Angin bertiup kencang di wilayah Kota Kekaisaran Barat. Kuntum bunga sakura gugur dan berjatuhan karena embusan angin.Benda tipis dengan warna kemerahan itu menimpa tumpukan putih di bawah pohonnya. Seketika ia membeku dan pucat.Di dalam sebuah rumah kecil yang letaknya amat jauh dari Kota Kekaisaran Timur, Xi Wang sedang menyisir rambut panjang seorang wanita. Dia melakukannya dengan telaten dan hati-hati.Mo Yeong membuka matanya perlahan. Bibir kemerahan bak bunga lotus yang baru mekar itu mengulas senyum sipu.Sudah lama sekali dia merindukan saat-saat seperti ini. Dulu, Xi Wang selalu menyisir rambutnya setiap dia selesai mandi.Dia merasa sangat istinewa akan perlakuan kekasihnya itu."Aku senang kau telah kembali, Kakak Wang ..."Mo Yeong berkata pelan dengan nada yang lirih. Setelah ratusan tahun berpisah, dan kini dia dapat bertemu lagi dengan kekasihnya itu. Dia amat terharu karenanya.Xi Wang tersenyum simpul mendengarnya. "Aku kehilangan memoriku setelah bereinkarnasi m
Butiran putih berjatuhan bak pecahan kristal. Di sebuah pondok kecil, Wu Xian tampak sedang duduk bersila. Matanya terpejam dengan seulas senyum sipu menghiasi bibirnya.Akhirnya dia telah datang ke kayangan. Yang Zhu sudah tiba di kayangan, hati Wu Xian terasa lega dan damai. Entah bagaimana tanggapan Ibu Suri dan Kaisar Langit jika sampai mengetahui kebohongan ini.Dengan mengaku sebagai putri Dewa Matahari, Yang Zhu menyusup ke kayangan dan mengikuti ajang pencarian calon istri untuk Wu Xian.Benar, Dewa Matahari tak memiliki anak. Dia sedang sibuk menjaga Gunung Hanciang di mana istrinya dikurung.Semoga dia tidak kembali ke kayangan, karena jika itu sampai terjadi maka penyamaran Yang Zhu akan terbongkar."Kau di sini rupanya. Aku mencarimu sampai ke bilik senjata, ternyata kau enak-enak di sini ..."Seo Yang?Wu Xian membuka matanya. Dia sangat terkejut akan kemunculan gadis itu. Seo Yang sedang menatap dengan wajah sinis padanya.Wu Xian tak begitu tertarik untuk menanyakan men
'Kakak Cheng, bisakah kita bertemu? Aku merindukanmu ...'Sambil duduk bersila di tengan ranjang, Yang Zhu menghubungi Wu Xian dalam meditasinya. Entah apa hal yang membuatnya gelisah malam ini. Dia tak dapat tidur dan terus saja kepikiran Wu Xian.Apakah ini yang dinamakan demam asmara?Astaga ... merepotkan saja!Bahkan ini di kayangan, dan dia datang sebagai tamu di tempat ini. Entah apa yang akan terjadi esok saat Ibu Suri menobatkan dirinya sebagai calon istri Wu Xian ...Hm, bibirnnya mengulas senyum sipu dengan pipi yang merah merona. Semesta memilih jalan yang tak terduga. Seperti takdir cinta mereka yang penuh dengan konflik.'Kakak Cheng ...'Disebut kembali nama itu dalam meditasinya. Ah, Yang Zhu sudah tak sabar ingin bertemu Wu Xian. Sementara itu, Wu Xian sedang termenung sambil memainkan seruling di atap. Matanya dipejamkan menikmati rasa melow dari alunan musik yang dia mainkan. Hingga kemudian suara lembut bak nyanyian para dewi menyambangi indera pendengarannya.Ya
Langit yang hitam menuju pagi. Burung elang terbang dengan penuh semangat menuju istana Raja Iblis. Matanya yang tajam mengincar penuh pertimbangan akan bangunan megah di bawah sana.Burung elang menukik menuju atap istana. Dia mendarat dengan gagah di teras balkon. Seketika, hewan itu berubah wujud menjadi sosok pria berpakaian hitam.Tanda hitam seperti petir tercetak di bagian wajah kirinya. Matanya merah menyala, dengan kedua sayap hitam di punggung. Makhluk itu sedang berlutut memberi hormat pada tuannya."Kabar apa yang kau bawa?" tanya seorang pria yang sedang berdiri di tepi pagar balkon.Xin Yi enggan menoleh pada sosok yang sedang berlutut di belakangnya. Matanya memandangi sinar jingga yang sedang berusaha muncul dari ufuk timur."Ampun, Yang Mulia. Hamba harus menyampaikan kabar yang tidak mengenakan pagi Anda," ucap sosok pria bersayap hitam itu dengan takut-takut.Elang Hitam, nama yang diberikan oleh Raja Iblis Xin Yi padanya sewaktu menemukannya di Gunung Hanciang dahu
Malam itu angin bertiup kencang dari Timur. Rambut perak Xi Wang melambai-lambai bak sehelai sutra. Sambil duduk pada sebuah dahan pohon, dia memainkan seruling.Nada yang lirih. Xi Wang memejamkan mata menikmati alunan syahdu yang ia mainkan. Sungguh amat kejam semesta akan dirinya. Dia tak pernah mengeluh selama ini. Namun, kali ini dia akan mengeluh karena nasib cintanya dengan Ratu Mo Yeong.Semesta menciptakan perasaan yang begitu rumit, unik dan indah. Namun, mengapa harus ada banyak rintangan untuk menyelami rasa itu?Bukankah ini tidak adil, baginya yang terlahir sebagai suku iblis?Entah apa yang harus dia lakukan untuk memperjuangkan cintanya dengan Ratu Mo Yeong. Ini sungguh rumit. Xi Wang menggeleng putus asa. Lantas diantikan permainan serulingnya. Dia termenung kemudian.Elang Hitam tiba-tiba saja muncul. Ekor mata Xi Wang hanya melirik satu kali guna mengobati rasa terkejutnya. Dia lantas kembali termenung dan acuh."Salam, Kakak Ketua. Yang Mulia mengutus hamba untuk m
Malam itu Xin Yi sedang berdiri di tepi kolam besar yang berisi puluhan ikan koi.Sekerat roti ia sobek kecil-kecil dan dijatuhkannya ke kolam. Bibirnya mengulas senyum saat ikan-ikan lapar itu menyerbu.Gumpalan asap hitam melesat bak roket, lantas menukik ke bawah dan menjelma menjadi sosok pria rambut perak. Xi Wang segera memberi salam pada rajanya. Xin Yi hanya tersenyum miring menanggapi."Ada apa Yang Mulia memanggilku?" tanya Xi Wang setelah menegakkan tubuhnya lagi.Raja Iblis menaikan sudut bibirnya, lantas dia memutar sampai berhadapan dengan pria rambut perak di belakang. Xi Wang menurunkan pandangan, segan."Aku dengar, kau telah gagal dalam misimu. Apa kau pantas kembali ke istana ini hidup-hidup?" desis Raja Iblis Xin Yi. Tatapannya sangat menusuk disertai senyuman yang seperti kematian.Xi Wang bergetar ketakutan. "Maafkan aku, Yang Mulia." Hanya itu yang bisa dia ucapkan dengan suara yang lirih.Gagal dalam misi berarti mati, Xi Wang tidak takut itu. Percuma juga dia
Sampan yang membawa Yang Zhu dan Wu Xian menuju tepi. Beberapa orang pengawal segera membantu keduanya turun dari sampan.Dari sebuah dahan pohon besar di sekitar, Xi Wang mengawasi.Yang Zhu dan Wu Xian berjalan bersisian. Mereka saling berpegangan tangan begitu mesra. Tak salah lagi. Keduanya memang sedang kena demam asmara.Seperti cintanya dan Ratu Mo Yeong yang kandas, apakah dia tega harus memisahkan mereka?Sejarah sudah tertulis dalam buku kuno. Meski seribu kelahiran, Dewi Quan Hie dan Maha Dewa Ying tetap akan bersatu. Semua itu sudah takdir semesta.Xi Wang tampak melamun. Dari pohon yang lain, Elang Hitam mengawasinya.'Xi Wang sangat rancu saat ini. Ikuti dan awasi dia.'Elang Hitam teringat akan perintah Raja Iblis Xin Yi. Dia harus mengawasi pria rambut perak itu. Boleh jadi Xin Yi tidak percaya pada Xi Wang."Malam semakin larut, kembalilah ke kayangan."Wu Xian bicara begitu lembut pada Yang Zhu. Bibirnya mengulas senyum yang amat manis. Meski sudah ribuan tahun berla
Malam nyaris menemukan pagi. Wu Xian menunggangi kuda menuju Lembah Iblis. Dia telah gagal menangkap Xi Wang. Wu Xian yakin iblis itu kabur ke Lembah Iblis."Apa?! Pangeran Agung Wu pergi mengejar iblis?" Ibu Suri amat murka mendengar laporan dari Jenderal Hui. Matanya melotot merah menatap pria berpakaian ziran di hadapannya kini. Jenderal Hui tak berani mengangkat wajahnya di depan Ibu Suri. Sementara Kaisar Langit sedang menyimak di singgasana dengan wajah panik."Pangeran Agung pergi mengejar iblis seorang diri, lantas apa guna kalian di sini?!" Ibu Suri tampak murka.Matanya menatap satu per satu para jenderal yang berbaris di sekitar. Semuanya menundukkan kepala."Ampuni kami, Yang Mulia. Harap perintahkan kami untuk mencari Pangeran Agung." Jenderal Hui akhirnya membuka suara.Dia tak ingin semua rekannya turut disalahkan karena kelalaiannya. Ini mutlak salahnya. Dia yang mengawal Pangeran Agung Wu.Ibu Suri menaikan sudut bibirnya dengan mata menyipit, lantas dia menyambar p
Malam itu sedang turun salju di kayangan. Permaisuri menangis saat bayinya diambil oleh Dewa Ming. Dikecup berkali-kali wajah bayi laki-laki itu sebelum diserahkan pada Dewa Ming.Kaisar Langit hanya mengangguk dengan wajah sedih saat istrinya menoleh. Permaisuri menangis semakin cetar saat Dewa Ming melangkah pergi."Bayiku!" jerit Permaisuri. Ingin rasanya dia mengejar Dewa Ming lalu mengabil bayinya lagi.Kaisar Langit segera merangkul bahu istrinya. Dia pun amat sedih akan kehilangan Putra Mahkota. Namun, takdir semesta tak bisa dirubah. Putra Mahkota merupakan suku dewa terpilih. Dia yang kelak akan menghabisi suku iblis.Langkah Dewa Ming kian menjauh dari pintu kamar Permaisuri. Penasehat Yu dan kedua Dewa Utama mengikuti dari belakang. Bayi laki-laki itu digendong oleh Dewa Ming menuju aula istana.Sinar jingga menyambut di depan pintu saat langkah mereka nyaris keluar dari istana. Mata Dewa Ming menanggah ke langit hitam malam itu. Salju masih berjatuhan disertai embusan angi
Elang hitam berjongkok di atas sebuah tebing di mana di bawahnya tampak seorang pria yang sedang berkuda. Sepasang manik merah itu memandangi pria berkuda di sana. Wu Xian memacu kudanya menuju kayangan. Urusannya dengan Chen Guo dan Siolang telah selesai, ia ingin kembali ke tempat asalnya yaitu alam suku dewa.Mata jeli Elang hitam masih mengintai dari atas tebing. Pangeran Agung Wu, ternyata benar jika pria itu adalah rinkarnasi Lu Sicheng dan merupakan perwujudan nyata dari Maha Dewa Ying.Ini sungguh tak masuk akal! Namun, dia melihatnya sendiri saat Wu Xian memusnahkan Chen Guo lalu mengunci Siolang sebagai roh penjaga. Itu mimpi buruk bagi suku iblis.Chen Guo telah tiada dan Siolang menjadi abdi setia suku dewa, ini sungguh sesuai rencana. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus kembali ke istana Raja Iblis dan menjadi budaknya lagi?Tidak, tidak, ini justru kesempatan baginya untuk terlepas dari belenggu Raja Iblis Xin Yi. Benar, dia bisa kembali ke tempat asal
Salju berjatuhan dari langit disertai embusan angin dari Barat. Wu Xian memacu kudanya menyusuri lembah berbatu. Badai salju terlihat putih di depannya, tapi ksatria sejati tak gentar sedikit pun.Perpisahannya dengan Pedang Tiga Elemen telah menyisakan luka mendalam di hati Wu Xian. Dia telah gagal mengemban tugas dari para dewa.Meski darah dewa mengalir di tubuh, Wu Xian menyangkal akan dirinya yang merupakan reinkarnasi Lu Sicheng. Dia tak sehebat itu.Kuda hitam berlari makin kencang menembus badai salju. Wu Xian menyipitkan mata dengan pandangan yang samar.Dari kejauhan dilihatnya sekumpulan pasukan berkuda. Jumlahnya cukup banyak. Apa yang sedang mereka tunggu? Apakah perang masih belum berakhir. Wu Xian semakin kencang memacu kudanya ke depan.Di seberang, tampak pasukan yang sudah siap menunggu kedatangan musuh. Chen Guo membawa tentara iblis ke tanah Timur.Seperti yang dikatakan Elang Hitam, Pangeran Agung Wu telah memenggal kepala Raja Iblis lalu membawa tubuhnya entah ke
Salju putih berjatuhan dari langit kayangan. Angin cukup bersahabat sore itu. Bangunan istana langit diselimuti kabut putih dan rasa berkabung yang kental.Perang besar telah berakhir. Wu Xian dan Tiga Dewa Utama telah berhasil mengunci Naksu dalam Pedang Tiga Elemen.Peti mati berisi tubuh tanpa kepala Raja Iblis Xin Yi disimpan di dalam kuil tua yang berada di lereng bukit salju. Letaknya amat jauh dari kayangan dan alam iblis.Peti mati itu di segel oleh mantra suci Budha. Hanya orang khusus yang bisa membukanya. Setelah peti disimpan dalam ruangan bawah tanah, Wu Xian menutup mulut gua dengan mantra sakti.Tidak ada satu orang pun yang bisa memasuki gua dan menemukan peti mati Raja Iblis Xin Yi.Peti mati itu akan tersiman untuk waktu yang lama. Namun, Xin Yi memiliki keabadian. Tubuhnya tidak bisa busuk atau hancur meski terus berada di dalam peti hingga ribuan tahun."Apa rencanamu selanjutnya?" Kaisar Langit bertanya pada Wu Xian setelah hari berikutnya. Mereka tengah berdiri
Raja Iblis Xin Yi membulatkan matanya melihat Wu Xian menuju sambil mengacungkan Pedang Tiga Elemen. Semuanya terjadi begitu cepat. Xin Yi tak sempat menghindar saat mata pedang pusaka itu mengenai lehernya.Elang Hitam yang sedang menyimak sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Wu Xian berhasil menebas leher Xin Yi. Dilihatnya kepala Raja Iblis yang menggelinding.Kaisar Langit dan Dewa Ming sangat tercengang. Mereka tak menyangka Xin Yi akan tewas di tangan Wu Xian. Namun, mereka tak boleh lengah. Raja Iblis Xin Yi bisa hidup kembali jika kepalanya tidak dipisahkan dari tubuhnya.Menyadari semua itu, Xi Wang pun segera melesat menuju Wu Xian yang masih berdiri sambil memegang pedangnya di depan tubuh Xin Yi yang sudah tergolek tanpa kepala.Wu Xian masih menatap siaga pada jasad Xin Yi. Dia tak yakin jika pria itu sudah tewas. Bisa saja ini hanya fantasi yang Xin Yi ciptakan. Sejatinya Raja Iblis amatlah licik.Cukup lama keadaan di sana menjadi hening. Hingga kemudian bayangan
Langit kayangan masih diselimuti awan hitan dan petir. Wu Xian mengangkat sepasang matanya. Tatapan yang marah tapi juga terlihat lirih dan sendu.Di langit masih tampak ular besar Naksu yang sedang mengincar. Juga Raja Iblis Xin Yi dan Xi Wang yang juga sedang menatap ke arah Wu Xian.Kaisar Langit dan Dewa Ming hanya terdiam bak patung. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi untuk mengembalikan jiwa Dewi Quan Hie. Segalanya sudah berakhir.Setelah mengabsen wajah-wajah di sekelilingnya, Wu Xian mengembalikan pandanagnnya pada wajah pias Yang Zhu. Kemudian tangan kekar itu meraih bahunya, mengangkat jasad lemas Yang Zhu serayak bangkit.Mata Wu Xian menatap lurus ke depan. Sinar jingga keemasan tiba-tiba terpancar dari dahinya. Sinar itu memantul ke depan dan membentuk sebuah lingkaran suci.Raja Iblis Xin Yi mengepalkan buku-buku jemarinya sampai memutih. Hatinya perih melihat Wu Xian memasukan jasad Yang Zhu ke dalam lingkaran suci yang ia ciptakan.Yang Zhu, putrinya. Sebagai seor
Kabut hitam masih menutupi kayangan. Angin puting beliung meluluh lantakan segalanya. Juga gemuruh badai dan petir yang menyambar-nyambar. Wilayah kayangan diselimuti aura yang mencekam.Wu Xian masih terbaring di tengah ranjang. Dia sedang bermimpi. Mimpi di mana dirinya dan Yang Zhu sedang berada di sebuah sampan. Keduanya duduk berdampingan sambil menikmati angin sore.Yang Zhu mengatakan banyak hal padanya. Salah satunya tentang hubungan mereka yang mungkin akan segera berakhir. Quensi telah meminjam raganya dan menguasai jiwa Yang Zhu. Ini lebih buruk dari akhir dunia.Wu Xian mengusap pipi licin Yang Zhu. Juga bulir bening yang berjatuhan di kedua pipi gadis itu. Cintanya memang tak mungkin dapat berhasil di kehidupan ini. Namun, itulah takdir semesta."Kakak Cheng, jika kau telah kembali, cepat habisi Quensi dan selamatkan alam semesta. Biarlah aku terkunci bersama Naksu dalam Pedang Pusaka. Aku rela, asal keseimbangan semesta kembali baik," lirih Yang Zhu. Matanya menatap sen
Manik merah Xin Yi mengunci pandangan tajam Quensi. Ratu Iblis bisa saja menghabisinya saat ini juga. Dia tak boleh lengah.Quensi sudah berevolusi. Dia bukan lagi iblis kecil yang pernah datang padanya dulu, dan mengabdi.Sejak Quensi meninggalkan istana Raja Iblis, wanita itu bukan lagi sekutunya.Meski memiliki misi yang sama. Namun, Quensi tak sudi bersekutu dengan Raja Iblis yang licik itu."Kau tidak akan bisa menggabisiku, Quensi," desis Xin Yi. Kemudian dengan gerakan tak terbaca ia menyelinapkan tanganya ke balik punggung Quensi."Aarkhh!"Quensi mendongkak saat tangan Xin Yi mencengkeram tengkuk lehernya. Manik merah itu memutar ke atas, lantas melirik pada Xin Yi.Raja Iblis menyeringai tipis. Tanpa membuang waktu lagi, dia segera memukul dada Quensi.Pukulan yang telak. Ratu Iblis terpental cukup jauh. Namun, dia berhasil memulihkan lagi tenaganya. Xin Yi menatap murka saat Quensi melayang-layang di udara sambil tertawa."Raja Iblis Xin Yi, kau pikir kau sudah hebat, hah?!
Raja Iblis Xin Yi amat murka mendengar kabar yang dibawa oleh Elang Hitam.Dewa Ming telah berhasil membawa jiwa Wu Xian dari gua iblis. Sementara, Janghue tampak diam saja sambil menikmati memori masa lalunya dengan Dewa Ming.Dengan penuh murka, Raja Iblis memerintah Xi Wang untuk mengurung Janghue dan semua klan Siluman Salju di gua iblis.Siluman Salju tak dibolehkan lagi meninggalkan gua iblis. Mereka dikurung untuk selamanya. Janghue amat sedih atas keputusan Raja Iblis Xin Yi. Klan Siluman Salju menyalahkan dirinya atas hukuman itu."Yang Mulia, aku dengar tiga dewa utama sedang berusaha membangkitkan Wu Xian. Apa tidak seharusnya kita segera menyerang kayangan sebelum Pangeran Agung Wu kembali sadar?"Xi Wang bicara pada Xin Yi. Dia baru saja kembali dari alam dewa. Berita hilangnya Ibu Suri dan Yang Zhu pun sudah ia sampaikan pada tuannya itu. Namun, sepertinya Xin Yi lebih tertarik untuk menghabisi Wu Xian.Raja Iblis sedang berdiri di tepi jembatan. Tangannya sibuk memberi