Share

22. Pindah ke Desa

"Nanti kalau papa ke sini nyariin Qilla sama Mama, gimana?" tanya putriku dengan wajah polos. Tak terasa air mataku kian membasahi pipi. Aku berusaha memalingkan wajah sedihku dari hadapan Aqilla.

"Ma, kok diem aja? Mama kenapa?" tanyanya lagi semakin membuat hatiku tersayat.

"Nggak apa-apa, Sayang." Aku menjawab dengan cepat seraya menyeka air mata yang membasahi pipi.

"Emmm ... gimana kalau kita telepon papa? Kita kabarin papa kalau kita nunggu papa di rumah nenek. Jadi nanti pas papa pulang, papa bisa langsung jemput kita di rumah nenek."

Mendengar saranku, wajah gadis kecil ini seketika berbinar. "Iya, Ma! Qilla setuju! Biar Qilla aja yang ngomong langsung sama papa! Qilla udah kangeeen banget sama papa!"

Iya, aku tahu perasaanmu, Sayang. Karena sejak kepergian papamu, kamu belum pernah berhubungan lagi dengannya. Jangankan menghubungi, papamu bahkan tidak berpamitan padamu sebelum dia melangkah pergi meninggalkan kita.

Kusodorkan telepon pintar yang sudah kutekan nomor Mas Abi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status