Clara beringsut mundur, berusaha untuk menghindari apa yang akan dilakukan oleh Nina padanya, namun bukan Nina jika ia mudah dihadapi, karena Nina tipe wanita gesit meskipun memiliki tubuh yang mungil.Apa yang dilakukan Nina mampu membuat pakaian bagian atas Clara terbuka. Dan benar saja, seluruh bagian atas dada Clara penuh dengan tanda kepemilikan, dan Nina bisa melihat, bukan hanya bagian atas dada, tapi dada Clara yang terlihat dari bra yang dipakainya pun terdapat tanda kepemilikan di sana hingga membuat Nina melotot."Banyak amat, Ra! Ini sih, bukan stempel cinta yang dilakukan penuh perasaan cinta! Tapi, ini lebih mirip kayak sebuah cara untuk menghukum dengan nafsu!" kata Nina, dan Clara terdiam karena apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu tepat.Nina selalu mampu menebak dengan tepat apa yang dialami oleh Clara meskipun tidak selalu Clara menceritakan meskipun secara samar."Kamu dianiaya sama Bagas! Kamu harus laporin dia ke polisi, Ra!"Suara Nina terdengar lagi karena C
Nada suara Bagas terdengar meninggi di seberang sana, pertanda suami Clara tersebut benar-benar sudah meledak kemarahannya.Karena lagi-lagi berpikir ia sedang memburu waktu, terpaksa Clara mengalah kembali, lalu ia melakukan apa yang diinginkan oleh Bagas pada dadanya sendiri. {Jangan hanya dipegang! Remas! Lakukan itu seperti aku melakukannya pada kedua dadamu, keluarkan suaramu juga, desahanmu, seolah-olah kamu sedang menikmati itu, lakukan sekarang!}Clara menggigit bibir. Bagas tidak peduli dirinya senang atau tidak saat melakukan perintah tersebut, tapi apa mau dikata, Clara tidak bisa membantah sementara ia harus segera bersiap karena ia harus bekerja.Bagas puas dengan apa yang dilakukan oleh Clara. Matanya tak berkedip melihat ke arah layar ponselnya, tidak lupa ia mengambil gambar sensual Clara untuk dijadikannya koleksi, sementara tangannya yang lain semakin cepat bergerak pada miliknya dan tidak butuh waktu yang lama, Bagas sudah mencapai puncaknya."Sial! Ini sangat nikm
"Bagas! Apa yang kamu lakukan!!"Teriakan ibunya terdengar, dan tidak hanya memergoki sang anak memuaskan diri sendiri dengan tangan, tapi juga Berlina merampas ponsel sang anak untuk melihat dengan siapa anaknya melakukan tindakan tidak terpuji tersebut. "Astaghfirullah! Clara!! Memalukan sekali kelakuan kamu! Kamu bikin rusak anakku!!"Clara tersentak mendengar suara ibu mertuanya di seberang sana, dan dengan penuh perasaan panik disertai malu, Clara langsung memutuskan sambungan panggilan video itu sesegera mungkin. Sementara itu, Bagas yang shock karena dipergoki ibunya berusaha untuk tenang agar ia tidak semakin berantakan ketika menjawab pertanyaan ibunya. Ia berusaha untuk mengatur kalimat yang tepat, supaya ibunya tidak menyalahkan dirinya."Kamu dengan Clara melakukan tindakan seperti ini, Gas? Apa itu kebiasaan kalian? Mama tahu, berat berpisah dengan istri, itu sebabnya kenapa kamu mengizinkan Clara pergi segala!"Berlina mendamprat anaknya, karena tidak menyangka sang a
Suara Sean membuat Clara sedikit tergagap. Ia menatap pria berambut sebahu itu dengan tatapan mata yang tidak enak. Tidak enak karena sudah membuat pria itu merasa bersalah."Maaf. Aku yang salah, kau tidak salah sedikitpun, aku yang salah, aku minta maaf."Clara buru-buru menanggapi, sambil meyakinkan bahwa, yang bersalah adalah dirinya, bukan laki-laki tersebut. Sean berusaha maklum, dan mereka mengulang kembali sembari meminta Clara untuk mengatakan saja apa yang sekiranya membuat perempuan itu tidak nyaman, agar mereka bisa bekerjasama dengan baik.Satu jam kemudian, mereka break. Masih ada beberapa foto yang harus diambil oleh Clara dan Sean. Namun, karena Clara tidak fokus, akhirnya, fotografer meminta untuk beristirahat sebentar."Ra. Kamu kenapa? Enggak kayak biasanya, kamu gugup berpasangan dengan Sean? Dia ganteng banget ternyata, ya?"Nina melontarkan pertanyaan itu ketika Clara duduk di sampingnya.Sean sedang asyik dengan ponselnya di tempat duduk tidak jauh dari sang fo
Clara mengiyakan ajakan Nina, dan meyakinkan pada Nina bahwa ia melakukannya sendiri hingga tidak perlu Nina yang memberikan peringatan itu pada Bagas. Nina menghela napas. Sebenarnya, ia tidak yakin Clara bisa melakukan hal itu, tapi bagaimanapun juga, ia tidak boleh ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain walaupun itu adalah rumah tangga sahabatnya sendiri. Baik. Sekarang aku enggak akan ikut campur, tapi kalau ini terulang lagi, si Bagas itu akan aku berikan pelajaran!Nina membatin sambil terus melangkah mengiringi langkah Clara untuk masuk lift agar mereka bisa segera turun dari lantai satu.***"Apa? Clara tidak jadi pulang? Masih di Jakarta satu hari lagi?" Berlina terkejut ketika Bagas menyampaikan padanya bahwa Clara memberikan kabar pada mereka bahwa pekerjaannya berantakan karena ia tidak konsentrasi bekerja.Semenjak kepergok ibunya, Bagas sangat diawasi. Ibunya terus menerus memantau jika ia sedang di rumah hingga Bagas kesulitan untuk meminta Clara melakukan
Bagas semakin getol memaksa Clara disertai dengan ancaman pada perempuan tersebut, tidak peduli Clara berusaha untuk mengajaknya negosiasi, tapi Bagas tetap ingin Clara melakukan apa yang ia perintahkan segera.Sampai kemudian, Clara lagi-lagi tidak bisa menolak karena Bagas benar-benar akan nekat menyebarkan foto-fotonya jika ia tidak mau melakukan apa yang diperintahkan suaminya tersebut.Clara meminta Bagas untuk tidak mengambil gambar miliknya lagi jika ia melakukan hal itu untuk suaminya, dan dengan enteng, Bagas hanya mengiyakan walaupun ia sebenarnya tidak mau menurutinya.Enak saja. Dengan adanya foto-foto ini, kamu sekarang bisa aku kuasai, Clara, saat kamu pulang ke rumah nanti, kamu akan aku ubah menjadi Anisa agar ibuku senang dengan kamu!Bagas membatin sambil mengarahkan matanya pada layar ponselnya tanpa berkedip, di mana, di sana, Clara mulai terlihat menurunkan celana dalamnya dan menaikkan roknya tepat di depan layar ponselnya hingga Bagas menelan salivanya melihat k
Bagas terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa. Bukan hanya terkejut dengan kedatangan perempuan tersebut, tapi juga terkejut, Anisa bisa bicara demikian padanya."Kenapa kamu bicara seperti itu?" tanya Bagas tanpa melangkah mundur meskipun jarak Anisa dengannya sangat dekat."Kenapa? Memangnya tidak boleh?"Anisa bukannya memberikan alasan yang masuk akal atas apa yang dikatakannya, tapi justru balik bertanya hingga membuat Bagas semakin heran. Apalagi, senyuman Anisa hari ini, sangat berbeda dari biasanya. Yang sekarang, Anisa seperti memberikan senyum seolah ingin menggodanya.Dia ini kenapa? Tiba-tiba datang ke kantor lalu bicara seperti itu dan tersenyum yang berbeda seperti biasanya.....Hati Bagas bicara, tapi sejujurnya ia menikmati apa yang dilakukan Anisa hingga ia tidak menggeser posisinya meskipun posisi itu terlalu dekat dengannya. "Bukan tidak boleh. Tapi, sikap kamu seperti beda, biasanya....""Kamu kan teman aku, sesekali santai enggak papa dong? Enggak akan
Bagas terdiam. Ia menelan ludah. Pertanyaan Anisa membuat hatinya berkecamuk. Di satu sisi, ia terpancing ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki istri yang disukai oleh ibunya karena penampilannya syar'i, tapi di sisi yang lain, Bagas sangat mencintai Clara hingga khawatir jika ia menikah lagi, Clara akan minta cerai.Akan tetapi, kapan lagi bisa memiliki istri seperti Anisa yang religius? Sekian lama Bagas menanti Clara bisa seperti Anisa, tapi perempuan itu tetap belum melakukan perubahan dengan alasan pekerjaan hingga Bagas menjadi lelah.Sekarang, ada seorang perempuan yang sangat memenuhi syarat menantu idaman ibunya, apakah ia akan melewatkannya?"Bagas, berpoligami itu lebih dianjurkan daripada kamu memuaskan diri sendiri dengan tangan kamu ketika istri kamu enggak ada, kamu enggak akan dosa kalau kamu poligami."Suara Anisa membuyarkan lamunan Bagas, membuat pria itu menatap wajah Anisa yang terbingkai kerudung merah muda seolah hati perempuan itu sedang berbunga-bunga."I
Wajah Clara terlihat terkejut ketika mengucapkan kalimat itu pada Sean. Namun, Sean buru-buru menjelaskan, bahwa mereka tidak melakukan hubungan intim sama sekali hingga Clara menjadi lebih tenang sekarang. "Kita tidak melakukan apa-apa, Clara. Kecuali...."Sean menggantung ucapannya dan Clara yang tadi mulai tenang kini khawatir kembali."Kecuali apa?" tanya Clara seraya menatap wajah Sean tanpa berkedip. "Kecuali kecelakaan, tapi itu tidak masalah, kau sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang itu, pasti sangat sulit untuk mengatasi, jadi aku paham.""Apa yang kita lakukan? Ah, maksudnya, apa yang aku lakukan padamu? Apakah aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan?" Wajah Clara semakin panik, dan Sean berusaha untuk meminta perempuan itu untuk kembali tenang.Namun, semakin diminta tenang, Clara justru terlihat semakin panik. "Aku sudah menikah, kamu lajang, kalau aku sampai melakukan sesuatu yang buruk sama kamu, mau ditaruh di mana wajahku? Aku malu, Sean!
"Aku tidak akan bercerai dengan Clara, Nisa, ingat itu!" kata Bagas dengan nada suara yang meninggi hingga Anisa menarik napas panjang.Sebenarnya, ia ingin sekali mengamuk seperti biasanya jika ia sedang kesal. Tapi karena sekarang ia sedang menjalankan misi, Anisa terpaksa menahan diri untuk tidak melakukan hal itu."Ya, aku tahu. Yang harus bercerai itu aku, sudahlah jangan marah, aku paling sedih kalau melihat kamu marah-marah.""Aku akan memberikan Clara hukuman kalau dia terbukti seperti yang kamu katakan!""Itu hak kamu, kamu suaminya."Bagas membuang napas kesal, ia berbalik dan melangkah keluar kamar tanpa peduli lagi Anisa menatapnya dengan senyuman penuh arti di bibir."Aku mau melihat, ketika nanti kamu tahu Clara tidur dengan Pak Christ, apa yang akan kamu lakukan pada Clara, Bagas...."Anisa bicara sendiri, sambil terus saja tersenyum penuh arti, seolah tidak sabar menantikan kabar dari Pak Christ bahwa ia sudah meniduri Clara yang berada di bawah pengaruh obat perangsan
Awalnya, Bagas tidak mau membiarkan Anisa membakar gairahnya. Namun lama kelamaan, Bagas terpancing juga hingga pada akhirnya hanya terdengar rintihan merasa nikmat Anisa di kamar itu ketika Bagas sudah aktif menyentuh dua dadanya bergantian. Mata Anisa terpejam merasakan sentuhan itu di dadanya, dalam sekejap kewanitaannya basah dan Anisa benar-benar ingin Bagas memberikannya kepuasan dengan milik laki-laki itu hingga ia merengek pada Bagas ingin dimasuki. "Kau hamil muda. Aku khawatir itu akan membuat kamu keguguran."Bagas menolak ketika Anisa memintanya untuk dimasuki."Pelan pelan aja, bisa, kan?" rengek Anisa dengan tatapan mata penuh birahi."Kau tidak terbiasa untuk perlahan, begitu juga aku, tidak. Aku tidak mau.""Tapi aku mau punya kamu, Gas.""Kamu bisa menyentuhnya dengan mulutmu, kan?""Terus, punyaku?"Mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa, salah satu tangan Bagas yang tadi hanya fokus di dada Anisa turun ke bawah. Tangan itu menelisik ke bawah dan bermain di bagia
Melihat hal itu, perempuan paruh baya yang pernah bekerja di rumah Sean itu sudah paham lewat apa yang ia lihat pada sikap Sean ketika usai membantu Clara meminum obat untuk meredakan pengaruh obat perangsang di tubuh istri Bagas tersebut.Sean menganggap perempuan yang disebutnya teman itu penting, dan itu membuat sang mantan pelayan tersenyum.Ia melangkahkan kakinya mendekati posisi Sean yang terduduk begitu saja di lantai ketika ia mundur saat selesai membantu Clara meminum obat tradisional yang dibuat mantan pelayan di rumahnya tersebut."Sudah terminum, insya Allah pengaruhnya akan hilang perlahan-lahan tapi tidak secara keseluruhan," katanya pada Sean dan Sean mengerutkan keningnya.Ia mendongak dan perlahan sang mantan pelayan duduk di hadapan Sean, karena ia tidak nyaman dan merasa tidak sopan jika harus berdiri sementara Sean duduk di lantai kamar rumahnya seperti itu."Maksudnya, tidak keseluruhan itu, Bibi mau bilang dia masih di bawah pengaruh obat kemungkinan besar?" ta
Degup jantungnya mulai berpacu tidak beraturan, hingga Sean merasa kesulitan untuk menahan Clara maupun menahan dirinya sendiri untuk tidak terpancing gairah. "Bantu aku, rasanya panas sekali, ini sangat menyiksaku," celoteh Clara dengan tatapan mata sayu pada Sean dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat hingga napas mereka menyapa wajah mereka satu sama lain.Sean menatap Clara yang saat itu setengah tidak sadar dengan siapa sekarang ia bersikap agresif. "Clara, kau tahu aku siapa? Aku bukan suamimu, jadi aku tidak bisa membantumu untuk melepaskan pengaruh obat perangsang itu."Sean bicara dengan suara perlahan disela deru napasnya yang memburu ketika Clara mendesaknya yang berusaha ingin menstater mobilnya untuk membawa Clara pergi.Namun, karena kesulitan untuk menahan Clara yang dibawah pengaruh obat perangsang, Sean tidak bisa melakukan niatnya yang ingin membawa Clara pergi lantaran ia khawatir tidak bisa menyetir dengan baik dalam situasi kondisi seperti itu.Mendengar ap
Ketika Pak Christ mulai menyentuh tepi tempat tidur untuk ikut naik ke atasnya di mana Clara di sana kesulitan untuk menahan diri agar tidak membuka pakaiannya lantaran pengaruh obat perangsang yang diminumnya, tiba-tiba saja....Brak!Pintu kamar dibuka dari luar dengan keras dan terdengar suara teriakan seseorang memanggil Pak Christ dengan sebutan papi hingga Pak Christ yang sudah membuka pakaian atasnya terkejut lalu ia berbalik dan wajahnya berubah melihat anak sulungnya, Carli bersama dengan pria yang pernah menggagalkan aksinya untuk menyentuh Clara dua kali menerobos masuk kamar dengan wajah yang juga sama terkejutnya seperti dirinya. Carli terlihat sangat marah melihat ayahnya yang buru-buru meraih pakaiannya yang teronggok di lantai lalu memakainya tergesa-gesa."Papi selingkuh dengan model ini?" tanya Carli sambil menunjuk Clara di mana saat itu Sean langsung mendekati sisi tempat tidur dan membenahi pakaian Clara agar perempuan itu tidak menanggalkan pakaiannya keseluruha
Sebenarnya, amarah Clara terpancing mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa tadi padanya, tapi ia tidak mungkin melampiaskannya sekarang lantaran ia harus bisa merealisasikan apa yang ia niatkan agar persoalannya cepat selesai."Nisa. Apakah ada seorang perempuan suka dimadu? Apakah ada perempuan yang ikhlas pasangannya selingkuh? Meskipun poligami dibolehkan, tapi menurutku tidak ada yang suka diduakan."Wajah mencemooh Anisa berubah menjadi merah mendengar apa yang diucapkan oleh Clara. Perempuan itu memaki di dalam hati setelah tadi merasa puas sudah mampu membuat hati Clara menjadi sesak."Sudahlah, daripada membahas sesuatu yang tidak seharusnya kita bahas, aku ingin mengatakan niatku yang mengajakmu bicara."Suara Clara kembali terdengar hingga Anisa membuang napas."Bantu aku untuk bisa membuat Bagas mengabulkan permohonan cerai ku."Clara bicara lagi, dan Anisa memaki di dalam hati untuk yang kesekian kalinya ketika entah kenapa ia tidak suka mendengar perkataan yang diucapkan
Sean melakukan apa yang diminta oleh Carli, mengikuti mobil yang dimaksud oleh Carli dengan kecepatan yang tinggi. "Gue tuh curiga sama bokap gue belakangan ini, dia kayak selingkuh gitu!" Carli bicara sambil terus memperhatikan mobil yang ia minta Sean untuk mengikuti."Mobil itu mobil bokap lu?" tanya Sean sambil melirik ke arah Carli untuk sesaat sebelum kembali fokus menyetir."Iya."Sean manggut-manggut, pertanda ia sudah paham apa yang dirasakan oleh Carli sekarang. Carli kayaknya yakin kalau ayahnya selingkuh, apa jangan-jangan perempuan yang jadi selingkuhan ayahnya itu Anisa?Hati Sean bicara, menebak-nebak apa yang sebenarnya sudah terjadi dalam keluarga Carli."Apa lu punya bukti kalau bokap lu selingkuh?" tanyanya pada pria anak sulung Pak Christ tersebut sambil terus mengikuti mobil yang dikendarai oleh ayahnya."Gue belum dapat bukti yang kuat sih, tapi gue yakin ada yang aneh dilakukan bokap gue belakangan ini, dan gue yakin itu membuat nyokap gue pergi lama dari rum
"Clara bisa menuntut Bagas kalau sampai itu dilakukannya!" kata Sean tegas tapi Nina menggelengkan kepalanya perlahan seolah ucapan Sean itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan."Lalu bagaimana dengan karir Clara? Menuntut bisa, aku juga pernah mengatakan hal itu pada Clara, tapi kenyataannya, Clara tidak akan sanggup seluruh dunia tahu dia model seperti apa jika Bagas melakukan hal itu padanya!""Aku paham. Tapi, mau sampai kapan Clara bertahan dalam pernikahan yang seperti itu? Bagas akan sengaja menekan Clara dengan senjata yang ia miliki dan Clara akan semakin tersiksa.""Jadi, gimana? Apa yang harus dilakukan?""Memangnya, apa yang sudah diputuskan Clara sekarang?""Clara akan mencari video itu dan menghapusnya.""Itu sulit.""Benar, sampai sekarang pun, Clara tidak menemukannya."Sean terdiam sejenak. Wajah pria itu seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras hingga Nina sangat berharap, Sean mampu membantu Clara dengan cara apapun agar sahabatnya itu bisa terbebas dari bele