Share

Chapter. 105

Penulis: Paradista
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-27 18:44:10

Aditya masih bersabar menunggu dan melihat kesana kemari, "Jo. Aku tidak bisa menunggu lagi, aku akan keluar dan mengecek keadaan, kamu jangan khawatir. Aku akan sangat berhati-hati dan tenang." Ucap Aditya pada sahabatnya tersebut.

"Baiklah Dit, hati-hati dan jangan sampai sambungan telepon kita terputus." Jawab Jonathan di ujung sana.

Aditya perlahan keluar dari kendaraan biru metalik yang sangat mencolok tersebut, dia berpikir akan lebih baik jika dia tidak berada di dalam mobil.

Aditya dan Jonathan membagi dua tugas mereka, karena gudang-gudang itu sangat luas juga sepi, jadi mereka harus sangat berhati-hati.

"Dit, aku menemukan van hitam tadi," lapor Jonathan tidak lama kemudian.

"Oh syukurlah Jo, kemana aku harus pergi? Aku takut salah jalan." Tanya Aditya.

"Tidak Dit, kamu sudah benar. Ayo jalan terus saja, ikuti drone milikku, di atasmu, aku kini bisa melihatmu Dit," jawab Jonathan.

"Oh iya, aku juga bisa melihat drone milikmu

dari sini, ayo jalan dulu aja Jo." Perintah Adity
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 106

    "Jo? Apa kamu mendengarnya? Aku mendengar teriakan Ibuku disana," ucap Aditya pada Jonathan."Iya, aku mendengarnya. Jangan panik Dit, aku yakin kini mereka akan lebih waspada." Jawab Jonathan.Suasana mencekam mènyelimuti tempat itu kembali karena saat ini Aletta sedang dibungkam, bukan hanya kedua matanya yang ditutupi tetapi mulutnya juga.Aletta hanya bisa menangis, dia menerima konsekuensi karena baru saja berteriak dan membuat kegaduhan tapi dia tidak perduli, yang penting dia sudah berusaha dan mudah-mudahan ada orang yang mendengar teriakannya itu.Orang-orang yang menculik dan mengikat Aletta tidak bersuara sedikitpun, seolah sengaja membisu, entah takut diketahui suaranya, entah apa masalahnya, yang pasti Aletta kini sadar jika orang-orang yang menculiknya itu adalah orang-orang yang mengenalinya dan dikenali olehnya.Sementara Aditya yang kini menunggu di luar dan masih mengendap-endap sudah ditemui dan ditemani oleh Jonathan."Mau langsung masuk? Atau kita cek dulu kondisi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 107

    Seberat apapun dan sebesar apapun masalah yang kita hadapi, percayalah bahwa akan selalu ada jalan keluar di baliknya. Kita hanya perlu bersikap tenang, dan kemudian melakukan suatu usaha untuk mengatasi masalah tersebut. Maka, ketika berhasil memecahkan masalah tersebut, pendewasaan diri akan berhasil kita raih.Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Hanya saja berbeda-beda masalah yang dihadapinya. Ada yang memiliki masalah dalam pendidikannya, masalah dalam keuangannya, masalah dalam keluarganya, masalah dalam pekerjaannya, dan berbagai masalah lainnya.Setiap orang tidak sama dalam menghadapi, menyikapi, serta menuntaskan setiap masalah yang dihadapi. Ada yang karena suatu masalah menjadikan orang tersebut terpuruk, lemah dan bahkan merasa kehilangan harga diri-nya. Tetapi, ada juga yang karena mendapatkan masalah menjadikan orang tersebut menjadi lebih baik dan bahkan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.Mengapa bisa terjadi seperti itu? Semua adalah sama-sama manusia

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-29
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 108

    "Tunggu Dit, si John mengirimiku chat. Katanya Orang tuamu yang di Rumah sakit menghubunginya dan berkata agar kamu tidak ceroboh." Ucap Jonathan tiba-tiba, sambil memegang bahu Aditya yang saat itu bersiap memasuki gudang.Aditya segera berhenti dan menoleh ke arah belakang."Apa katanya?" Tanya Aditya."Kamu disuruh ke kantor, ada rapat mendadak yang digelar oleh dewan lain." Jawab Jonathan."Terus, bagaimana nasib ibuku? Apa kamu gila?" Teriak Aditya, tapi kemudian dia segera sadar dan merendahkan suaranya.Jonathan mengangkat kedua bahunya, dia sendiri pun bingung, padahal situasi sedang tegang saat ini, sedangkan tanpa alasan Aditya disuruh pergi ke Kantor."Gak bisa, bilang Ibuku diculik dan aku hanya satu langkah lagi untuk menemui dan menolongnya," pinta Aditya.Jonathan segera mengangguk, lalu mengetik sesuatu dan mengirimkan chat tersebut pada Jhon, seraya menunggu balasan dari Jhon, Jonathan memberikan sebuah senjata api pada Aditya."Apa ini sobat?" Tanya Aditya, sangat te

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-30
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 109

    Aditya sampai di depan Perusahaannya, terlihat Yosef sudah menunggunya tepat di depan pintu, semua mata para pekerja juga mengarah padanya, Aditya bingung dengan situasi itu."Ada apa Paman?" Tanya Aditya sambil mengambil Jas yang Yosef berikan padanya."Sebaiknya Anda mengganti dulu celana Anda, semua anggota pemilik saham berkumpul di ruang rapat." Jawab Yosef."Bukan itu yang ingin aku ketahui Paman, aku tanya. Ada masalah apa ini?" Tanya Aditya lagi."Saya tidak mau menjawabnya, Anda harus melihat sendiri keadaan di dalam," jawab Yosef."Dasar," Aditya tidak bisa berkata-kata lagi, dia bingung, mau memaki atau mencaci pria tua itu, emosinya saat ini sedang meledak-ledak."Sudahlah, aku tidak ada waktu mengganti celanaku," tolak Aditya, dia tidak peduli kini memakai bawahan jeans, sendal jepit, atasa kaos polos dan dilapisi jas, dari atas memang teelihat oke, tapi setelah kebawah akan ada penamoakan jari jemari kakinya yang terlihat jelas."Tidak sopan Tuan," ucap Yosef, seraya ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 110

    "Ayolah, Ayah harus menjelaskan semuanya pada mereka," pinta Fajar lagi.Dengan sedikit canggung Aditya berjalan mendekati Ayahnya yang kemarin masih dia lihat terbaring di rumah sakit itu. Tetapi kini pria itu tampak sehat, segar, bugar dan baik-baik saja, tidak nampak baru bangun dari sakit.Sebenarnya apa yang terjadi? Sandiwara apa yang sedang kalian mainkan untukku? Itulah pertanyaan yang terus terbersit di dalam pikirannya yang sedang kacau tersebut.Kini Aditya berdiri kaku di samping Ayahnya yang masih dianggap orang asing itu. Dia bahkan tidak sudi untuk berdiri lebih dekat lagi, ataupun sekedar berjabat tangan untuk formalitas."Jadi… Ini adalah putra saya satu-satunya, namanya Aditya Rashaad, ya memang betul sesuai artikel yàng dibocorkan seseorang, seorang pengkhianat tentunya jika dia putraku bukan keluar dari rahim Sandra, istri pertamaku." Ucap Fajar secara tiba-tiba.Suasana kini gemuruh kembali, mereka ada yang menganggap pria itu pembohong, tukang selingkuh dan tukan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-01
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 111

    Semua orang yang ada di ruang rapat itu tidak berani bersuara sedikitpun, terlihat bahkan Billy dan Benny yang dari awal memprovokasi semua orang itu, kini justru terdiam, saat mendengarkan kemarahan dari Fajar."Billy, Benny. Ayo bicara? Bukankah tadi suaramu paling nyaring di ruangan ini? Kenapa sekarang malah diam? Apa tadi kamu kesambet?" Tanya Fajar.Terlihat Billy dan Benny tak berani bersuara, wajahnya bahkan memerah, entah karena malu, entah karena tidak terima."Dimana kamu Billy, Benny? Saat aku koma, bukannya membantu putraku, kalian malah sibuk menginginkan posisi menjadi pemimpin, piuh! Percaya diri sekali, atas dasar apa ingin jadi pemimpin? Ingat, Perusahaan ini bukan milik nenek moyangmu, bahkan saham milikmu saja adalah pemberianku, tidak tahu malu." Gerutu Fajar.Semua orang semakin diam, ruangan terasa dingin dan hening, karena mereka tidak pernah merasakan jika Fajar semarah itu."Untuk kalian yang sekarang diam, menunduk seolah sangat setia padaku, ingatlah jika a

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 112

    "Nanti kita bicarakan bertiga di dalam," jawab Fajar pada Tuan Weber.Tuan Weber pun terlihat mengangguk."Aku ingin membahas dulu dengan mereka-mereka ini, apa yang sebenarnya mereka inginkan dengan mendemoku seperti tadi, ayo siapa yang mau bicara?" Tanya Fajar pada bawahan yang kini berada di ruang rapat tersebut."Ayo silahkan bicara? Mumpung Saya berada di depan kalian, jangan jadi pecundang yang bisanya berbicara di belakang. Jangan lupa jika kalian masih sebagai bawahanku sekarang, saya tidak sudi menganggap kalian sebagai partner lagi." Gerutu Fajar.Baru kali ini Fajar Rashaad itu berkata jika pekerja yang sudah naik level itu bawahannya, dia selalu menganggap mereka berjasa hingga menyebutnya partner, pada

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-03
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 113

    "Tahukah kamu Nak? Tidak ada satupun dari mereka yang membelamu. Berarti sama saja dengan mengkhianatiku, mereka malah demo akan melengserkan kamu." Ucap Fajar."Bukankah mereka memang begitu? Bahkan ada yang berani menusukmu dari belakang? Bukankah Anda tahu jika semua bawahan Anda itu pecundang? Tentunya kecuali Tuan Weber dan Tuan Abraham" Jawab Aditya."Ya, aku memang sudah tahu. Baiklah sekarang kita keruangan kita saja dulu, ada hal darurat yang harus kita bicarakan berempat," ajak Fajar, kemudian tanpa mau berbicara dengan semua bawahannya lagi, Fajar berjalan pergi meninggalkan ruangan itu.Aditya hanya bisa mengikuti Ayahnya itu dengan patuh, dia yakin jika bukan karena artikel sampah seperti tadi orang sakit bisa tiba-tiba bangun.

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04

Bab terbaru

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 199

    "Aditya kamu gak apa-apa?" teriak Jonathan panik dan segera melindungi Aditya jika saja ada serangan lagi dari Indra."Indra apa kau ingin mati!" seru Jonathan ke arah Indra."Ayolah kita sebaiknya mati bersama-sama." Balas Indra sambil bersiap kembali menarik pelatuk.Jonathan tidak bisa membiarkan Aditya, anak buahnya maupun dia mati begitu saja, akhirnya dengan spontan tanpa sengaja menarik pelatuk dan tembakan itu mendarat tepat di dada Indra yang langsung terpental hingga jatuh ke dalam air laut di belakangnya.Semua orang terdiam, Aditya tampak terperanjat kaget saat Indra terjatuh dan tak terlihat lagi berdiri di depannya."Aditya ayo pergi." Ajak Jonathan sambil menarik lengan temannya itu, dia tak peduli keadaan Indra."Kamu yakin dia sudah mati?" tanya Aditya, lalu berdiri dan melihat laut.Wajah Aditya tersenyum puas kala melihat tubuh Indra yang tersangkut oleh jaring, pria itu tampak masih berusaha bertahan sambil menahan rasa sakit."Belum mati rupanya." Dengus Jonathan

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 198

    Aditya tampak tak peduli dengan perkataan temannya itu, dia segera pergi dan berjalan lebih dulu. Sedangkan Jonathan sepertinya kini tak bisa mencegah Aditya lagi, dia menebak jika Aditya tahu kalau dia memiliki rencana terselubung."Maafkan aku kawan, aku tahu kamu berbuat begini karena ingin membuatku tetap aman." Batin Aditya mendesah saat dia menebak-nebak rencana yang dibuat temannya itu.Aditya berjalan semakin jauh menuju sebuah pelabuhan yang disana sudah mulai dipadati beberapa orang, mereka tampak bersiap untuk menurunkan barang dari kapal besar yang baru saja berlabuh.Kedua mata Aditya berkeliling mencari seseorang di sekitar sana, dengan wajah yang tegas dan pandangan yang tajam akhirnya tatapan matanya berhenti pada seseorang yang sedang duduk sambil melihat ke arah kapal di depannya.Jonathan mengawasi tatapan Aditya dan dia juga melihat sosok itu, Aditya akan melangkah pergi tapi Jonathan segera mencegahnya."Tunggulah disini, serahkan dia padaku." Kata Jonathan.Adity

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 197

    Tidak ada manusia normal manapun yang akan baik-baik saja kalau dalam waktu dekat kehilangan dua orang yang paling dicintai dalam hidupnya. Begitulah kiranya perasaan Aditya dan Jonathan dapat memahaminya, makanya dia harus waspada serta menyerahkan penangkapan Indra pada para pengikutnya agar keselamatan Aditya lebih terjamin daripada dia sendiri yang menangkapnya.Jonathan berusaha sebisa mungkin berkomunikasi dengan para pengikutnya untuk memberikan perintah tanpa sepengetahuan Aditya.Waktu sudah sangat larut, keadaan dermaga juga tidak terlalu ramai seperti saat siang. Mungkin karena di siang hari banyak kapal-kapal kecil yang singgah, sedangkan malam tidak ada.Suara klakson kapal feri yang baru datang terdengar nyaring dan menggema, Aditya mulai waspada."Ayo cepat kita kesana, mungkin pria itu akan menaiki kapal feri itu." Ajak Aditya sambil menunjuk."Tenanglah ada pengikut kita di depan, pergerakan mereka lebih smooth dibanding kita berdua." Jawab Jonathan disertai senyuman

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 196

    Jonathan melajukan kendaraannya dengan cepat, adrenalinnya benar-benar terpacu saat dia tahu akan menangkap penjahat itu. Penjahat yang sudah mengambil nyawa penolong keluarganya yaitu tuan Fajar, dia juga memiliki dendam bukan hanya Aditya saja."Aku juga sudah menghubungi ayahku, biarkan anak buahnya berjaga di pelabuhan agar penjahat itu tidak bisa pergi kemanapun.""Good job." Puji Aditya.Jonathan melirik sebentar, dia sangat senang ketika temannya itu bersemangat lagi.Perjalanan cukup jauh meskipun Jonathan sudah memacu kendaraannya dengan cepat, mereka berangkat dari pusat kota dan menuju ke pesisir pantai dimana Indra terlihat. Sementara Aditya tidak mau hanya diam saja dan menyia-nyiakan waktu berharganya itu, dengan cekatan dia terlihat merakit senjata api yang sudah disiapkan oleh Jonathan di kursi penumpang."Kamu memilih senjata kecil itu?" tanya Jonathan disela-sela memacu kendaraannya."Hem." Jawab Aditya pendek."Aku ingin membunuhnya perlahan dari jarak terdekat kami

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 195

    Sementara Aditya belum cukup puas memandangi wajah Catrina untuk terakhir kalinya, namun kini paramedis seakan memaksanya harus segera berpisah dengan wanita itu. Benar saja apa kata teman-temannya dan Sandra, kalau dia akan menyesalinya."Tolong, biarkan aku sebentar lagi. Tolonglah…." Pinta Aditya memohon."Maafkan kami tuan Aditya, jasadnya harus segera kami bersihkan sebelum terlambat." Kata-kata paramedis itu benar-benar menyakiti hati Aditya, "bukankah memang sudah terlambat? Dia sudah mati, apalagi yang membuat semua ini tidak terlambat?""Dia tidak akan hidup lagi, bukankah semuanya sudah terlambat?""Ya beliau memang sudah tiada, tubuhnya kaku dan kulitnya mulai membiru. Apa Anda akan puas saat tubuh ini mulai membusuk? Apa itu yang Anda inginkan?" balas paramedis tersebut.Rasanya jantung Aditya berhenti berdetak, dia menyesali segalanya tapi dia juga masih ingin melihat wajah Catrina untuk beberapa saat lagi."Sudahlah ikhlaskan dia, kasihan tubuhnya." Kata Jonathan sambil

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 194

    Sandra terus berbicara agar anak sambungnya itu sadar dari sikap omong kosongnya itu."Aditya dengarkan saya sekali ini_""Sejak kapan saya tidak pernah mendengarkanmu? Bukankah selama ini saya selalu menurut?" potong Aditya bertanya.Sandra menghela napas, dia juga tahu kalau putra sambungnya ini sedang dalam proses depresi akut. Hanya saja tingkat depresinya sangat mengkhawatirkan, yang lain bisa menangis, bersedih, menyalahkan diri sendiri atau marah-marah untuk meluapkan emosinya. Tapi Aditya hanya diam saja tanpa melakukan apapun, masalahnya jika dia tidak menghalangi orang-orang untuk mengurus mayat Catrina tidak jadi masalah mau bersikap begini, tapi Aditya menghalangi dan mengacaukan segalanya."Maksud ibu, apa harus ibumu yang langsung bicara padamu? Ibumu sekarang masih lemah dan terbaring di rumah sakit, tapi ibumu masih baik-baik saja. Sementara Catrina… dia sudah tiada, tubuhnya butuh segera diurus.""Lalu… apa kamu juga menganggap aku sehat sampai bisa datang kesini? Tid

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 193

    "Jo kamu harus hubungi seseorang." Kata Jhon setelah dia ingat sesuatu."Siapa?" tanya Jo penasaran."Orang tuanya, siapa tahu dia mau nurut." Jawab Jhon."Ah_"Jonathan akhirnya teringat seseorang yang mungkin saja bisa membujuk Aditya yang keras kepala itu. Akhirnya dia segera menghubungi orang tersebut agar segera datang, untungnya orang itu tidak sulit untukdia hubungi."Sudah, kita tunggu saja semoga nyonya besar cepat datang." Kata Jonathan pada Jhon.Jhon tampak mengelus-elus dadanya, sepertinya pria itu merasa sedikit lega. Tidak ada yang bisa dia lakukan, dia juga tidak bisa melihat Catrina secara langsung selain dari balik kaca ruangan tersebut karena Aditya duduk tepat di depan pintu ruangan itu dan menghalangi siapapun yang akan memasuki ruangan itu.Sedangkan Jonathan dengan perlahan tampak berjalan mendekati Aditya."Hey ayolah, kasian dia." Masih berusaha membujuk.Jonathan lalu berjongkok agar bisa berbicara lebih dekat dengan atasan sekaligus sahabatnya itu."Tuan Adi

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 192

    Aditya tidak menjawab, bahkan dia enggan untuk masuk dan melihat wajah Catrina yang terakhir kalinya. Dia memilih berdiam diri dan duduk di luar ruangan tempat tubuh tak bernyawa Catrina terlentang dengan tenang."Tolong beri aku ruang Jo, tinggalkan aku sendirian bersama Catrina. Siapapun yang masuk cegahlah, jangan biarkan siapapun mengganggu kami." Pinta Aditya terdengar lesu.Jonathan mengangguk lalu menjauh, dari kejauhan itu dia menghubungi para penjaga Aditya juga teman satu gengnya agar datang ke rumah sakit dan menjaga Aditya yang sedang sedih.Namun tampaknya Aditya masih belum masuk untuk menemui Catrina, para dokter dan staf rumah sakit sudah sangat khawatir dengan jasad Catrina yang tidak mungkin dibiarkan begitu saja karena bagaimanapun juga Catrina sudah meninggal."Bagaimana ini? Jasad tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setidaknya berilah kami waktu untuk memandikannya, semakin kaku jasadnya akan semakin sulit kita urus." Celetuk seorang paramedis di rumah sakit tersebu

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 191

    "Kami tahu, teman saya ini hanya asal bicara saja." jawab Aditya sedikit ketus."Oh iya Jo, dia kabur dimana?" lanjutnya bertanya pada Jonathan."Di rumah sakit, tadi di lobby." Jawab Jonathan.Aditya terdiam, jarak antara ruangan dia dan Lobby memang sangat jauh karena dia berada di gedung yang berbeda dan berada di atas beberapa lantai dari Lobby utama rumah sakit tersebut."Bilangnya mau ke toilet dulu, mau membersihkan diri sebelum bertemu putrinya. Eh siapa sangka kalau itu hanya akal bulus untuk mengelabui semua petugas." "Lagipula para petugas bodoh ini benar-benar terlalu meremehkan si tua bangka itu."Jonathan menjelaskan semua yang terjadi di bawah tadi, karena kebetulan dia mengikuti mobil para petugas yang membawa Indra. Siapa tahu apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi, Indra benar-benar kabur. Hanya saja Jonathan pikir kalau Indra akan kabur di perjalanan, tapi rupanya orang itu lebih nekad lagi.Tepat setelah Jonathan berbicara demikian, terdengar ada pengumuman cod

DMCA.com Protection Status