Share

Chapter. 89

Penulis: Paradista
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-28 17:00:00

"Ya sekarang gimana baiknya, besok setelah tenang meminta maaflah pada profesor Rahman, lalu kembali mengetuk pintu hati Nyonya Aletta, Nyonya Sandra, nanti malam coba berbicara baik-baik dengan Aditya, dewasalah Cat, jangan cemburu keterlaluan, jelas-jelas yang berbohong dan tidak jujur itu kamu, Aditya menurutku sangat baik, penyayang dan jujur juga cinta banget sama kamu, dari awal kamu yang salah, tapi kamu juga yang uring-uringan" ucap Jhon, kali ini dia memberi masukan pada sahabatnya itu, bagaimanapun nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi, yang bisa diperbaiki cobalah perbaiki, tidak ada jalan keluar lagi, selain meminta maaf dengan tulus dan menyesali perbuatan tersebut.

Catrina diam dan hanya mengangguk lemas, "maafin aku ya Jhon, aku sudah salah, tapi … gimana nih Jhon, sebenarnya Nyonya Sandra udah ngusir aku dari sini, apa aku masih berhak tinggal disini

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 90

    "Profesor kirim pesan, menyuruh kita break dulu katanya, nanti dihubungi lagi" jawab Jhon dengan raut muka yang kecewa."lho ada apa katanya?" tanya Catrina sambil mencari-cari keberadaan ponselnya, lalu setelah menemukannya, dia langsung membuka ponselnya tersebut dan benar saja ada pesan dari profesornya, agar dia jangan dulu datang ke Rumah sakit sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan, alias tidak jelas kapan bisa masuk Rumah sakit lagi.Jhon hanya menggeleng, sementara Catrina termenung, dia amat merasa bersalah, karena ulahnya, Jhon akhirnya terbawa-bawa masalah, lalu dia mencoba membalas dan mengetik sesuatu untuk membalas chat grup dari profesor Rahman.[Prof maafkan kecerobohan dan keegoisan Saya, tapi tolong jangan bawa-baw

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 91

    Aditya hanya tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya, seraya menyibukkan diri membuka sepatu, kaos kaki juga dasi yang melingkar erat pada lehernya. "Apa kamu sudah sarapan? Mau aku buatkan sesuatu?" tanya Catrina, dia berusaha sebisa mungkin mengambil hati kekasihnya itu, padahal selama ini dialah yang selalu dibuatkan sarapan oleh Aditya. "Tidak terima kasih, Ibuku sudah membuatkanku sarapan tadi, sekarang aku buru-buru, harus segera mandi dan pergi ke Kantor" jawab Aditya, lalu bergegas berjalan menuju kamar tidurnya. Catrina tidak mau kalah, dia segera mengikuti Aditya dan memasuki kamarnya, tampak Aditya sedang membuka jas juga kancing kemejanya satu persatu, tanpa basa basi Catrina segera memeluk kekasihnya itu dari belakang.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 92

    Catrina terlihat pasrah, dia berjinjit untuk menyamaratakan ukuran tubuhnya dengan tubuh kekasihnya itu, lalu dia mulai mendekatkan bibirnya dan melumat bibir aditya secara perlahan, tangannya dengan lincah meraba setiap bagian tubuh Aditya yang sensitif termasuk Juniornya, dia juga membuka sabuk celana yang masih dikenakan Aditya, Catrina begitu lihai mempermainkan Junior milik kekasihnya itu.Aditya berusaha menolak, tetapi ajakan itu semakin kuat, apalagi sekarang di pagi hari, dorongan keinginan bercinta begitu menggelora, Catrina juga sudah seperti sangat kesetanan, Aditya bimbang antara harus menyalurkan birahinya itu atau mencoba menolak seperti biasanya, karena bukan kali ini saja Catrina menggodanya, hanya saja saat ini beda suasana, suasana hati Aditya sedang galau, dia butuh pelampiasan begitupun Catrina dia pun sudah sangat menginginkan hal itu, apalagi dulunya memang

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 93

    Catrina terus mendesah saat kedua gunung kembarnya dipermainkan oleh tangan Aditya, lalu Aditya bangun, dia duduk sambil memangku tubuh Catrina, mereka berciuman, tangannya sibuk melepas kain tipis yang melekat pada tubuh Catrina, kini Catrina benar-benar polos, kulit tubuhnya sesekali menempel pada dadanya yang juga polos. Catrina sudah sangat basah, apalagi saat Aditya mencium leher serta dadanya, puncaknya saat Aditya melahap kedua gunung dan sesekali menyedotnya, Catrina terus mendesah dan mengejang.Tiba-tiba Aditya menghentikan aktivitasnya, dia membenamkan wajahnya di atas dada kekasihnya itu, "Kenapa berhenti sayang? tanggung …" tanya Catrina.Aditya memandang ke arah Catrina yang sudah berkeringat itu, "aku tidak bisa Sayang, jika hanya pelampiasan saja nanti kamu menyesalinya" jawab Aditya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 94

    Catrina hanya mendesah saat merasakan bagian bawahnya perih."Siapa yang tadi ngajak buru-buru?" goda Aditya.Catrina tersipu malu lalu kembali meraih leher kekasihnya itu dan mereka saling berciuman, "Besok bisa buru-buru" jawab Catrina disela ciumannya.Aditya hanya tersenyum, mereka berdua kembali menikmati penyatuan yang menggelora itu hingga akhirnya keduanya mengejang dan bersamaan mencapai klimaks lalu terkulai lemas bersama cucuran keringat di tubuh mereka yang menempel seakan tak bisa dipisahkan lagi.Setelah beberapa menit beristirahat, Aditya segera bangun dan mengajak kekasihnya itu untuk mandi berdua, tapi Catrina masih merasa lemas dan kesakitan jadi meno

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 95

    "Ya sudah, nanti datangi saja Ibu Sandra dan Bibi Aletta, minta maaf baik-baik, terus aja dekati sampai pintu maafnya terbuka, ingat, jangan kasar lagi, bagaimanapun mereka calon orang tua kamu, jangan cemburu lagi dengan Aletta, kamu akan menyesalinya nanti jika bersikap seperti itu terus" jawab Aditya dan memberi wejangan.Catrina segera berbalik, kini dia duduk diantara paha Aditya, lalu mengaitkan kedua tangannya pada leher Aditya dan memandangnya, lalu bertanya "kenapa sih kalian Ibu, anak bibi selalu bilang aku akan menyesalinya? kompak bener?"Aditya membuka kedua matanya, tampak wajah oval Kekasihnya itu berada tepat di depan batang hidungnya, "nanti juga kamu tau, kalo kamu sabar, percaya dan mengerti aku yakin kamu akan segera tau" jawab Aditya lalu menyatukan hidungnya dengan hidung kekasihnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 96

    Aletta memasuki ruangan, dia juga menyimpan barang bawaan yang dia bawa sekalian saat datang ke tempat itu. Lalu duduk sambil membuka long outer yang dia kenakan, Jhon melihat selintas tubuh semampai Aletta, karena dress inner yang dia kenakan terlihat pas di tubuhnya. Jhon juga membantu mengaitkan outer Aletta di tempat gantungan."Terima kasih dokter" ucap Aletta lirih dan lagi-lagi sambil tersenyum, membuat hati Jhon semakin bergetar dibuatnya.Jhon masih salah tingkah, "hm … Nyonya, apa anda ingin sesuatu? Saya bisa membuatkan anda kopi, teh atau jus?" tanya Jhon."Boleh, mungkin Jus" jawab Aletta sambil memandang kesana kemari, seolah sedang mencari sesuatu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-01
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 97

    "Apa Dokter tidak menemukannya dimanapun?" Tanya Aletta pada Jhon, dia terlihat khawatir akan keberadaan putranya itu.Jhon meringis, sambil menunjukkan jarinya pada satu ruangan lagi, "masih tersisa satu ruangan ini." Ucapnya. Lalu Jhon mengetuk pintu kamar tidur pribadi Aditya.Tok. Tok. Tok."Dit, Aditya ….Tuan muda Aditya, apa anda di dalam?" Panggilnya. Tetapi masih tidak terdengar suara apapun di dalam. Dan tampaknya pintu tidak dikunci, saat Jhon membukanya, pintu terbuka begitu saja, Jhon mengintip ke dalam. Terlihat Aditya mengucek-ngucek matanya dan melihat tepat ke depan pintu, terlihat sosok Jhon menyembul di antara celah pintu yang terbuka, saat mata mereka saling memandang. Jhon segera menarik kepalanya dan menutup pin

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18

Bab terbaru

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 199

    "Aditya kamu gak apa-apa?" teriak Jonathan panik dan segera melindungi Aditya jika saja ada serangan lagi dari Indra."Indra apa kau ingin mati!" seru Jonathan ke arah Indra."Ayolah kita sebaiknya mati bersama-sama." Balas Indra sambil bersiap kembali menarik pelatuk.Jonathan tidak bisa membiarkan Aditya, anak buahnya maupun dia mati begitu saja, akhirnya dengan spontan tanpa sengaja menarik pelatuk dan tembakan itu mendarat tepat di dada Indra yang langsung terpental hingga jatuh ke dalam air laut di belakangnya.Semua orang terdiam, Aditya tampak terperanjat kaget saat Indra terjatuh dan tak terlihat lagi berdiri di depannya."Aditya ayo pergi." Ajak Jonathan sambil menarik lengan temannya itu, dia tak peduli keadaan Indra."Kamu yakin dia sudah mati?" tanya Aditya, lalu berdiri dan melihat laut.Wajah Aditya tersenyum puas kala melihat tubuh Indra yang tersangkut oleh jaring, pria itu tampak masih berusaha bertahan sambil menahan rasa sakit."Belum mati rupanya." Dengus Jonathan

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 198

    Aditya tampak tak peduli dengan perkataan temannya itu, dia segera pergi dan berjalan lebih dulu. Sedangkan Jonathan sepertinya kini tak bisa mencegah Aditya lagi, dia menebak jika Aditya tahu kalau dia memiliki rencana terselubung."Maafkan aku kawan, aku tahu kamu berbuat begini karena ingin membuatku tetap aman." Batin Aditya mendesah saat dia menebak-nebak rencana yang dibuat temannya itu.Aditya berjalan semakin jauh menuju sebuah pelabuhan yang disana sudah mulai dipadati beberapa orang, mereka tampak bersiap untuk menurunkan barang dari kapal besar yang baru saja berlabuh.Kedua mata Aditya berkeliling mencari seseorang di sekitar sana, dengan wajah yang tegas dan pandangan yang tajam akhirnya tatapan matanya berhenti pada seseorang yang sedang duduk sambil melihat ke arah kapal di depannya.Jonathan mengawasi tatapan Aditya dan dia juga melihat sosok itu, Aditya akan melangkah pergi tapi Jonathan segera mencegahnya."Tunggulah disini, serahkan dia padaku." Kata Jonathan.Adity

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 197

    Tidak ada manusia normal manapun yang akan baik-baik saja kalau dalam waktu dekat kehilangan dua orang yang paling dicintai dalam hidupnya. Begitulah kiranya perasaan Aditya dan Jonathan dapat memahaminya, makanya dia harus waspada serta menyerahkan penangkapan Indra pada para pengikutnya agar keselamatan Aditya lebih terjamin daripada dia sendiri yang menangkapnya.Jonathan berusaha sebisa mungkin berkomunikasi dengan para pengikutnya untuk memberikan perintah tanpa sepengetahuan Aditya.Waktu sudah sangat larut, keadaan dermaga juga tidak terlalu ramai seperti saat siang. Mungkin karena di siang hari banyak kapal-kapal kecil yang singgah, sedangkan malam tidak ada.Suara klakson kapal feri yang baru datang terdengar nyaring dan menggema, Aditya mulai waspada."Ayo cepat kita kesana, mungkin pria itu akan menaiki kapal feri itu." Ajak Aditya sambil menunjuk."Tenanglah ada pengikut kita di depan, pergerakan mereka lebih smooth dibanding kita berdua." Jawab Jonathan disertai senyuman

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 196

    Jonathan melajukan kendaraannya dengan cepat, adrenalinnya benar-benar terpacu saat dia tahu akan menangkap penjahat itu. Penjahat yang sudah mengambil nyawa penolong keluarganya yaitu tuan Fajar, dia juga memiliki dendam bukan hanya Aditya saja."Aku juga sudah menghubungi ayahku, biarkan anak buahnya berjaga di pelabuhan agar penjahat itu tidak bisa pergi kemanapun.""Good job." Puji Aditya.Jonathan melirik sebentar, dia sangat senang ketika temannya itu bersemangat lagi.Perjalanan cukup jauh meskipun Jonathan sudah memacu kendaraannya dengan cepat, mereka berangkat dari pusat kota dan menuju ke pesisir pantai dimana Indra terlihat. Sementara Aditya tidak mau hanya diam saja dan menyia-nyiakan waktu berharganya itu, dengan cekatan dia terlihat merakit senjata api yang sudah disiapkan oleh Jonathan di kursi penumpang."Kamu memilih senjata kecil itu?" tanya Jonathan disela-sela memacu kendaraannya."Hem." Jawab Aditya pendek."Aku ingin membunuhnya perlahan dari jarak terdekat kami

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 195

    Sementara Aditya belum cukup puas memandangi wajah Catrina untuk terakhir kalinya, namun kini paramedis seakan memaksanya harus segera berpisah dengan wanita itu. Benar saja apa kata teman-temannya dan Sandra, kalau dia akan menyesalinya."Tolong, biarkan aku sebentar lagi. Tolonglah…." Pinta Aditya memohon."Maafkan kami tuan Aditya, jasadnya harus segera kami bersihkan sebelum terlambat." Kata-kata paramedis itu benar-benar menyakiti hati Aditya, "bukankah memang sudah terlambat? Dia sudah mati, apalagi yang membuat semua ini tidak terlambat?""Dia tidak akan hidup lagi, bukankah semuanya sudah terlambat?""Ya beliau memang sudah tiada, tubuhnya kaku dan kulitnya mulai membiru. Apa Anda akan puas saat tubuh ini mulai membusuk? Apa itu yang Anda inginkan?" balas paramedis tersebut.Rasanya jantung Aditya berhenti berdetak, dia menyesali segalanya tapi dia juga masih ingin melihat wajah Catrina untuk beberapa saat lagi."Sudahlah ikhlaskan dia, kasihan tubuhnya." Kata Jonathan sambil

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 194

    Sandra terus berbicara agar anak sambungnya itu sadar dari sikap omong kosongnya itu."Aditya dengarkan saya sekali ini_""Sejak kapan saya tidak pernah mendengarkanmu? Bukankah selama ini saya selalu menurut?" potong Aditya bertanya.Sandra menghela napas, dia juga tahu kalau putra sambungnya ini sedang dalam proses depresi akut. Hanya saja tingkat depresinya sangat mengkhawatirkan, yang lain bisa menangis, bersedih, menyalahkan diri sendiri atau marah-marah untuk meluapkan emosinya. Tapi Aditya hanya diam saja tanpa melakukan apapun, masalahnya jika dia tidak menghalangi orang-orang untuk mengurus mayat Catrina tidak jadi masalah mau bersikap begini, tapi Aditya menghalangi dan mengacaukan segalanya."Maksud ibu, apa harus ibumu yang langsung bicara padamu? Ibumu sekarang masih lemah dan terbaring di rumah sakit, tapi ibumu masih baik-baik saja. Sementara Catrina… dia sudah tiada, tubuhnya butuh segera diurus.""Lalu… apa kamu juga menganggap aku sehat sampai bisa datang kesini? Tid

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 193

    "Jo kamu harus hubungi seseorang." Kata Jhon setelah dia ingat sesuatu."Siapa?" tanya Jo penasaran."Orang tuanya, siapa tahu dia mau nurut." Jawab Jhon."Ah_"Jonathan akhirnya teringat seseorang yang mungkin saja bisa membujuk Aditya yang keras kepala itu. Akhirnya dia segera menghubungi orang tersebut agar segera datang, untungnya orang itu tidak sulit untukdia hubungi."Sudah, kita tunggu saja semoga nyonya besar cepat datang." Kata Jonathan pada Jhon.Jhon tampak mengelus-elus dadanya, sepertinya pria itu merasa sedikit lega. Tidak ada yang bisa dia lakukan, dia juga tidak bisa melihat Catrina secara langsung selain dari balik kaca ruangan tersebut karena Aditya duduk tepat di depan pintu ruangan itu dan menghalangi siapapun yang akan memasuki ruangan itu.Sedangkan Jonathan dengan perlahan tampak berjalan mendekati Aditya."Hey ayolah, kasian dia." Masih berusaha membujuk.Jonathan lalu berjongkok agar bisa berbicara lebih dekat dengan atasan sekaligus sahabatnya itu."Tuan Adi

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 192

    Aditya tidak menjawab, bahkan dia enggan untuk masuk dan melihat wajah Catrina yang terakhir kalinya. Dia memilih berdiam diri dan duduk di luar ruangan tempat tubuh tak bernyawa Catrina terlentang dengan tenang."Tolong beri aku ruang Jo, tinggalkan aku sendirian bersama Catrina. Siapapun yang masuk cegahlah, jangan biarkan siapapun mengganggu kami." Pinta Aditya terdengar lesu.Jonathan mengangguk lalu menjauh, dari kejauhan itu dia menghubungi para penjaga Aditya juga teman satu gengnya agar datang ke rumah sakit dan menjaga Aditya yang sedang sedih.Namun tampaknya Aditya masih belum masuk untuk menemui Catrina, para dokter dan staf rumah sakit sudah sangat khawatir dengan jasad Catrina yang tidak mungkin dibiarkan begitu saja karena bagaimanapun juga Catrina sudah meninggal."Bagaimana ini? Jasad tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setidaknya berilah kami waktu untuk memandikannya, semakin kaku jasadnya akan semakin sulit kita urus." Celetuk seorang paramedis di rumah sakit tersebu

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 191

    "Kami tahu, teman saya ini hanya asal bicara saja." jawab Aditya sedikit ketus."Oh iya Jo, dia kabur dimana?" lanjutnya bertanya pada Jonathan."Di rumah sakit, tadi di lobby." Jawab Jonathan.Aditya terdiam, jarak antara ruangan dia dan Lobby memang sangat jauh karena dia berada di gedung yang berbeda dan berada di atas beberapa lantai dari Lobby utama rumah sakit tersebut."Bilangnya mau ke toilet dulu, mau membersihkan diri sebelum bertemu putrinya. Eh siapa sangka kalau itu hanya akal bulus untuk mengelabui semua petugas." "Lagipula para petugas bodoh ini benar-benar terlalu meremehkan si tua bangka itu."Jonathan menjelaskan semua yang terjadi di bawah tadi, karena kebetulan dia mengikuti mobil para petugas yang membawa Indra. Siapa tahu apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi, Indra benar-benar kabur. Hanya saja Jonathan pikir kalau Indra akan kabur di perjalanan, tapi rupanya orang itu lebih nekad lagi.Tepat setelah Jonathan berbicara demikian, terdengar ada pengumuman cod

DMCA.com Protection Status