Share

Chapter. 119

Aditya masih merenungi apa yang Ayahnya pertanyakan itu, karena setelah dia pikirkan bolak-balik saat mengingat nyonya Sandra, dimatanya wanita itu sama sekali tidak memiliki kekurangan apapun, dia cantik, anggun, cerdas, berkelas, tegas dan banyak hal yang tidak bisa dia sebutkan satu persatu untuk melambangkan betapa perempuan itu sangat sempurna di matanya.

Melihat putranya terus berpikir bahkan mungkin menebak-nebak, Fajar hanya bisa terdiam tenang, dalam hatinya dia merasa bangga memiliki putra yang amat positif thinking itu.

"Putramu sungguh sangat polos dan baik tuan Pemimpin," puji tuan Weber.

"Hem … tapi sekalinya kesal, orang tua saja dia sebut si tua bangka." Celetuk tuan Abraham.

Terlihat jelas jika tuan Weber ingin sekali tertawa karena menertawakan celetukan sahabat baiknya yang tidak sepenuhnya salah itu, Aditya memang anak muda yang spesial saat dia kesal, auranya tidak dapat diduga. Tapi yang hanya bisa membuat pemuda itu kesal adalah ayahnya seorang yaitu tuan Fajar.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status