Aditya kini sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya, ancaman Sandra tadi membuatnya semakin khawatir akan ibunya, Aditya takut jika Sandra akan melakukan hal yang berbahaya terhadap ibunya. Jika memang harta yang Sandra inginkan Aditya akan memberikan itu semua demi ibunya, karena selama bersama ibunya dia tidak pernah bergelimang harta dan memiliki jabatan seperti sekarang. Jadi, bagi Aditya tidak masalah jika dirinya tidak lagi berada di posisi sekarang yang terpenting adalah keselamatan ibunya.“Turuti saja perkataan Ibu Sandra, toh dia adalah istri Ayah,” ucap Aditya kepada ayahnya. Perkataannya memang tidak salah, tapi terasa nyelekit bagi Fajar yang mendengarnya.“Tidak, karena pewaris Rashaad Group hanya kamu.” Fajar menjawab dengan tegas tanpa ingin dibantah. Masalah Sandra dia akan mengurusnya dan tidak perlu membawa-bawa Rashaad Group Fajar akan mencoba untuk berbicara baik-baik kepada istrinya itu.“Ayah akan mencoba untuk berbicara
“Sekarang juga kamu lepaskan Aletta!” seru Fajar kepada Sandra.“Tidak akan!” Sandra menolaknya mentah-mentah.“Sepertinya kita harus berbicara berdua,” ujar Fajar lalu membawa Sandra keluar dari bangunan tersebut.Aditya mengambil kesempatan itu untuk membebaskan ibunya, selagi Sandra dibawa oleh ayahnya dia masuk ke dalam untuk mencari ibunya. Bangunan ini terlihat sempit dari luar tetapi ternyata di dalam sana terdapat cukup banyak ruangan sampai-sampai Aditya bingung mencari ibunya. “Ibu …!” teriak Aditya menggelegar.Samar-samar Aletta dapat mendengar suara putranya itu dari dalam sana. “Adit, Ibu di sini Nak!” teriak Aletta dari dalam sana.Aditya mengikuti suara ibunya berasal, dia melihat salah satu ruangan yang tertutup rapat lalu menghampirinya. Aditya mencoba untuk membukanya tetapi tidak bisa karena dikunci, akhirnya Aditya mendobrak pintu tersebut dengan kuat, mencobanya beberapa kali s
Aditya memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh ayahnya, seperti rencana di awal mereka saling bekerja sama disaat ayahnya mengalihkan perhatian Sandra, Aditya akan membebaskan ibunya. Sekarang Aditya sudah bersama Aletta sedangkan Fajar tengah mengurus Sandra, Aditya pun membawa ibunya keluar dari sana dengan melewati pintu lain karena di depan sudah pasti ada Sandra.“Ayo Bu, kita pergi dari sini.” Aditya membantu ibunya bangun sambil memapahnya karena Aletta terlihat sangat lemas, sepertinya selama berada di sini dia tidak diberikan makan sama sekali.Aditya menuntun ibunya keluar dengan pelan-pelan, walaupun tidak ada luka fisik yang diderita ibunya tetapi mentalnya pasti sedikit terganggu karena trauma, bahkan berada di tempat tanpa penerangan seperti ini sudah pasti sangat mengganggu.Mereka pun kini sudah keluar dari bangunan itu, melewati pintu samping. Mereka bisa mendengar dengan jelas suara cekcok antara Sandra dan Fajar, Sandr
Di sisi lain Fajar sedang bercekcok dengan Sandra, Fajar berusaha untuk tidak terpancing dengan segala ucapan yang keluar dari mulut Sandra karena kondisi wanita itu sedang labil parah. Keadaan menjadi semakin panas ketika Sandra mulai mengeluarkan segala keluh kesahnya mengenai Aletta, Fajar mencoba untuk menjelaskan dan kembali memberitahu Sandra jika keberadaan Aletta juga karena keinginan Sandra. Dia sendiri yang menjemput Sandra dan Aditya, saat dirinya sedang kritis di rumah sakit.“Aku cuma mau Aletta pergi dari kehidupan kita!” Sandra berseru dengan suara yang tinggi. Tidak disangka, Fajar pun terkejut dengan perubahan sikap Sandra saat ini. Sandra yang terkenal dengan lemah lembut dan baik hati itu kini berubah secara tiba-tiba, emosinya memuncak hanya karena seorang Aletta. Padahal kemarin-kemarin kedua wanita itu saling akur, seperti adik kakak.“Kamu harus tenang, jaga emosi kamu.” Fajar mencoba untuk berbicara dengan baik-baik.
“Sebaiknya kita pulang dan bicarakan semua ini di rumah.” Fajar mencoba untuk mengajak Sandra pulang.Sandra tetap keras kepala, dia tidak ingin pulang sebelum Fajar mau membuat Aletta pergi dari keluarga mereka, Sandra hanya ingin Aletta pergi dari kehidupannya dan membiarkan Aditya hidup bersama mereka. Keberadaan Aletta saat ini seakan mengganggu kehidupan rumah tangganya dan Sandra harus rela berbagi kasih dan perhatian Fajar.“Aku hanya mau Aletta pergi dari kehidupan kita,” ucap Sandra yang ntah sudah berapa kali kalimat itu keluar dari mulutnya.Fajar mengehela nafas, dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa untuk membuat Sandra tidak marah lagi kepadanya. Baginya sebagai seorang suami dia harus berbuat adil untuk istri-istrinya, selama 10 tahun sudah Fajar menelantarkan Aletta untuk mengurusi Aditya dan selama 10 tahun itu Aletta jalani dengan tidak mudah, karena itu Fajar mencoba untuk meminta maaf kepada Aletta dan Aditya dengan dirinya yang memberikan mereka priorotas
Fajar terdiam dan baru saja akan bicara, Sandra sudah kembali nyerocos duluan.“Tapi sekarang kamu tidak bisa melakukan itu kan?” tanya Sandra. “Aku hanya ingin menjadi istri satu-satunya dan Ibu satu-satunya untuk Aditya, aku bisa menyanyanginya seperti anak aku sendiri,” tambah Sandra.“Jika itu keinginan kamu Aditya tidak akan mau menerima keputusan ini,” ujar Fajar karena dia tahu jika seorang anak tidak akan bisa dipisahkan dari ibunya.“Kamu sebagai seorang wanita harusnya bisa mengerti perasaan sesama wanita.” Kini Sandra merasa sangat dipojokan oleh suaminya sendiri. Biar pun begitu apa yang dikatakan oleh Fajar memang benar, tidak seharusnya dia bersikap egois seperti ini karena selama ini Fajar juga jauh lebih mengutamakan dirinya.“Sekarang kita pulang ya? Kita bicarakan semuanya baik-baik di rumah.” Fajar berusaha untuk kembali membujuk Sandra, tanpa menunggu jawaban dari Sandra dia langsung meminta Sandra untuk berdiri dan membawanya pergi dari tempat tersebut. Akhirnya
Sesampainya di rumah, tampaknya Sandra dan Fajar masih tidak bisa berhenti bertengkar.Suara keributan yang begitu mengganggu, terdengar kini sampai ke rumah di sekitarnya. Termasuk ke dalam rumah dari keluarga Catrina, yang tidak jauh dari sana. Kebetulan Catrina sedang berkunjung dan menyapa ayahnya, rumah tersebut biasanya jarang diisi karena Indra tinggal di rumah yang lainnya dan rumah yang kebetulan satu komplek dengan Fajar ini adalah rumah memori saat Catrina tinggal dengan ayah ibunya.“Astaga… siapa sebenarnya yang sudah membuat keributan di malam hari seperti ini? Kenapa membuat suara yang gaduh begitu…” keluh Ayah Catrina yang merasa terganggu.Dia memang baru saja akan bersiap tidur setelah mengirimkan sebuah pesan pada sang putri untuk segera datang karena waktu sudah sangat larut sekarang. Rasa khawatirnya pada Catrina, sempat membuat sang ayah berniat untuk menunggu hingga Catrina sampai ke rumah dengan selamat. Tapi sebuah pesan dari putrinya itu, m
Suara keributan kini mulai terdengar makin jelas saat Catrina makin dekat dengan tempat di mana ayahnya mulai berhenti dan bersembunyi.Iya, ayahnya bersembunyi di balik sebuah pohon besar yang terdapat di sebuah jalan besar yang tepat berada di depan sebuah rumah besar. Di mana dari arah sini, bisa terlihat ada dua orang yang tengah berseteru dengan hebohnya. Mereka kalau tidak salah, adalah pasangan suami istri yang memang tinggal di rumah dan kompleks tersebut belum terlalu lama. Dari situ juga Catrina tahu bahwa ayahnya sedang memperhatikan perseteruan pasangan suami istri tersebut dengan sangat serius.Saking seriusnya, sampai ketika Catrina kemudian mendekati ayahnya pun, sang ayah masih belum menyadari kehadirannya sama sekali.“Ayah ngapain di sini dan merhatiin mereka begitu?” suara Catrina yang menyapa ayahnya dengan tiba-tiba dan setengah berbisik di telinga sang ayah, begitu mengejutkan hingga membuat ayahnya melonjak kaget.