan jumlah gajinya. Membuat ia semakin berfikir keras, dia sekilas melirik Devi yang ikutan membersihkan karpet. Mengambil butir demi butir nasi yang tercecer.Rasanya dia tak rela bila harus berbagi gajinya dengan Devi, dipikirannya dia harus berbalas budi dengan ibunya jadi wajar bila ngasih uang gajinya. Tapi ke istrinya dia benar-benar tak ikhlas membaginya, karena ia beransumsi yang pantas di beri adalah orang yang tidak mampu bekerja, sedangkan Devi masih muda, mampu untuk bekerja. Entahlah anutan apa yang diikutinya sehingga tidak ada rasa kewajiban untuk menafkahi istri. Padahal itu hukumnya wajib di mata agama.Dia berfikir, seharusnya Devi beruntung karena memiliki suami yang ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20

Bab terbaru

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 84. Penyesalan Hasan.

    Bab 73Rita menutup jendela rumah juga kamarnya saat ia menyadari hari telah sore. Perasaannya menjadi lega setelah menggugat cerai Danu. Ya meskipun hasil sidang belum turun tapi Ia yakin pasti ia akan memenangkan kasus ini.Ia menuju dapur. Membuka kotak makanan yang berisi cabe itu dan hendak memasak mie.Saat ia mengambil kotak itu, ia teringat saat Devi mengajari ilmu cara menyimpan sayur yang benar seperti apa. Ia pun jadi merindukan Raihan, saat kebersamaan dengan Reyhan juga Devi kini kenangan itu hadir kembali.Ia juga sempat menyesali dulu telah mengusir Devi malam-malam dan penyesalan itu selalu mengganggu tiap malam tidurnya.Rasty menghalau pikirannya dan membuka plastik bungkus mie itu dan langsung memasukkannya ke panci yang sudah berisi air mendidih. Ia memasukkan perlahan dan memotong beberapa cabe lalu ikut dimasukkan bersama mie tadi.Rasa rindu kepada Raihan membuat ia ingin berkunjung ke pusara RehanIngin sekali ia ke sana namun ia menyadari hari telah sore. Akhi

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 83. Rendi terpaksa jujur

    4Rasti pun menggeser tubuhnya sedikit ke samping meski rasa sakit yang kian mendera di area perutnya tapi tenggorokannya juga menjerit minta untuk diisi. Rasti berusaha kuat untuk mengambil air minum itu hingga naas, bukannya air minum yang ia dapatkan melainkan tubuhnya terjatuh terjerembab ke lantai dan dan infus yang ada di tangannya terlepas begitu saja hingga keluarlah darah dari tangan Rasti itu."To ... tolong," suaranya terdengar parau. Kenapa susah sekali ia bersuara. Ia meringis dan membiarkan darah menetes dari tangannya. Ia hanya bisa menatap nanar. 5 menit berlalu.Seorang perawat datang hendak mengecek keadaan Rasty.Ia terkejut saat mendapati Rasty yang sudah berada di lantai.Perawat itu pun gegas memapah Rasty dan menidurkan kembali ke atas ranjang.Bu ... Bu. Bangun, Bu!" Ia menggoyangkan badan Rasty yang kelopak matanya sudah setengah menutup.Ia gegas membetulkan letak infusnya kembali dan membersihkan darah yang berceceran ke mana-mana."Sus, A–aku mau minum," l

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 82. minta rujuk lagi?

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIAku pun kembali mengajak orang suruhan ku ini untuk meninggalkan rumah sakit ini. Sebab aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan Rasti sekarang semuanya antara aku dan Rasti sudah selesai.***POV authorDi sisi lain Devi dan Rendy yang tengah berbahagia bersama keluarga mereka sebab kehadiran calon keluarga baru di rahim Devi. Terlebih lagi Devi dan Rendy yang sangat menantikan sosok mungil itu.Devi sudah merasa tidak sabar akan kehadiran bayi yang selama ini dia impikan. "Terima kasih ya Sayang sudah memberikan calon penerus Rendy Junior disini, aku semakin cinta sama kamu aku janji akan menyayangimu dan menjagamu dengan segenap jiwaku," ucap Rendy sembari menggenggam erat tangan Devi dan mengelus perut Devi yang masih rata itu. Lantas Rendy mencium tangan Devi dan Devi pun tersenyum menanggapi ucapan Rendy yang meski terkesan gombal tapi tetaplah hal itu tulus dari dalam hati Rendy. Mungkin memang Rendy terlihat tidak sempurna karena kekurangan pada f

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 81. . lari dari tanggungjawab

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBAB 70Akan tetapi setidaknya aku selama ini selalu menyenangkan hatimu bukan? jadi kurasa itu semua sudah impas atas apa yang kau berikan padaku dan atas apa yang kau dapatkan dariku," uapku sembari tersenyum mengejek pada Rasti."Dasar sialan! kau benar-benar laki-laki sialan Om! Menyesal aku pernah mengenalmu dan menyesal aku sudah memberikan segalanya padamu!" pekik Rasti sembari menatapku dengan tatapan sinisnya itu. Dia kira aku peduli dengan semua itu tentu saja tidak. Bukankah dalam sebuah hubungan itu adalah simbiosis mutualisme? gimana kita saling membutuhkan dan kita saling mendapatkan hasilnya, kurasa hal itu juga yang sedang terjadi dalam hubunganku dan juga Rasti. Rasti yang membutuhkan uang dan aku yang membutuhkan kehangatan. Bukankah hal itu adil? jadi di mana letak aku tega padanya?" gumamku dalam hati. "Enggak usah banyak drama Rasti, cepat kamu tinggalkan rumah ini sebab rumah ini sudah ada yang membeli dan sebentar lagi akan ditempati.

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 80 nasib danu

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIMereka pun akhirnya mau bubarkan diri tanpa menghiraukan lagi kondisi Rasti yang sebenarnya dia merasakan sakit di area perutnya itu.***POV DANUAku meremas rambutku dengan kasar aku sangat frustasi saat mengetahui kalau perusahaan yang kebangun dengan susah payah ini sudah di ujung tanduk. Hanya tinggal menghitung hari dan jam saja usaha yang kubangun dengan tetesan keringat itu pun akan bangkrut atau gulung tikar. Terpaksa aku harus mengambil kembali rumah yang sudah kuberikan untuk Rasti untuk aku jual sebagai tambahan penutup hutang-hutangku yang jumlahnya tidak sedikit. Lumayan rumah itu dijual di sekitar laku tiga ratus juta sedangkan hutangku masih sekitar dua miliar lagi. Aku pun tidak tahu harus kemana mencari kekurangan hutang yang aku miliki ini, aku sudah memperingatkan Rasti untuk segera meninggalkan rumah itu tetapi saat pembeli rumah tersebut mengatakan padaku jika rumah itu belum kosong sebab masih ditinggali oleh Rasti aku pun berinisiat

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 79. Rasti disoraki warga

    4PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIkalau begitu saya permisi dulu ya bu-pak Mari," pamit sang dokter dan akhirnya tubuhnya menghilang dari pandangan orang-orang yang ada di rumah itu.***"Selamat ya Pak ini istri bapak sudah hamil usia empat Minggu dan ini kantung janinnya juga sudah terlihat ya," ucap sang dokter pada Rendi dan juga Devi yang tengah berbaring di atas ranjang pasien dengan posisi perutnya yang sedikit terbuka untuk di USG. Rendi yang melihat dengan antusias pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas sehingga membentuk lengkungan senyum yang sangat manis begitupun dengan Devi dia merasa sangat bahagia dengan berita yang ia tahu kali ini dari suaminya saat dia baru saja tersadar dari pingsannya tadi."Alhamdulillah ya Allah Enkau akhirnya berikan titipanmu padaku setelah ujian yang kau berikan padaku selama ini," ucap Devi dalam hatinya. Setelah dokter selesai memeriksa perut Devi, Rendy pun membantu Devi untuk bangun dari posisi berbaringnya. Lantas mereka berdua mengikuti

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 78. Hamil lagi

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBab 67"Hueeek!" teriak Devi sambil berlari ke arah kamar mandi seraya menutup mulutnya.Napasnya terengah-engah, tanpa aba-aba rasa mual itu hadir begitu saja. Badannya terasa begitu lemas. Ia mencoba mengeluarkan isi di dalam perutnya. Tapi semua itu terasa sia-sia, tidak ada sebutir nasi pun yang lolos dari tenggorokannya. Kedua tangannya berpegangan dengan wastafel untuk menopang badannya.Hueeek!Mual itu kembali mengganggu Devi. Ia meremas perutnya. Kini bukan hanya mual yang didera. Bertambah sudah rasa pusing menguasai dirinya.Devi merosot. Ia bersandar dengan tembok.Ia mencoba mengingat makanan apa saja yang sudah masuk di tubuhnya.Ia memejamkan matanya mengingat-ingat, ia rasa Ia hanya makan di rumah selepas kepergian makan dari pemancingan itu."Ya, aku harus menanyakan ke Ibu, apakah beliau juga keracunan," batinnya.Belum sempat ia berdiri rasa pusing itu kembali mendera hingga ia merasakan semua menjadi gelap.10 menit berlalu ...."REN!

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 77. ke lapas.

    Rasti memunguti pakaiannya satu per satu dengan Isak tangisnya. Setelah melakukan Danu pergi begitu saja meninggalkan Rasty seorang diri dengan meninggalkan beberapa lembar uang.Rasty meremas uang itu lalu melemparkannya asal. Ia beranjak dan meraih handuk. Kini ia merasa jijik dengan badannya sendiri.Berkali-kali ia membersihkan badannya dengan sabun. Menggosok terus. Bilas kasih sabun terus berulang kali hingga menimbulkan lecet di beberapa bagian tubuhnya.Tak sampai situ Ia memangkas habis rambut panjangnya. Ia benar-benar seperti sudah kehilangan hasrat dalam hidup.Ia memandangi dirinya di depan cermin. Perempuan dengan rambut yang sangat pendek, tidak rata panjang pendeknya dengan perut buncit.Rasty meraung lagi. Ia menjerit dan langsung membanting barang yang berada di sekitarnya.Terus saja ia melakukan sesuatu yang merugikannya. Ia hanya ingin melampiaskan kekecewaannya. Sampai ia merasakan kelelahan. Ia pun bersender di tembok dan merosot begitu saja. Hingga i menyad

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 76. Nasib Rasty

    Akhirnya mereka pun sampai ke tempat pemancingan. Satu persatu turun dari mobil.Susunan batu-batu yang dibuat seperti taman juga beberapa tanaman yang ditata sedemikian rupa di pintu masuk pemancingan itu membuat siapa pun yang melewati menjadi nyaman. Banyak sekali pengunjung yang bepoto di area situ.Devi meraih lengan Rendi. Mereka jalan bergandengan, dengan pelan-pelan mereka menuruni anak tangga untuk menuju ke tempat makan. Beberapa gazebo yang berjejer mereka lewati. Mereka berjalan agak menunduk untuk memberi salam yang yang berada di dalam gazebo itu. Gazebo itu memang di peruntukan untuk yang makan di sana. Per Gazebo per kelompok. Mereka terus berjalan menuju Gazebo yang berada di tengah kolam. Gazebo itu dibuat bagi siapapun yang mau makan di sana sembari lihat ikan berseliweran di bawahnya.Untuk menuju ke sana mereka harus melewati jembatan buatan. Tapak demi setapak mereka lalui. Akhirnya ada satu Gazebo yang masih kosong. Akhirnya mereka masuk dan menghenyakkan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status