Malam itu angin bertiup kencang dari Timur. Rambut perak Xi Wang melambai-lambai bak sehelai sutra. Sambil duduk pada sebuah dahan pohon, dia memainkan seruling.Nada yang lirih. Xi Wang memejamkan mata menikmati alunan syahdu yang ia mainkan. Sungguh amat kejam semesta akan dirinya. Dia tak pernah mengeluh selama ini. Namun, kali ini dia akan mengeluh karena nasib cintanya dengan Ratu Mo Yeong.Semesta menciptakan perasaan yang begitu rumit, unik dan indah. Namun, mengapa harus ada banyak rintangan untuk menyelami rasa itu?Bukankah ini tidak adil, baginya yang terlahir sebagai suku iblis?Entah apa yang harus dia lakukan untuk memperjuangkan cintanya dengan Ratu Mo Yeong. Ini sungguh rumit. Xi Wang menggeleng putus asa. Lantas diantikan permainan serulingnya. Dia termenung kemudian.Elang Hitam tiba-tiba saja muncul. Ekor mata Xi Wang hanya melirik satu kali guna mengobati rasa terkejutnya. Dia lantas kembali termenung dan acuh."Salam, Kakak Ketua. Yang Mulia mengutus hamba untuk m
Malam itu Xin Yi sedang berdiri di tepi kolam besar yang berisi puluhan ikan koi.Sekerat roti ia sobek kecil-kecil dan dijatuhkannya ke kolam. Bibirnya mengulas senyum saat ikan-ikan lapar itu menyerbu.Gumpalan asap hitam melesat bak roket, lantas menukik ke bawah dan menjelma menjadi sosok pria rambut perak. Xi Wang segera memberi salam pada rajanya. Xin Yi hanya tersenyum miring menanggapi."Ada apa Yang Mulia memanggilku?" tanya Xi Wang setelah menegakkan tubuhnya lagi.Raja Iblis menaikan sudut bibirnya, lantas dia memutar sampai berhadapan dengan pria rambut perak di belakang. Xi Wang menurunkan pandangan, segan."Aku dengar, kau telah gagal dalam misimu. Apa kau pantas kembali ke istana ini hidup-hidup?" desis Raja Iblis Xin Yi. Tatapannya sangat menusuk disertai senyuman yang seperti kematian.Xi Wang bergetar ketakutan. "Maafkan aku, Yang Mulia." Hanya itu yang bisa dia ucapkan dengan suara yang lirih.Gagal dalam misi berarti mati, Xi Wang tidak takut itu. Percuma juga dia
Sampan yang membawa Yang Zhu dan Wu Xian menuju tepi. Beberapa orang pengawal segera membantu keduanya turun dari sampan.Dari sebuah dahan pohon besar di sekitar, Xi Wang mengawasi.Yang Zhu dan Wu Xian berjalan bersisian. Mereka saling berpegangan tangan begitu mesra. Tak salah lagi. Keduanya memang sedang kena demam asmara.Seperti cintanya dan Ratu Mo Yeong yang kandas, apakah dia tega harus memisahkan mereka?Sejarah sudah tertulis dalam buku kuno. Meski seribu kelahiran, Dewi Quan Hie dan Maha Dewa Ying tetap akan bersatu. Semua itu sudah takdir semesta.Xi Wang tampak melamun. Dari pohon yang lain, Elang Hitam mengawasinya.'Xi Wang sangat rancu saat ini. Ikuti dan awasi dia.'Elang Hitam teringat akan perintah Raja Iblis Xin Yi. Dia harus mengawasi pria rambut perak itu. Boleh jadi Xin Yi tidak percaya pada Xi Wang."Malam semakin larut, kembalilah ke kayangan."Wu Xian bicara begitu lembut pada Yang Zhu. Bibirnya mengulas senyum yang amat manis. Meski sudah ribuan tahun berla
Malam nyaris menemukan pagi. Wu Xian menunggangi kuda menuju Lembah Iblis. Dia telah gagal menangkap Xi Wang. Wu Xian yakin iblis itu kabur ke Lembah Iblis."Apa?! Pangeran Agung Wu pergi mengejar iblis?" Ibu Suri amat murka mendengar laporan dari Jenderal Hui. Matanya melotot merah menatap pria berpakaian ziran di hadapannya kini. Jenderal Hui tak berani mengangkat wajahnya di depan Ibu Suri. Sementara Kaisar Langit sedang menyimak di singgasana dengan wajah panik."Pangeran Agung pergi mengejar iblis seorang diri, lantas apa guna kalian di sini?!" Ibu Suri tampak murka.Matanya menatap satu per satu para jenderal yang berbaris di sekitar. Semuanya menundukkan kepala."Ampuni kami, Yang Mulia. Harap perintahkan kami untuk mencari Pangeran Agung." Jenderal Hui akhirnya membuka suara.Dia tak ingin semua rekannya turut disalahkan karena kelalaiannya. Ini mutlak salahnya. Dia yang mengawal Pangeran Agung Wu.Ibu Suri menaikan sudut bibirnya dengan mata menyipit, lantas dia menyambar p
Badai salju masih terjadi di Lembah Iblis. Wu Xian berusaha keluar dari labirin yang diciptakan oleh Raja Iblis.Sambil memejamkan kedua mata, Wu Xian menyatukan telapak tangannya. Dia mulai membaca mantra suci.Siluman salju bermunculan di tengah badai. Mereka tertawa dengan wujudnya yang putih. Mereka mendekat dan mengelilingi Wu Xian, berusaha membuyarkan konsentrasinya."Pangeran Agung Wu, Anda amat tampan! Mainlah bersama kami," bisik para siluman salju ke telinga Wu Xian. Mereka tertawa begitu riang.Wu Xian berusaha fokus pada smedinya. Siluman salju mulai menggodanya dengan merubah wujud mereka menyerupai Yang Zhu."Kakak Cheng, ayo bermain denganku."Wu Xian membuka matanya. Dia tahu itu bukan Yang Zhu. Meski siluman salju menirukan suara kekasihnya itu dengan begitu sempurna, dia tak mudah terkecoh."Kakak Cheng," desah siluman salju. Dia mendekatkan wajahnya dengan jemari yang ingin membelai pipi Wu Xian. Pangeran Agung segera menghilang dari pandangan. Siluman salju kebi
Angin bertiup kencang di lereng bukit Lembah Iblis. Burung gagak berterbangan di sekitar lembah yang diselimuti oleh salju.Sejak ribuan tahun yang lalu, tak ada satu orang pun manusia yang berani meminjakan kakinya di lereng bukit Lembah Iblis tersebut.Konon menurut cerita, siapa pun yang pergi ke lereng bukit Lembah Iblis tidak akan pernah kembali. Mitos itu dipercaya sampai kini oleh penduduk di sekitaran lereng bukit.Di dalam sebuah gua yang dipenuhi ratusan kelalawar, tampak beberapa wanita berpakaian putih yang sedang berkerumun. Sosok yang sedang bermeditasi di atas batu, itu yang sedang mereka kelilingi.Janghue menaikan sudut bibirnya. Wanita dengan hanfu putih itu lantas berjalan menuju kerumunan di depan.Semuanya menyingkir, memberi jalan pada Janghue."Tinggalkan kami berdua!" perintah Janghue pada semua wanita berpakaian putih yang masih berdiri di sekitar.Mereka melempar tatapan sinis. Dari wajahnya, mereka tidak mau meninggalkan tempat itu dan pria tampan yang sedan
Petang itu sedang turun salju. Kayangan digemparkan atas kepulangan Pangeran Agung Wu. Kaisar Langit dan para petinggi kayangan berjalan cepat menuju alun-alun.Langkah mereka dihentikan. Jenderal Hui memerintah pada para pengawal untuk mengeluarkan jasad Wu Xian dari dalam tandu.Jasad?Ya, jasad.Apa itu artinya Pangeran Agung Wu telah tiada?Kaisar Langit dan semua petinggi kayangan tampak amat terkejut. Mata mereka tak luput dari jasad Pangeran Agung Wu yang sedang digotong hati-hati menuju kamarnya.Tubuh lemas pangeran agung direbahkan ke tengah peraduan yang nyaman. Kaisar Langit menatap tak percaya. Tidak mungkin Maha Dewa tewas begitu saja.Ini mustahil!Kemudian sang kaisar memerintah untuk menaburkan bunga keabadian di sekeliling jasad Wu Xian. Juga di seluruh penjuru kamarnya.Bunga keabadian akan senantiasa menjaga jasad pangeran agung agar tetap segar dan wangi. Bunga keabadian hanya diperbolehkan digunakan oleh anggota istana saja."Pangeran Agung Wu masih hidup. Namun,
Raja Iblis Xin Yi amat murka mendengar kabar yang dibawa oleh Elang Hitam.Dewa Ming telah berhasil membawa jiwa Wu Xian dari gua iblis. Sementara, Janghue tampak diam saja sambil menikmati memori masa lalunya dengan Dewa Ming.Dengan penuh murka, Raja Iblis memerintah Xi Wang untuk mengurung Janghue dan semua klan Siluman Salju di gua iblis.Siluman Salju tak dibolehkan lagi meninggalkan gua iblis. Mereka dikurung untuk selamanya. Janghue amat sedih atas keputusan Raja Iblis Xin Yi. Klan Siluman Salju menyalahkan dirinya atas hukuman itu."Yang Mulia, aku dengar tiga dewa utama sedang berusaha membangkitkan Wu Xian. Apa tidak seharusnya kita segera menyerang kayangan sebelum Pangeran Agung Wu kembali sadar?"Xi Wang bicara pada Xin Yi. Dia baru saja kembali dari alam dewa. Berita hilangnya Ibu Suri dan Yang Zhu pun sudah ia sampaikan pada tuannya itu. Namun, sepertinya Xin Yi lebih tertarik untuk menghabisi Wu Xian.Raja Iblis sedang berdiri di tepi jembatan. Tangannya sibuk memberi