"Apa Dokter tidak menemukannya dimanapun?" Tanya Aletta pada Jhon, dia terlihat khawatir akan keberadaan putranya itu.
Jhon meringis, sambil menunjukkan jarinya pada satu ruangan lagi, "masih tersisa satu ruangan ini." Ucapnya. Lalu Jhon mengetuk pintu kamar tidur pribadi Aditya.
Tok. Tok. Tok.
"Dit, Aditya ….Tuan muda Aditya, apa anda di dalam?" Panggilnya. Tetapi masih tidak terdengar suara apapun di dalam. Dan tampaknya pintu tidak dikunci, saat Jhon membukanya, pintu terbuka begitu saja, Jhon mengintip ke dalam. Terlihat Aditya mengucek-ngucek matanya dan melihat tepat ke depan pintu, terlihat sosok Jhon menyembul di antara celah pintu yang terbuka, saat mata mereka saling memandang. Jhon segera menarik kepalanya dan menutup pin
Aletta melihat murka ke arah Catrina, yang masih saja berbicara seenak jidatnya itu. Wajah yang biasa anggun itu kini merah padam karena emosinya sudah sampai di ubun-ubun."Yang gatal itu kamu jalang. Sudah cukup lama saya bersabar dengan kamu, masih saja terus ngelunjak, menghina dan menginjak saya. Aditya coba apa yang bisa kamu jelaskan hah? Sejak kapan orang tuamu memberi pendidikan kotor seperti ini? Dan mau-maunya kamu bersama dengan perempuan yang sudah menyakiti Ibu? Ibu sungguh kecewa!" Teriakan balasan Aletta kini lebih keras dari teriakan Catrina."Ma-ma-maafkan aku, aku sungguh khilap Ibu, tolong maafkan aku." Ucap Aditya terlihat ketakutan dan menyesali perbuatannya."Ibu?" Gumam Jhon heran dan bertanya apa dia salah de
Kemudian Aletta memakaikan handuk yang diberikan Jhon dan menutupi bagian terlarang putra yang sudah dewasa tersebut. Bahkan Jhon dan Catrina sangat merasa heran dengan sikap patuh Aditya."Maafkan aku Bu, aku benar-benar khilaf." Ucap Aditya. "Aku tergoda, tetapi memang benar, dari awal aku berhubungan dengan Catrina tidak untuk main-main. Aku serius, hanya saja aku tidak bisa memberitahukan identitas mu padanya. Aku masih ragu, karena sifatnya yang masih selalu memusuhimu." Lanjutnya.Aletta tidak berkata-kata, selain sibuk menyeka air matanya yang terus turun dengan deras itu."Ibu tidak percaya, jika anak ibu bisa berbuat sebebas ini. Kamu sungguh sudah mengecewakan Ibu." Jawab Aletta, diiringi tangisan sedih.
"Dimana ponselku?" Gumam Aditya sambil merogoh saku celananya, dia lupa jika ponselnya masih tertinggal di atas. Kemudian dia segera memasuki lift menuju penthousenya.Dia terlihat tidak sabar ingin segera sampai di penthousenya, tempat dimana bagian dari unit apartemen dengan golongan tipe tertinggi atau paling mahal dan mewah itu. Bagi sebagian masyarakat, mungkin properti ini bukanlah hal asing lagi. Bahkan, sekarang banyak bertebaran kabar bahwa harga penthouse bisa mencapai belasan miliar. Secara umum, penthouse adalah salah satu jenis apartemen yang terletak di bagian lantai teratas dari sebuah gedung dan termasuk dalam unit paling eksklusif serta mewah. Dalam bahasa lain, penthouse dikenal dengan nama griya tawang. Penthouse adalah jenis apartemen yang berbeda dari lainnya karena hanya tersedia dalam jumlah sedikit. Inilah alasan mengapa unit penthouse tergolong eksklusif,
"Ibu!" Pekik Aditya, untung saja dia menuruti ajakan para petugas tadi. Jika tidak, mungkin dia tidak akan tahu dengan apa yang terjadi pada Ibunya itu."Apa ini kerabat Anda Tuan? Soalnya saya melihat Nona ini memasuki lift menuju penthouse milik Anda?" Tanya salah satu petugas."Iya betul Pak, terima kasih banyak. Bisa minta tolong Pak, tolong banget cek dan cari informasi kemana SUV hitam itu pergi, jika perlu mintalah pada kantor pusat untuk memeriksa seluruh Cctv yang ada di lingkungan apartemen kita." Perintah Aditya."Baik Tuan, segera kami laksanakan!" Jawab para petugas apartemen, serentak kompak.Aditya sendiri terlihat gusar, dia menekan kontak di ponselnya,
"Kenapa diam Jhon? Gak tau ya? Kemana saja kau ini Jhon?" Tanya Jonathan sambil menepuk pundak sahabat barunya itu."Dimana Aditya?" Tanya Jonathan lagi."Woy Jhon! Bisakah kamu tidak berdiam diri dan bengong saja? Kemana Aditya pergi, jawab aku!" Bentak Jonathan lagi, dia tidak sabar dengan semua jawaban yang dia lontarkan tapi Temannya itu hanya diam saja dari tadi."Maaf kawan, aku sangat terkejut, aku tidak percaya jika kedatangan nyonya Aletta membuat tragedi yang begitu besar." Gumam Jhon, setelah lama terdiam."Siapa nyonya Aletta?" Tanya Jonathan."Itu, Ibu aslinya Aditya." Jawab Jhon.
"Ya, sebenarnya kamu juga hebat, jika aku pandai berkelahi berarti kamu yang harus pandai mengobati. Aditya sudah memilih kita sebagai sahabatnya dengan sangat tepat, aku punya otot, dia punya otak, kau punya pengobatan di bidang medis." Ucap Jonathan, sambil terus fokus mengotak atik komputer yang sedang dia gunakan itu."Ya, tentu saja kawan. Kita akan jadi tim yang solid. Terus gimana ini? Apa yang kau cari?" Tanya Jhon."Binggo!" Seru Jonathan tanpa menghiraukan pertanyaan dari Jhon."Apa Jo apa?" Tanya Jhon lagi, dia ikut berseru senang."Kita lacak plat mobilnya dan aku sudah mendapatkannya." Jawab Jonathan. Kemudian dia terlihat memencet ponselnya dan menghubung
Aditya tiba di sebuah pelabuhan, dia bahkan tidak tahu apa ini yang dinamakan pantai indah kapuk? Pantai Jakarta? Atau dermaga kepulauan seribu. Yang pasti disini adalah di pinggir laut, tempatnya sangat luas, suasananya gelap dan kosong karena kebetulan siang ini tiba-tiba hujan begitu deras. Hanya ada gudang-gudang tua berjejer di sini.Aditya perlahan melajukan kendaraannya dengan pelan dan berusaha tanpa suara, sambil dia melirik kesana dan kemari, dia memutar-mutar cukup jauh. Dia tersesat dan tak tahu arah jalan yang harus ditujunya. Hanya saja dia berputar-putar disana, perasaannya mengisyaratkan jima ibunya berada di salah satu gudang tua disana.Hari semakin gelap dan Adrian hanya mengintai satu persatu dari gudang usang tersebut, bulu kudunya sedikit merinding. Dia ingat dimana suasana mencekam seperti ini hanya
Aditya masih bersabar menunggu dan melihat kesana kemari, "Jo. Aku tidak bisa menunggu lagi, aku akan keluar dan mengecek keadaan, kamu jangan khawatir. Aku akan sangat berhati-hati dan tenang." Ucap Aditya pada sahabatnya tersebut."Baiklah Dit, hati-hati dan jangan sampai sambungan telepon kita terputus." Jawab Jonathan di ujung sana.Aditya perlahan keluar dari kendaraan biru metalik yang sangat mencolok tersebut, dia berpikir akan lebih baik jika dia tidak berada di dalam mobil.Aditya dan Jonathan membagi dua tugas mereka, karena gudang-gudang itu sangat luas juga sepi, jadi mereka harus sangat berhati-hati."Dit, aku menemukan van hitam tadi," lapor Jonathan tidak lama kemudian."Oh syukurlah Jo, kemana aku harus pergi? Aku takut salah jalan." Tanya Aditya."Tidak Dit, kamu sudah benar. Ayo jalan terus saja, ikuti drone milikku, di atasmu, aku kini bisa melihatmu Dit," jawab Jonathan."Oh iya, aku juga bisa melihat drone milikmu dari sini, ayo jalan dulu aja Jo." Perintah Adity