Angin sore itu berhembus cukup kencang di tepi pantai. Sinar jingga masih menggantung di atas permukaan air laut.Wu Xian terlihat memacu kudanya mengitari pantai. Dari atas tebing yang tinggi menjulang, terlihat sosok yang sedang memperhatikannya.Yang Zhu, gadis itu memandangi pria berkuda di bawah sana dari atas tebing. Tepi jubahnya yang berwarna merah melambai-lambai tertiup angin.Wu Xian tiba di satu tempat yang ia yakini tempat bersemayamnya bangsa siren. Pria itu segera turun dari kuda, lantas berjalan cepat menuju sebuah gua yang letaknya tidak jauh dari mulut laut.Suku siren tinggal di gua yang lembab dan gelap. Mereka biasa berkelompok untuk menyerang musuhnya. Berbeda dengan suku mermaid yang memiliki rupa manusia setengah ikan dan di gambarkan dengan sosok perempuan cantik.Siren memiliki rupa yang seram dan mengerikan. Dia memiliki taring dan mata tombak tajam di tengah ekornya. Tak hanya itu, bangsa Siren pun memiliki sifat yang liar dan buas, juga naluri membunuh yan
Wu Xian kembali ke kayangan setelah gagal menemukan Ratu Mo Yeong. Kaisar Langit menyambut kedatangan sang adik dengan penuh suka cita.Wu Xian mengatakan jika ada banyak hal yang harus dia kerjakan di kota Kekaisaran Barat. Kaisar Lee Jin-hay telah menikahi siluman siren dan sudah memabawa rakyatnya untuk menjauh dari ajaran Budha."Aku tidak mengizinkanmu untuk kembali ke alam manusia. Tetaplah di sini dan selesikan pendidikanmu. Kau bukan hanya seorang Maha Dewa, tetapi juga Pangeran Agung kami." Ibu Suri yang tiba-tiba muncul di ruangan itu langsung berkomentar dan menyela perbincangan Wu Xian dan Kaisar Langit.Baik Wu Xian maupun Kaisar Langit, keduanya bergegas bangkit dan langsung memberi hormat pada wanita nomor satu di kayangan itu."Salam, Ibu Suri." Ibu Suri menatap sinis pada Kaisar Langit, lantas tersenyum pada Wu Xian. "Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu, bisa kita minum teh di taman?" ucapnya.Wu Xian mengangguk. "Tentu."Ibu Suri tersenyum manis untuk Wu
Musim dingin di wilayah Dongjin. Salju putih terlihat di mana-mana. Wanita jubah hitam terlihat menunggangi kudanya menuju Timur.Setelah insiden di kota kekaisaran, Yang Zhu tidak lagi melihat tabib muda.Entah kemana di pergi, dan hatinya tidak baik-baik sejak itu. Tabib muda yang rupawan dan genius telah menggetarkan hatinya.Hati yang bahkan tidak pernah merasakan perasaan seperti itu sebelumnya. Juga, kejadian di pondok malam itu ...Fuhh ...Mengapa dia kesulitan melupakan Wu Xian?Mereka jelas berbeda. Wu Xian tercipta dari cahaya dan direstui oleh para dewa. Dialah reinkarnasi Maha Dewa Ying!Sungguh mustahil baginya bisa menggapai Wu Xian.Semesta tidak akan memberi restu. Juga ayahnya sang Raja Iblis. Huh ... apa-apaan ini?Konyol sekali!Mengapa dia terus saja memikirkan Wu Xian? Bahkan dia telah gagal menghabisi pria itu. Ayahnya pasti akan sangat murka. Lantas, apakah dia akan tetap pulang ke istana iblis?Sambil memacu kuda hitamnya, Yang Zhu terus berpikir."Tuan Put
Salju putih bertaburan di langit. Dahan pohon maple tak mampu lagi menunjukkan warna aslinya. Salju menutupi semua dahan dan ranting. Daun-daunnya gugur entah sejak kapan.Ibu Suri menatap dengan pupil yang lebar. Gadis di depannya kini sedang berlutut. Hanfu putih itu begitu bersih, dan rambutnya yang panjang begitu hitam. Apakah benar, gadis ini putri dari Dewa Matahari?Bukankah sang dewa telah pergi bertapa di gunung Liowang? Bahkan, seingatnya Hue Jin tak memiliki satu anak pun. Bagaimana mungkin dia mengaku sebagai putri Dewa Matahari yang perkasa?Suasana di aula begitu hening. Tidak ada satu pun yang berani mengeluarkan suara, meski untuk sekedar menjernihkan tenggorokannya saja."Jing Que, apa buktinya jika kau adalah putri dari Hue Jin dan Yue Yao? Apa buktinya jika kau putri Dewa Matahari?" Ibu Suri bertanya pada Yang Zhu dengan suara lantang dan tatapan yang begitu mengintimidasi. Semua orang terkejut mendengarnya. Kaisar Langit yang sedang menyimak hanya mengusap jangg
Angin bertiup kencang di wilayah Kota Kekaisaran Barat. Kuntum bunga sakura gugur dan berjatuhan karena embusan angin.Benda tipis dengan warna kemerahan itu menimpa tumpukan putih di bawah pohonnya. Seketika ia membeku dan pucat.Di dalam sebuah rumah kecil yang letaknya amat jauh dari Kota Kekaisaran Timur, Xi Wang sedang menyisir rambut panjang seorang wanita. Dia melakukannya dengan telaten dan hati-hati.Mo Yeong membuka matanya perlahan. Bibir kemerahan bak bunga lotus yang baru mekar itu mengulas senyum sipu.Sudah lama sekali dia merindukan saat-saat seperti ini. Dulu, Xi Wang selalu menyisir rambutnya setiap dia selesai mandi.Dia merasa sangat istinewa akan perlakuan kekasihnya itu."Aku senang kau telah kembali, Kakak Wang ..."Mo Yeong berkata pelan dengan nada yang lirih. Setelah ratusan tahun berpisah, dan kini dia dapat bertemu lagi dengan kekasihnya itu. Dia amat terharu karenanya.Xi Wang tersenyum simpul mendengarnya. "Aku kehilangan memoriku setelah bereinkarnasi m
Butiran putih berjatuhan bak pecahan kristal. Di sebuah pondok kecil, Wu Xian tampak sedang duduk bersila. Matanya terpejam dengan seulas senyum sipu menghiasi bibirnya.Akhirnya dia telah datang ke kayangan. Yang Zhu sudah tiba di kayangan, hati Wu Xian terasa lega dan damai. Entah bagaimana tanggapan Ibu Suri dan Kaisar Langit jika sampai mengetahui kebohongan ini.Dengan mengaku sebagai putri Dewa Matahari, Yang Zhu menyusup ke kayangan dan mengikuti ajang pencarian calon istri untuk Wu Xian.Benar, Dewa Matahari tak memiliki anak. Dia sedang sibuk menjaga Gunung Hanciang di mana istrinya dikurung.Semoga dia tidak kembali ke kayangan, karena jika itu sampai terjadi maka penyamaran Yang Zhu akan terbongkar."Kau di sini rupanya. Aku mencarimu sampai ke bilik senjata, ternyata kau enak-enak di sini ..."Seo Yang?Wu Xian membuka matanya. Dia sangat terkejut akan kemunculan gadis itu. Seo Yang sedang menatap dengan wajah sinis padanya.Wu Xian tak begitu tertarik untuk menanyakan men
'Kakak Cheng, bisakah kita bertemu? Aku merindukanmu ...'Sambil duduk bersila di tengan ranjang, Yang Zhu menghubungi Wu Xian dalam meditasinya. Entah apa hal yang membuatnya gelisah malam ini. Dia tak dapat tidur dan terus saja kepikiran Wu Xian.Apakah ini yang dinamakan demam asmara?Astaga ... merepotkan saja!Bahkan ini di kayangan, dan dia datang sebagai tamu di tempat ini. Entah apa yang akan terjadi esok saat Ibu Suri menobatkan dirinya sebagai calon istri Wu Xian ...Hm, bibirnnya mengulas senyum sipu dengan pipi yang merah merona. Semesta memilih jalan yang tak terduga. Seperti takdir cinta mereka yang penuh dengan konflik.'Kakak Cheng ...'Disebut kembali nama itu dalam meditasinya. Ah, Yang Zhu sudah tak sabar ingin bertemu Wu Xian. Sementara itu, Wu Xian sedang termenung sambil memainkan seruling di atap. Matanya dipejamkan menikmati rasa melow dari alunan musik yang dia mainkan. Hingga kemudian suara lembut bak nyanyian para dewi menyambangi indera pendengarannya.Ya
Langit yang hitam menuju pagi. Burung elang terbang dengan penuh semangat menuju istana Raja Iblis. Matanya yang tajam mengincar penuh pertimbangan akan bangunan megah di bawah sana.Burung elang menukik menuju atap istana. Dia mendarat dengan gagah di teras balkon. Seketika, hewan itu berubah wujud menjadi sosok pria berpakaian hitam.Tanda hitam seperti petir tercetak di bagian wajah kirinya. Matanya merah menyala, dengan kedua sayap hitam di punggung. Makhluk itu sedang berlutut memberi hormat pada tuannya."Kabar apa yang kau bawa?" tanya seorang pria yang sedang berdiri di tepi pagar balkon.Xin Yi enggan menoleh pada sosok yang sedang berlutut di belakangnya. Matanya memandangi sinar jingga yang sedang berusaha muncul dari ufuk timur."Ampun, Yang Mulia. Hamba harus menyampaikan kabar yang tidak mengenakan pagi Anda," ucap sosok pria bersayap hitam itu dengan takut-takut.Elang Hitam, nama yang diberikan oleh Raja Iblis Xin Yi padanya sewaktu menemukannya di Gunung Hanciang dahu