Bagas mengusap wajahnya dengan kasar ketika mendengar perkataan yang dilontarkan Anisa dan berujung pertanyaan tersebut.Sebelah hatinya mengatakan bahwa Anisa memang mampu membuat dirinya sangat puas karena ternyata perempuan itu sangat berpengalaman dalam memuaskan pria di atas ranjang, tapi di sisi yang lain, ia tidak mau mengakui hal itu karena ada rasa bersalah yang mencuat ketika ia memikirkan Clara istrinya."Kamu enggak bisa jawab karena kamu sebenarnya mengakui keahlian aku, kan?"Suara Anisa terdengar, dan itu membuat Bagas benar-benar sulit untuk menjawabnya. "Gas, hidup itu cuma sekali, bahagiakan diri kamu dan ibu kamu, lagipula, kata ibu kamu, adikmu juga perlu biaya kuliah yang banyak, kan? Clara sudah melakukan apa untuk membuat kamu dapat investor? Tawaran aku masih berlaku, lho?"Suara Anisa terdengar, hingga membuat perasaan Bagas berkecamuk."Kenapa kamu jadi seperti ini, Nisa?"Kalimat itu terucap kembali di bibir Bagas, karena ia benar-benar tidak habis pikir, m
Anisa menatap wajah Bagas dengan pandangan seolah tidak mau dibantah oleh Bagas, setelah ia mengucapkan kalimat itu pada suami Clara tersebut.Membuat Bagas menghela napas panjang. Terpaksa, ia membuka mulut, dan Anisa tersenyum riang melihat lagi-lagi, Bagas jadi patuh padanya. Anisa menyuapi Bagas dengan penuh bersemangat sampai akhirnya, tidak terasa satu piring nasi sudah habis. "Nah, abis, kan? Kamu tuh, jadi makin kurus sekarang, karena ketika kamu enggak nafsu makan, Clara enggak nyuapin kamu, sampai akhirnya, kamu ya enggak makan seharian, miris, tau!" celoteh Anisa, dan Bagas hanya menghela napas kembali.Sebenarnya, bukan salah Clara dia sampai tidak bisa total meluangkan waktunya untuk aku, dia kerja, mana mungkin bisa melakukan hal penuh seperti yang dilakukan oleh Anisa padaku sekarang, tapi tidak bisa aku pungkiri, aku suka diperlakukan seperti ini, rasanya aku semakin bersemangat....Hati Bagas bicara, sambil berusaha untuk menetralisir perasaannya karena sekarang i
Lakukan saja, Bagas! Buat aku mengerang seperti yang kau katakan padaku, sekarang!Hati Anisa bicara demikian menanggapi ancaman Bagas yang membuat ia semakin tertantang untuk merasakan bagaimana ketika ia disentuh Bagas disaat pria tersebut sedang marah?Anisa tidak sabar untuk merasakan hal itu."Kamu mana bisa melakukan itu sama aku, kamu kan takut ketahuan istri? Ucapan kamu itu cuma sekedar ancaman!" Anisa mencoba memprovokasi Bagas, dan ucapan Anisa membuat Bagas semakin berang hingga pria itu jadi hilang kendali. Bagas menarik tubuh Anisa lalu mendorongnya hingga perempuan itu terbaring di atas sofa yang ada di ruangan tersebut. Anisa memekik kecil ketika dengan brutal, Bagas menindih tubuhnya tanpa peduli penampilan Anisa yang tertutup. Sejak tahu, Anisa tidak seperti yang ia kira, Bagas tidak lagi peduli dengan pakaian syar'i yang dikenakan Anisa. Kalau dahulu, Bagas berhati-hati saat bersikap dengan Anisa karena menghargai Anisa yang di matanya sangat religius. Sekarang,
Mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa, Bagas mengusap wajahnya dengan kasar, alhasil, Anisa tersenyum senang ketika pada akhirnya Bagas menjanjikan padanya bahwa, ada pertemuan lagi setelah ini untuk melanjutkan apa yang sudah mereka lakukan tadi tapi belum tuntas.Anisa segera membenahi pakaiannya, setelah itu ia mendekati Bagas yang juga melakukan hal yang sama seperti dirinya agar orang yang ingin masuk ke ruangan itu tidak curiga mereka tadi usai melakukan adegan apa.Cupp!Bagas terdiam, ketika dengan beraninya, Anisa mencium pipinya seraya mengerling nakal padanya.Jantungnya seolah berhenti berdenyut ketika menerima perlakuan itu dari Anisa, sampai akhirnya, Anisa sudah keluar dari ruangan kerjanya pun, Bagas tidak sadar hingga orang yang tadi mengetuk pintu ruangan kerjanya sudah berdiri di hadapannya."Kamu kenapa? Wajah kamu merah seperti itu? Apa, kamu dan Anisa sedang...."Orang yang memang adalah Fauzi itu melontarkan pertanyaan dengan ujung pertanyaan menggantung. Ia
Bagas mengepalkan telapak tangannya. Ingin marah pada Anisa karena Anisa berlagak seperti bos padanya, ia juga khawatir, perempuan itu tidak mau membantunya sementara ia sangat butuh bantuan agar mampu keluar dari kesulitannya membuat perusahaan bangkit.Pada akhirnya, Bagas mau tidak mau kembali patuh pada Anisa, hingga Anisa semakin terbang ke langit yang ke tujuh karena sekarang ia bisa mulai menguasai suami Clara tersebut.***"Kamu yang bernama Anisa?" tanya Pak Christ ketika ia tiba di sebuah cafe di mana Anisa mengatur janji dengan bantuan Bagas yang memberikan nomor kontak laki-laki itu.Awalnya, Pak Christ tidak mau mengiyakan keinginan Anisa yang mengajaknya bertemu, tapi karena Anisa menjanjikan sesuatu, pria paruh baya itu akhirnya setuju.Sekarang, ia sudah melihat perempuan yang menyebut dirinya dengan nama Anisa Mutiara tersebut dan wajahnya terlihat tidak puas karena melihat Anisa dengan penampilan syar'inya."Ya, aku Anisa, apakah Mas ini Mas Christ?"Wajah Pak Chris
Pak Christ mulai tidak sabar, ia memberikan perintah demikian pada Anisa, bahkan tangannya sendiri berusaha untuk menjangkau Anisa agar ia bisa membuka sendiri pakaian syar'i yang dipakai oleh perempuan tersebut.Namun, Anisa berusaha untuk mencegah apa yang dilakukan oleh Pak Christ sampai kemudian...."Hei! Kau sengaja mengulur waktu!! Aku tidak punya banyak waktu!! Malam ini ada mertuaku datang ke rumah, aku harus cepat pulang!" bentaknya pada Anisa dan Anisa tercekat mendapatkan bentakan seperti itu dari Pak Christ.Ia tidak menyangka, pria paruh baya itu bisa membentaknya hingga Anisa tersinggung sudah dibentak seperti itu oleh Pak Christ.Anisa turun dari tempat tidur, berdiri menghadap Pak Christ yang semakin tidak sabar untuk melihat sekujur tubuh Anisa. "Kenapa Bapak membentak aku? Aku tidak suka dibentak!!" protes Anisa.Mendengar aksi protes Anisa, apalagi, Anisa tidak lagi memanggilnya dengan sebutan mas, bukannya membuat Pak Christ sadar dengan apa yang ia lakukan, laki-
"Apa maksudmu dengan kata-kata dengan cara apa Anisa membujuk Pak Christ? Kamu mau bilang, Anisa memakai cara tidak lazim untuk membujuk dia?" Lagi-lagi, ada aura tidak suka terpancar di wajah Bagas ketika ia mengucapkan kalimat tersebut pada Fauzi. Membuat Fauzi menghela napas."Aku tidak bermaksud untuk mencurigai Anisa yang tidak-tidak, Gas, tapi aku benar-benar merasa aneh, kenapa dia bisa begitu mudah untuk membujuk Pak Christ?""Dia itu religius! Anisa religius! Mungkin si Christ itu segan karena Anisa religius, begitu saja kamu tidak paham! Sudahlah, aku pergi dulu! Kau siapkan saja segalanya, kita harus antusias untuk kerjasama ini, agar perusahaan tidak seperti kura-kura untuk hanya sekedar maju!"Bagas segera meninggalkan Fauzi setelah ia bicara demikian pada sahabatnya itu disertai wajah yang terlihat tidak senang dan nada suara yang terkontaminasi dengan perasaan ketus.Tidak sabar Bagas untuk menemui Anisa agar ia melihat, Pak Christ memang sudah tanda tangan di surat pe
Telapak tangan Anisa mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh Bagas. Ingin rasanya ia mengumpat, tapi Anisa harus bisa menahan diri karena jika itu dilakukannya, Bagas akan menjauh, dan ia tidak mau pengorbanannya selama ini sia-sia, karena itulah ia berusaha untuk menahan diri. Awas aja kamu, Bagas, kalau sampai kamu berani mempermainkan aku, kamu akan aku buat menyesal seumur hidupmu!Anisa memaki di dalam hati. Namun, ia tidak mau membuang kesempatan berduaan dengan Bagas. Malam ini adalah malam yang ia impikan. Bagas akan bersamanya semalaman dan Anisa tidak mau melewatkan itu hanya untuk berdiam diri saja, apalagi bertengkar."Masalah itu aku ikut kamu aja, yang penting malam ini, aku mau kamu manjain, aku juga mau kamu matikan ponsel kamu, pokoknya malam ini, aku enggak mau diganggu!"Anisa menanggapi perkataan Bagas tadi, sambil mematikan ponsel Bagas tidak peduli Bagas setuju atau tidak. Setelah melakukan hal itu, Anisa mengajak Bagas berpindah tempat ke atas tempat tidur
Wajah Clara terlihat terkejut ketika mengucapkan kalimat itu pada Sean. Namun, Sean buru-buru menjelaskan, bahwa mereka tidak melakukan hubungan intim sama sekali hingga Clara menjadi lebih tenang sekarang. "Kita tidak melakukan apa-apa, Clara. Kecuali...."Sean menggantung ucapannya dan Clara yang tadi mulai tenang kini khawatir kembali."Kecuali apa?" tanya Clara seraya menatap wajah Sean tanpa berkedip. "Kecuali kecelakaan, tapi itu tidak masalah, kau sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang itu, pasti sangat sulit untuk mengatasi, jadi aku paham.""Apa yang kita lakukan? Ah, maksudnya, apa yang aku lakukan padamu? Apakah aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan?" Wajah Clara semakin panik, dan Sean berusaha untuk meminta perempuan itu untuk kembali tenang.Namun, semakin diminta tenang, Clara justru terlihat semakin panik. "Aku sudah menikah, kamu lajang, kalau aku sampai melakukan sesuatu yang buruk sama kamu, mau ditaruh di mana wajahku? Aku malu, Sean!
"Aku tidak akan bercerai dengan Clara, Nisa, ingat itu!" kata Bagas dengan nada suara yang meninggi hingga Anisa menarik napas panjang.Sebenarnya, ia ingin sekali mengamuk seperti biasanya jika ia sedang kesal. Tapi karena sekarang ia sedang menjalankan misi, Anisa terpaksa menahan diri untuk tidak melakukan hal itu."Ya, aku tahu. Yang harus bercerai itu aku, sudahlah jangan marah, aku paling sedih kalau melihat kamu marah-marah.""Aku akan memberikan Clara hukuman kalau dia terbukti seperti yang kamu katakan!""Itu hak kamu, kamu suaminya."Bagas membuang napas kesal, ia berbalik dan melangkah keluar kamar tanpa peduli lagi Anisa menatapnya dengan senyuman penuh arti di bibir."Aku mau melihat, ketika nanti kamu tahu Clara tidur dengan Pak Christ, apa yang akan kamu lakukan pada Clara, Bagas...."Anisa bicara sendiri, sambil terus saja tersenyum penuh arti, seolah tidak sabar menantikan kabar dari Pak Christ bahwa ia sudah meniduri Clara yang berada di bawah pengaruh obat perangsan
Awalnya, Bagas tidak mau membiarkan Anisa membakar gairahnya. Namun lama kelamaan, Bagas terpancing juga hingga pada akhirnya hanya terdengar rintihan merasa nikmat Anisa di kamar itu ketika Bagas sudah aktif menyentuh dua dadanya bergantian. Mata Anisa terpejam merasakan sentuhan itu di dadanya, dalam sekejap kewanitaannya basah dan Anisa benar-benar ingin Bagas memberikannya kepuasan dengan milik laki-laki itu hingga ia merengek pada Bagas ingin dimasuki. "Kau hamil muda. Aku khawatir itu akan membuat kamu keguguran."Bagas menolak ketika Anisa memintanya untuk dimasuki."Pelan pelan aja, bisa, kan?" rengek Anisa dengan tatapan mata penuh birahi."Kau tidak terbiasa untuk perlahan, begitu juga aku, tidak. Aku tidak mau.""Tapi aku mau punya kamu, Gas.""Kamu bisa menyentuhnya dengan mulutmu, kan?""Terus, punyaku?"Mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa, salah satu tangan Bagas yang tadi hanya fokus di dada Anisa turun ke bawah. Tangan itu menelisik ke bawah dan bermain di bagia
Melihat hal itu, perempuan paruh baya yang pernah bekerja di rumah Sean itu sudah paham lewat apa yang ia lihat pada sikap Sean ketika usai membantu Clara meminum obat untuk meredakan pengaruh obat perangsang di tubuh istri Bagas tersebut.Sean menganggap perempuan yang disebutnya teman itu penting, dan itu membuat sang mantan pelayan tersenyum.Ia melangkahkan kakinya mendekati posisi Sean yang terduduk begitu saja di lantai ketika ia mundur saat selesai membantu Clara meminum obat tradisional yang dibuat mantan pelayan di rumahnya tersebut."Sudah terminum, insya Allah pengaruhnya akan hilang perlahan-lahan tapi tidak secara keseluruhan," katanya pada Sean dan Sean mengerutkan keningnya.Ia mendongak dan perlahan sang mantan pelayan duduk di hadapan Sean, karena ia tidak nyaman dan merasa tidak sopan jika harus berdiri sementara Sean duduk di lantai kamar rumahnya seperti itu."Maksudnya, tidak keseluruhan itu, Bibi mau bilang dia masih di bawah pengaruh obat kemungkinan besar?" ta
Degup jantungnya mulai berpacu tidak beraturan, hingga Sean merasa kesulitan untuk menahan Clara maupun menahan dirinya sendiri untuk tidak terpancing gairah. "Bantu aku, rasanya panas sekali, ini sangat menyiksaku," celoteh Clara dengan tatapan mata sayu pada Sean dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat hingga napas mereka menyapa wajah mereka satu sama lain.Sean menatap Clara yang saat itu setengah tidak sadar dengan siapa sekarang ia bersikap agresif. "Clara, kau tahu aku siapa? Aku bukan suamimu, jadi aku tidak bisa membantumu untuk melepaskan pengaruh obat perangsang itu."Sean bicara dengan suara perlahan disela deru napasnya yang memburu ketika Clara mendesaknya yang berusaha ingin menstater mobilnya untuk membawa Clara pergi.Namun, karena kesulitan untuk menahan Clara yang dibawah pengaruh obat perangsang, Sean tidak bisa melakukan niatnya yang ingin membawa Clara pergi lantaran ia khawatir tidak bisa menyetir dengan baik dalam situasi kondisi seperti itu.Mendengar ap
Ketika Pak Christ mulai menyentuh tepi tempat tidur untuk ikut naik ke atasnya di mana Clara di sana kesulitan untuk menahan diri agar tidak membuka pakaiannya lantaran pengaruh obat perangsang yang diminumnya, tiba-tiba saja....Brak!Pintu kamar dibuka dari luar dengan keras dan terdengar suara teriakan seseorang memanggil Pak Christ dengan sebutan papi hingga Pak Christ yang sudah membuka pakaian atasnya terkejut lalu ia berbalik dan wajahnya berubah melihat anak sulungnya, Carli bersama dengan pria yang pernah menggagalkan aksinya untuk menyentuh Clara dua kali menerobos masuk kamar dengan wajah yang juga sama terkejutnya seperti dirinya. Carli terlihat sangat marah melihat ayahnya yang buru-buru meraih pakaiannya yang teronggok di lantai lalu memakainya tergesa-gesa."Papi selingkuh dengan model ini?" tanya Carli sambil menunjuk Clara di mana saat itu Sean langsung mendekati sisi tempat tidur dan membenahi pakaian Clara agar perempuan itu tidak menanggalkan pakaiannya keseluruha
Sebenarnya, amarah Clara terpancing mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa tadi padanya, tapi ia tidak mungkin melampiaskannya sekarang lantaran ia harus bisa merealisasikan apa yang ia niatkan agar persoalannya cepat selesai."Nisa. Apakah ada seorang perempuan suka dimadu? Apakah ada perempuan yang ikhlas pasangannya selingkuh? Meskipun poligami dibolehkan, tapi menurutku tidak ada yang suka diduakan."Wajah mencemooh Anisa berubah menjadi merah mendengar apa yang diucapkan oleh Clara. Perempuan itu memaki di dalam hati setelah tadi merasa puas sudah mampu membuat hati Clara menjadi sesak."Sudahlah, daripada membahas sesuatu yang tidak seharusnya kita bahas, aku ingin mengatakan niatku yang mengajakmu bicara."Suara Clara kembali terdengar hingga Anisa membuang napas."Bantu aku untuk bisa membuat Bagas mengabulkan permohonan cerai ku."Clara bicara lagi, dan Anisa memaki di dalam hati untuk yang kesekian kalinya ketika entah kenapa ia tidak suka mendengar perkataan yang diucapkan
Sean melakukan apa yang diminta oleh Carli, mengikuti mobil yang dimaksud oleh Carli dengan kecepatan yang tinggi. "Gue tuh curiga sama bokap gue belakangan ini, dia kayak selingkuh gitu!" Carli bicara sambil terus memperhatikan mobil yang ia minta Sean untuk mengikuti."Mobil itu mobil bokap lu?" tanya Sean sambil melirik ke arah Carli untuk sesaat sebelum kembali fokus menyetir."Iya."Sean manggut-manggut, pertanda ia sudah paham apa yang dirasakan oleh Carli sekarang. Carli kayaknya yakin kalau ayahnya selingkuh, apa jangan-jangan perempuan yang jadi selingkuhan ayahnya itu Anisa?Hati Sean bicara, menebak-nebak apa yang sebenarnya sudah terjadi dalam keluarga Carli."Apa lu punya bukti kalau bokap lu selingkuh?" tanyanya pada pria anak sulung Pak Christ tersebut sambil terus mengikuti mobil yang dikendarai oleh ayahnya."Gue belum dapat bukti yang kuat sih, tapi gue yakin ada yang aneh dilakukan bokap gue belakangan ini, dan gue yakin itu membuat nyokap gue pergi lama dari rum
"Clara bisa menuntut Bagas kalau sampai itu dilakukannya!" kata Sean tegas tapi Nina menggelengkan kepalanya perlahan seolah ucapan Sean itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan."Lalu bagaimana dengan karir Clara? Menuntut bisa, aku juga pernah mengatakan hal itu pada Clara, tapi kenyataannya, Clara tidak akan sanggup seluruh dunia tahu dia model seperti apa jika Bagas melakukan hal itu padanya!""Aku paham. Tapi, mau sampai kapan Clara bertahan dalam pernikahan yang seperti itu? Bagas akan sengaja menekan Clara dengan senjata yang ia miliki dan Clara akan semakin tersiksa.""Jadi, gimana? Apa yang harus dilakukan?""Memangnya, apa yang sudah diputuskan Clara sekarang?""Clara akan mencari video itu dan menghapusnya.""Itu sulit.""Benar, sampai sekarang pun, Clara tidak menemukannya."Sean terdiam sejenak. Wajah pria itu seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras hingga Nina sangat berharap, Sean mampu membantu Clara dengan cara apapun agar sahabatnya itu bisa terbebas dari bele