Catrina hanya mendesah saat merasakan bagian bawahnya perih.
"Siapa yang tadi ngajak buru-buru?" goda Aditya.
Catrina tersipu malu lalu kembali meraih leher kekasihnya itu dan mereka saling berciuman, "Besok bisa buru-buru" jawab Catrina disela ciumannya.
Aditya hanya tersenyum, mereka berdua kembali menikmati penyatuan yang menggelora itu hingga akhirnya keduanya mengejang dan bersamaan mencapai klimaks lalu terkulai lemas bersama cucuran keringat di tubuh mereka yang menempel seakan tak bisa dipisahkan lagi.
Setelah beberapa menit beristirahat, Aditya segera bangun dan mengajak kekasihnya itu untuk mandi berdua, tapi Catrina masih merasa lemas dan kesakitan jadi meno
"Ya sudah, nanti datangi saja Ibu Sandra dan Bibi Aletta, minta maaf baik-baik, terus aja dekati sampai pintu maafnya terbuka, ingat, jangan kasar lagi, bagaimanapun mereka calon orang tua kamu, jangan cemburu lagi dengan Aletta, kamu akan menyesalinya nanti jika bersikap seperti itu terus" jawab Aditya dan memberi wejangan.Catrina segera berbalik, kini dia duduk diantara paha Aditya, lalu mengaitkan kedua tangannya pada leher Aditya dan memandangnya, lalu bertanya "kenapa sih kalian Ibu, anak bibi selalu bilang aku akan menyesalinya? kompak bener?"Aditya membuka kedua matanya, tampak wajah oval Kekasihnya itu berada tepat di depan batang hidungnya, "nanti juga kamu tau, kalo kamu sabar, percaya dan mengerti aku yakin kamu akan segera tau" jawab Aditya lalu menyatukan hidungnya dengan hidung kekasihnya
Aletta memasuki ruangan, dia juga menyimpan barang bawaan yang dia bawa sekalian saat datang ke tempat itu. Lalu duduk sambil membuka long outer yang dia kenakan, Jhon melihat selintas tubuh semampai Aletta, karena dress inner yang dia kenakan terlihat pas di tubuhnya. Jhon juga membantu mengaitkan outer Aletta di tempat gantungan."Terima kasih dokter" ucap Aletta lirih dan lagi-lagi sambil tersenyum, membuat hati Jhon semakin bergetar dibuatnya.Jhon masih salah tingkah, "hm … Nyonya, apa anda ingin sesuatu? Saya bisa membuatkan anda kopi, teh atau jus?" tanya Jhon."Boleh, mungkin Jus" jawab Aletta sambil memandang kesana kemari, seolah sedang mencari sesuatu.
"Apa Dokter tidak menemukannya dimanapun?" Tanya Aletta pada Jhon, dia terlihat khawatir akan keberadaan putranya itu.Jhon meringis, sambil menunjukkan jarinya pada satu ruangan lagi, "masih tersisa satu ruangan ini." Ucapnya. Lalu Jhon mengetuk pintu kamar tidur pribadi Aditya.Tok. Tok. Tok."Dit, Aditya ….Tuan muda Aditya, apa anda di dalam?" Panggilnya. Tetapi masih tidak terdengar suara apapun di dalam. Dan tampaknya pintu tidak dikunci, saat Jhon membukanya, pintu terbuka begitu saja, Jhon mengintip ke dalam. Terlihat Aditya mengucek-ngucek matanya dan melihat tepat ke depan pintu, terlihat sosok Jhon menyembul di antara celah pintu yang terbuka, saat mata mereka saling memandang. Jhon segera menarik kepalanya dan menutup pin
Aletta melihat murka ke arah Catrina, yang masih saja berbicara seenak jidatnya itu. Wajah yang biasa anggun itu kini merah padam karena emosinya sudah sampai di ubun-ubun."Yang gatal itu kamu jalang. Sudah cukup lama saya bersabar dengan kamu, masih saja terus ngelunjak, menghina dan menginjak saya. Aditya coba apa yang bisa kamu jelaskan hah? Sejak kapan orang tuamu memberi pendidikan kotor seperti ini? Dan mau-maunya kamu bersama dengan perempuan yang sudah menyakiti Ibu? Ibu sungguh kecewa!" Teriakan balasan Aletta kini lebih keras dari teriakan Catrina."Ma-ma-maafkan aku, aku sungguh khilap Ibu, tolong maafkan aku." Ucap Aditya terlihat ketakutan dan menyesali perbuatannya."Ibu?" Gumam Jhon heran dan bertanya apa dia salah de
Kemudian Aletta memakaikan handuk yang diberikan Jhon dan menutupi bagian terlarang putra yang sudah dewasa tersebut. Bahkan Jhon dan Catrina sangat merasa heran dengan sikap patuh Aditya."Maafkan aku Bu, aku benar-benar khilaf." Ucap Aditya. "Aku tergoda, tetapi memang benar, dari awal aku berhubungan dengan Catrina tidak untuk main-main. Aku serius, hanya saja aku tidak bisa memberitahukan identitas mu padanya. Aku masih ragu, karena sifatnya yang masih selalu memusuhimu." Lanjutnya.Aletta tidak berkata-kata, selain sibuk menyeka air matanya yang terus turun dengan deras itu."Ibu tidak percaya, jika anak ibu bisa berbuat sebebas ini. Kamu sungguh sudah mengecewakan Ibu." Jawab Aletta, diiringi tangisan sedih.
"Dimana ponselku?" Gumam Aditya sambil merogoh saku celananya, dia lupa jika ponselnya masih tertinggal di atas. Kemudian dia segera memasuki lift menuju penthousenya.Dia terlihat tidak sabar ingin segera sampai di penthousenya, tempat dimana bagian dari unit apartemen dengan golongan tipe tertinggi atau paling mahal dan mewah itu. Bagi sebagian masyarakat, mungkin properti ini bukanlah hal asing lagi. Bahkan, sekarang banyak bertebaran kabar bahwa harga penthouse bisa mencapai belasan miliar. Secara umum, penthouse adalah salah satu jenis apartemen yang terletak di bagian lantai teratas dari sebuah gedung dan termasuk dalam unit paling eksklusif serta mewah. Dalam bahasa lain, penthouse dikenal dengan nama griya tawang. Penthouse adalah jenis apartemen yang berbeda dari lainnya karena hanya tersedia dalam jumlah sedikit. Inilah alasan mengapa unit penthouse tergolong eksklusif,
"Ibu!" Pekik Aditya, untung saja dia menuruti ajakan para petugas tadi. Jika tidak, mungkin dia tidak akan tahu dengan apa yang terjadi pada Ibunya itu."Apa ini kerabat Anda Tuan? Soalnya saya melihat Nona ini memasuki lift menuju penthouse milik Anda?" Tanya salah satu petugas."Iya betul Pak, terima kasih banyak. Bisa minta tolong Pak, tolong banget cek dan cari informasi kemana SUV hitam itu pergi, jika perlu mintalah pada kantor pusat untuk memeriksa seluruh Cctv yang ada di lingkungan apartemen kita." Perintah Aditya."Baik Tuan, segera kami laksanakan!" Jawab para petugas apartemen, serentak kompak.Aditya sendiri terlihat gusar, dia menekan kontak di ponselnya,
"Kenapa diam Jhon? Gak tau ya? Kemana saja kau ini Jhon?" Tanya Jonathan sambil menepuk pundak sahabat barunya itu."Dimana Aditya?" Tanya Jonathan lagi."Woy Jhon! Bisakah kamu tidak berdiam diri dan bengong saja? Kemana Aditya pergi, jawab aku!" Bentak Jonathan lagi, dia tidak sabar dengan semua jawaban yang dia lontarkan tapi Temannya itu hanya diam saja dari tadi."Maaf kawan, aku sangat terkejut, aku tidak percaya jika kedatangan nyonya Aletta membuat tragedi yang begitu besar." Gumam Jhon, setelah lama terdiam."Siapa nyonya Aletta?" Tanya Jonathan."Itu, Ibu aslinya Aditya." Jawab Jhon.