"Putri, ini buah untukmu." Xi-wang menyodorkan kedua telapak tangan yang dipenuhi buah-buah persik yang ranum. Bibirnya mengulas senyum dengan pipi merah. Ia tak berani mengangkat sepasang matanya karena rasa malu.Tak ada jawaban dari Yang Zhu. Xi-wang merasa heran. Perlahan ia mengangkat sepasang matanya. Dia dibuat terkejut karena Yang Zhu tak nampak di mana-mana."Putri!"Sambil berlarian ke sana ke mari, Xi-wang mencari Yang Zhu. Entah ke mana gadis itu pergi. Sial! Sepertinya Yang Zhu memang kabur karena tak mau pergi ke Barat.Sementara itu di sebuah desa kecil. Orang Barat menyebutnya, Desa Dongjin. Dongjin terletak di seberang laut dan dikelilingi pegunungan Hanciang.Hampir satu tahun ini, desa kecil itu tertimpa musibah. Semua penduduknya, terutama anak-anak terkena penyakit kulit yang aneh dan langka.Penyakit yang di awali dengan demam tinggi, lantas muncul bintik-bintik merah di kulit yang perlahan menjadi memar dan mengeluarkan cairan berbau busuk.Setiap jam ada saja o
"Huaaahh ... segar sekali rasanya setelah mandi!"Yang Zhu bicara sendiri sambil merentangkan kedua tangannya dan wajah yang mendongkak ke langit. Tubuh gadis itu hanya mengenakan sehelai handuk warna putih. Dia berdiri di tepi garis jendela besar sebuah kamar.Rambutnya yang basah terjalin acak-acakan. Kulitnya yang putih nyaris menyatu dengan kabut pagi yang menyelimuti Desa Dongjin.Bagi bangsa Iblis, usia Yang Zhu yang sudah 100 tahun di nilai masih sangat muda. Dia ceroboh dan suka bertingkah sesukanya. Mereka menganggap wajar semua itu."Oh, lelah sekali semalaman meracik obat. Sial! Apa yang dilakukan tabib dingin itu? Aku bahkan tak melihatnya semalam. Dasar tabib gadungan, huh!"Yang Zhu melakukan beberapa gerakan tubuh. Dia sedang berupaya meregangkan otot-ototnya. Tabib dingin yang dirinya rutuki tak lain adalah Wu Xian. Bahkan dia tak menyadari, jika pria itu sedang duduk di belakangnya kini.Sambil duduk minum teh dan menulis beberapa resep obat, Wu Xian tersenyum tipis m
"Jadi, kau mengutus putrimu ke Barat seorang diri? Wah, apa yang kau rencanakan? Bukankah Kaisar Langit pun sedang gelisah karena adik kesayangannya pergi ke Barat juga?"Raja Siluman, Kang Kang menyeringai tipis usai bicara seperti itu pada Raja Iblis Xin Yi. Malam itu mereka sedang minum arak di istana iblis.Angin dari Barat yang menyampaikan kabar padanya tentang keberangkatan Yang Zhu ke Barat. Kang Kang langsung menemui Xin Yi untuk mencari tahu.Xin Yi mengecap rasa manis arak pada bibirnya. "Aku tahu itu. Wu Xian ada di Desa Dongjin. Aku ingin Yang Zhu menghabisi Maha Dewa dengan tangannya sendiri," ucapnya tanpa mengangkat matanya ke wajah Kang Kang.Raja Siluman tersenyum simpul."Tak sia-sia kau menghabisi Seo Lun, lantas melahap otaknya. Rencanamu sangat bagus, Kakak Chen."Xin Yi tersenyum menanggapi. "Ayo minum lagi," ajaknya bersemangat.Yang Zhu merupakan jiwa Dewi Quan Hie yang dicurinya dari roh penjaga seratus tahun silam. Setelah Naksu berhasil di kunci kembali dala
Angin berhembus menyapu rerumputan yang menghijau di kaki bukit gunung Huan Zhu.Kuntum-kuntum plun berjatuhan selaras dengan tiuoan angin. Wu Xian berjalan mendaki bukit-bukit dan tebing di kaki gungung.Ada banyak tanaman obat yang tumbuh di sana. Dia ingin memetik lalu meraciknya setiba di pondok tempat ia tinggal selama di Desa Dongjin.Dari sebuah pohon besar yang berdiri di tepi tebing, Yang Zhu sedang memperhatikan Wu Xian sambil menikmati buah apel merah. Dipandang dari segi manapun pria itu memang sangat memukau. Tampan, tubuhnya bagus, cerdas dan berkharisma.Tentu saja, karena Wu Xian merupakan reinkarnasi Maha Dewa.Sial!Ayahnya berbisik dalam meditasi yang ia lakukan jika dia harus menghabisi Wu Xian. Sambil duduk di dahan pohon, Yang Zhu masih memeprhatikan tabib muda itu.Wu Xian memetik beberapa tumbuhan, mengendusnya, lalu memasukan tumbuhan itu ke dalam tas dari rotan yang di gendongnya. Angin dari barat terhembus dengan kencang. Membelai rambutnya yang panjang.Wa
Langit yang semulanya cerah menjelang petang menjadi mendung. Guntur bersahutan seolah menyerukan atas kemenangan Wu Xian membantai para iblis.Peperangan itu berlangsung dengan sengit. Wu Xian dibntu oleh Diwey berhasil melumpuhkan para blis itu."Serang!"Terdengar suara seruan dari arah utara. Wu Xian segera menoleh.Jenderal Lee datang dengan membawa ratusan pasukan? Apa yang mereka lakukan? Dia sedikit heran melihat jenderal dari kayangan datang.Mungkin Kaisar Langit sudah melihatnya dari kolam lotus apa yang sedang dia alami. Wu Xian tersenyum seraya mengangkat sepasang matanya ke langit. Pertarungan pun kembali berlangsung."Salam, Pangeran Agung Wu. Maaf jika kami datang terlambat." Jenderal Lee dan para tentara langit memberi hormat pada Wu Xian."Kalian datang tepat waktu. Terima kasih," balas Wu Xian dengan wajah tenang.Setelah situasi kembali aman, Wu Xian mengajak para pasien untuk kembali ke posko pengobatan. Sementara Jenderal Lee dan para tentara langit kembli ke kay
Pagi yang dingin di musim salju. Di lereng bukit Hanciang terlihat rombongan yang sedang melintas. Empat orang memikul tandu di bahunya. Dari dahan pohon besar, Yang Zhu memandangi mereka sambil duduk.Kabut hitam yang menyelimuti Desa Dongjin sudah menghilang. Wabah penyakit pun telah lenyap. Penduduk sudah kembali menjalani hidup mereka seperti sedia kala. Tinggalah dirinya yang sedang di dera kegundahan tak jelas.Sejak Wu Xian datang ke pondok di hutan dan mengobatinya yang sedang berpura-pura sakit, Yang Zhu menjadi gelisah.Sering kali ia teringat akan perhatian Wu Xian dan cara pria itu menatapnya. Sungguh indah. Dan dia menyadari jika sesuatu sedang terjadi di hatinya saat ini. Entah apa.Wu Xian, pria yang sedang duduk di dalam tandu itu tak lain adalah Wu Xian. Kaisar Barat memintanya untuk menghadap ke istana sebagai tamunya, itu yang Yang Zhu dengar saat ia mengendap-endap di ponndok Wu Xian saat Jenderal Mong Yi datang menemuinya.Ingin rasanya Yang Zhu pun ikut serta ke
Ratu Mo Yeong tersentak dari fantasinya. Ekor matanya melirik pada Kaisar yang sedang menatapnya heran."Pangeran Agung Wu bertanya padamu, kenapa kau diam saja?" tanya Kaisar.Ratu Mo menelan ludah kasar. Masih tampak ling lung ia menolehkan kepala ke arah pria dengan hanbok putih di depannya. Wu Xian memasang wajah tenang-tenang saja.Astaga, rupanya yang barusan terjadi hanya ilusinya saja. Ratu Mo berusaha mengembalikan mood dan memperbaiki posisi duduknya."Pangeran Agung Wu Xian, apa yang kau tanyakan? Tolong katakan sekali lagi. Maaf, jika tadi aku sedang melamun," ucapnya.Wu Xian mengangkat sepasang matanya perlahan. "Ratu, aku hanya ingin melihat tempat pemandian saja," jawabnya dengan tenang.Ratu Mo mengangguk. "Hanya itu rupanya." Ekor matanya melirik pada dua orang dayang. "Kepala Dayang Sun, antar Pangeran Agung Wu ke pemandian," ucapnya.Kepala Dayang bergegas maju sambil membungkuk. "Baik, Yang Mulia."Wu Xian segera melenggang pergi mengikuti langkah Kepala Dayang me
Angin sore itu berhembus cukup kencang di tepi pantai. Sinar jingga masih menggantung di atas permukaan air laut.Wu Xian terlihat memacu kudanya mengitari pantai. Dari atas tebing yang tinggi menjulang, terlihat sosok yang sedang memperhatikannya.Yang Zhu, gadis itu memandangi pria berkuda di bawah sana dari atas tebing. Tepi jubahnya yang berwarna merah melambai-lambai tertiup angin.Wu Xian tiba di satu tempat yang ia yakini tempat bersemayamnya bangsa siren. Pria itu segera turun dari kuda, lantas berjalan cepat menuju sebuah gua yang letaknya tidak jauh dari mulut laut.Suku siren tinggal di gua yang lembab dan gelap. Mereka biasa berkelompok untuk menyerang musuhnya. Berbeda dengan suku mermaid yang memiliki rupa manusia setengah ikan dan di gambarkan dengan sosok perempuan cantik.Siren memiliki rupa yang seram dan mengerikan. Dia memiliki taring dan mata tombak tajam di tengah ekornya. Tak hanya itu, bangsa Siren pun memiliki sifat yang liar dan buas, juga naluri membunuh yan